MALANG, PIJARNEWS.ID – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M. Ed. mengungkapkan bahwa sejak dulu Muhammadiyah menempatkan negara sebagai aspek muamalah duniawiyah. Hal ini dia ungkapkan dalam Darul Arqam Top Manager Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yangg dilaksanakan di Hotel Rayz Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Sabtu (29/6/2024).
Ia menyatakan bahwa negara yangg ada saat ini terbentuk lantaran adanya hubungan antar manusia. “Bentuk negara itu habluminannas alias hubungan antar sesama manusia. nan mengatur dan mendefinisikan corak negara ya antar manusia itu sendiri,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan jika berbincang mengenai hubungan antar manusia maka tidak bakal ada batasnya. Namun, yangg perlu digarisbawahi dalam hubungan antar manusia adalah nilai dasar muamalah dan prinsip fundamentalnya. Tujuannya sudah dijelaskan pada prinsip dasar bermuamalah ialah jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, urusan bercocok tanam, berserikat, dan lainnya.
Jika berbincang mengenai negara sebagai darul ahdi, sebenarnya sudah banyak dijelaskan dalam dasar negara Indonesia, ialah pancasila. Dalam political statement, Muhammadiyah menjelaskan bahwa corak negara pancasila tidak bertentangan dengan aliran kepercayaan Islam. Mulai dari gimana bentuknya, konsep dasarnya, serta corak paling maslahatnya. Bahkan, tokoh Muhammadiyah ikut merumuskan konsep dasar Negara kesatuan Republik Indonesia seperti yangg tecantum pada piagam Jakarta.
“Karena menurut Muhammdiyah, Pancasila itu mempunyai nilai islami sehingga tidak bakal bertentangan dengan aliran kepercayaan Islam,” tambahnya.
Ia juga menceritakan bahwa tokoh Muhammadiyah seperti Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH. Kahar Muzakir yangg ikut turut merumuskan Pancasila. Terkhusus sila pertama sudah sangat seusai dengan prinsip yangg diajarkan oleh kepercayaan Islam. Ketuhanan yangg Maha Esa mengisyaratkan bahwa Tuhan merupakan unsur yangg lebih tinggi dibandingkan dengan syariat.
Muhammadiyah dalam bernegara mau agar negara Republik Indonesia menjadi negara yangg Baldatun tayyibatun warrabun ghafur. Dalam beberapa pendapat mahir tafsir, makna dari baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur adalah negeri yangg mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.
Cara mewujudkan negara yangg mempunyai sifat seperti ini adalah dengan senantiasa beragama kepada Tuhan, mempunyai adab yangg mulia, sifat amanah bagi petinggi negara dan penduduknya, keseimbangan antara urusan duniawiyah dan akhirat, serta memohon pembebasan kepada Tuhan.
Diakhir dia memberi wejangan kepada petinggi perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yangg ada di dalam forum. Kader Muhammadiyah kudu turut andil dalam mengantarkan negara Indonesia menjadi Baldatun Tayyibatun wa rabbun ghafur. Bentuk kebaikan upaya yangg dijalankan Muhammadiyah merupakan salah satu bentuk untuk menjadikan negara Indonesia lebih baik ke depannya.
“Mari majukan AUM dan menjadi contoh untuk masyarakat. Sehingga kelak masyarakat bisa bilang ‘Jika mau memandang perguruan tinggi terbaik, bisa memandang Muhammadiyah, jika mau memandang rumah sakit yangg baik bisa memandang Muhammadiyah’. Karena itu, melalui kebaikan upaya ini, Muhammadiyah dapat menerapkan konsep Islam berkemajuan untuk mewujudkan Indonesia yangg lebih baik.” tutupnya.