Allah mewajibkan berpuasa kepada hambanya bukan semata-mata untuk ritual kosong, tetapi ibadah puasa terdapat hikmah nan sangat besar. Di antara hikmah dari berpuasa adalah melatih dan menyucikan jiwa manusia dari segala corak hawa nafsu duniawi. Dengan demikian, puasa bulan Ramadhan adalah momentum berbobot untuk melatih dan menyucikan jiwa kita.
Puasa Sebelum Nabi Muhammad Saw
Ajaran puasa sudah ada jauh sebelum Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad, ialah Nabi Daud. Nabi Daud dan umatnya berpuasa sepanjang hidupnya. Puasa Daud dikerjakan dengan sehari berpuasa dan sehari buka. Rasulullah Saw bersabda; “Puasa nan paling dicintai Allah adalah puasa Daud, ialah berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Bukhari & Muslim).
Dr. abdurrahman Al Baghdady dalam kitab “Peristiwa-Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan” mengisahkan ketika Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, Beliau menjumpai kaum Yahudi sedang berpuasa pada bulan Asyura. Lalu Rasulullah bertanya perihal itu kepada mereka, mereka menjawab, “ ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan bala tentara Fir’aun.” Lalu Rasulullah bersabda, “ Kami lebih berkuasa atas Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah berpuasa pada hari itu dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa.
Perintah Puasa Ramadhan
Puasa di bulan Ramadhan pertama dilakukan kaum Muslimin pada hari akhirpekan 1 Ramadhan tahun ke-2 H, bertepatan dengan 26 Februari 624 M. Ada nan beranggapan bahwa tanggungjawab puasa Ramadhan diumumkan oleh Rasulullah Saw pada hari Senin, 1 Sya’ban 2 H.
Allah menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 183-185 sebagai perintah wajib puasa Ramadhan, “Wahai orang-orang nan beriman! Diwajibkan atas Anda berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum Anda agar Anda bertakwa, (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka peralatan siapa di antara Anda sakit alias dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari nan lain. Dan bagi orang nan berat menjalankannya, wajib bayar fidyah, ialah memberi makan seorang miskin. Tetapi peralatan siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika Anda mengetahui. Bulan Ramadhan adalah (bulan) nan di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara nan betul dan nan batil). Karena itu, peralatan siapa di antara Anda mendapati bulan itu, maka berpuasalah. Dan peralatan siapa sakit alias dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari nan ditinggalkannya, pada hari-hari nan lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah Anda mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya nan diberikan kepadamu, agar Anda bersyukur.” (Al-Baqarah [2] : 183-185).
Setelah puasa Ramadhan diwajibkan Rasulullah bersabda, “Sungguh, Asyura adalah salah satu hari (milik) Allah. Siapa saja nan mau berpuasa di dalamnya, silakan berpuasa.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Umar.
Menurut sabda di atas, puasa Asyura hukumnya sunnah, nan jika dikerjakan mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan juga tidak berdosa.
Larangan Berhubungan Suami Istri pada Malam Puasa
Mengutip dari laman NU Online, pada tahun pertama diwajibkannya puasa di bulan Ramadhan umat Islam berpuasa sampai waktu magrib. Setelah berbuka mereka tetap diperbolehkan makan, minum dan berasosiasi suami-istri hingga waktu isya tiba. Setelah sholat Isya dan tidur, mereka tidak lagi boleh makan, minum dan berasosiasi suami-istri hingga tiba waktu berbuka pada keesokan harinya.
Namun patokan tersebut dirasa berat oleh para sahabat sehingga banyak nan melanggar larangan tersebut. Allah kemudian meringankan melalui turunnya Surat Al-Baqarah Ayat 187 nan memperbolehkan makan, minum, dan berasosiasi suami-istri sepanjang malam puasa hingga terbit fajar.
“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah busana bagimu, dan Anda adalah busana bagi mereka. Allah mengetahui bahwa Anda tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan mengampuni kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa nan telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, ialah fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan Anda campuri mereka, ketika Anda beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah Anda mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.” (Al-Baqarah [2] : 187).
Ketika Nabi Muhammad menyampaikan surat Al-Baqarah Ayat 187, tentu saja para umat Islam kala itu sangat berbahagia memanjatkan syukur atas kasih sayang Allah Swt. Wallahu a’lam.
Editor: Soleh
2 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·