Sadari Darurat Ketahanan Pangan, LHKP bersama MHH dan MPM Adakan Sinau Bareng - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Menyadari adanya realitas yangg menjadi tantangan besar ketahanan pangan, Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LHKP PP Muhammadiyah), Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MHH PP Muhammadiyah), dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPM PP Muhammadiyah) mengadakan Sinau Bareng bekerja-sama dengan Kiai Kanjeng dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Saat menyampaikan sambutan, Busyro Muqoddas selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan tentang dakwah kepada mereka yangg mendapatkan ketidakadilan. tentunya, dakwah semacam ini sangat selaras dengan apa yangg dilakukan KH Ahmad Dahlan dahulu. “KH Ahmad Dahlan tidak hanya memberikan narasi, tetapi juga menyantuni para yatim piatu. Namun saat ini, pengertian yatim piatu meluas, tidak hanya mereka yangg fakir miskin, tetapi juga mereka yangg memerlukan keadilan atas hak-hak kemanusiaannya,” ucap Busyro.

Ia berharap, aktivitas ini dapat berfaedah bagi banyak orang. Aktivis kemanusiaan ini mengatakan, “Harapannya, semoga pendidikan politik secara kultural yangg kami lakukan saat ini dapat memberikan akibat kepada yangg hadir, syukur-syukur bisa juga kepada mereka yangg saat ini ada di Senayan.”

Menyambung dari sambutan Busyro, M. Nurul Yamin, Ketua MPM PP Muhammadiyah, mengingatkan kembali tentang pesan-pesan yangg terkandung dalam surat al-Maun. Ia mengatakan, “Dalam surat al-Ma’un, yangg diceritakan tidak hanya tentang orang miskin saja. Dari sinilah awal aktivitas Muhammadiyah, bahwa persoalan pangan adalah persoalan yangg sangat urgent. Dalam surat ini juga digambarkan tentang kejadian kesenjangan sosial di mana terjadi ketidakadilan pengedaran pangan sehingga hanya bisa dinikmati segelintir orang alias segelintir kelompok. Persoalan pangan bukan hanya persoalan kebangsaan, tetapi juga persoalan kerisalahan.”

Oleh lantaran itu, dakwah kultural berbasis organisasi ini sedang digalakkan oleh persyarikatan. Yamin menjelaskan, “Pengorganisasian petani dan nelayan merupakan bagian dari dakwah Muhammadiyah selama ini. Itulah kenapa ada Jamaah Tani Muhammadiyah dan Jamaah Nelayan Muhammadiyah. Persoalan pangan bukan hanya persoalan tunggal, tetapi juga tentang politik pangan dan teknologi pangan.”

Baca Juga: Keseimbangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Menurut Muhammadiyah

Persoalan pangan ini tentu rumit dan berakibat kepada banyak orang. Syafii Latuconsina, Dewan Pakar MPM PP Muhammadiyah, membeberkan sejumlah masalah yangg terjadi di masyarakat saat ini. Ia menjelaskan, “MPM baru dapat buletin dari Kaltara jika kelapa sawit yangg diberi pupuk tertentu itu rupanya saat dipanen kosong semua. Bayangkan pupuk yangg didistribusikan oleh pemerintah itu rupanya sudah dioplos sampai kerugian bertriliun-triliun. Kalau Indonesia seperti ini terus, mau jadi apa nasib para petani ini?”

Sebagai sosok yangg terjun langsung dalam pertanian dan perikanan, Kholid, nelayan asal Serang ini ikut bicara. “Di tempat kami, ada wilayah perikanan dan pertanian, sedangkan saat ini kami sedang bicara tentang ketahanan pangan. Sayangnya di tempat kami laut itu dikotak-kotakkan sehingga mengganggu kami para nelayan. Kemudian gimana dengan petani? Untuk apa bicara ketahanan pangan jika tanah kami diurug?” ujarnya.

Tidak hanya menjadi masalah bagi petani dan nelayan secara umum saja, masalah ketahanan pangan ini juga menjadi masalah bagi perempuan. Salmah Orbayinah, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, menjabarkan gimana ‘Aisyiyah selaku aktivitas wanita ikut peduli dan memberikan perhatian mengenai masalah ini.

“Saat Pra-Tanwir kemarin, kami berbincang dengan Bapak Dirjen Pangan soal Swasembada Pangan. Dari pembicaraan ini, kami mendapatkan info bahwa stok beras yangg ada hanya tersisa untuk tiga bulan saja. Apa tidak mengerikan itu?” ujarnya bercerita. Ia melanjutkan, “Kalau begini, tentu perlu ada kesadaran dan aktivitas lebih lanjut lagi, utamanya dari wanita selaku salah satu pilar pangan family untuk peduli soal keamanan dan ketahanan pangan. Jika situasi pangan tidak aman, tentu bakal memunculkan musibah-musibah lain, seperti stunting dan gizi buruk.”

“Kami dari ‘Aisyiyah sedang mengusahakan aktivitas yangg saat ini sedang geliat di akar rumput, ialah GLHA alias Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah. Kami juga ikut bekerja sama dalam Program Makan Bergizi Gratis yangg tentu juga perlu dievaluasi lantaran jangan sampai apa yangg ada di sepiring makanan itu, bahan-bahannya impor semua. Kalau seperti ini, gimana kita bisa menggerakkan para petani dan nelayan?” pungkas Salmah. (lsz)

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id