Risalah Islam Berkemajuan Jadi Peta Jalan Dakwah Muhammadiyah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

PWMJATENG.COM – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, menekankan bahwa Risalah Islam Berkemajuan tidak boleh berakhir pada tataran wacana, melainkan kudu diwujudkan sebagai pedoman nyata dalam mobilitas dakwah Persyarikatan. Hal itu dia sampaikan dalam sebuah forum yangg dihadiri kader Muhammadiyah dari beragam daerah.

Menurut Tafsir, risalah tersebut merupakan arsip strategis yangg dapat menjadi peta jalan aktivitas Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman. Ia menilai bahwa jika hanya dijadikan bahan referensi tanpa aktualisasi, maka risalah itu bakal kehilangan makna.

“Risalah Islam Berkemajuan bukan sekadar untuk dibaca alias dipajang di rak-rak buku, melainkan kudu dihidupkan dalam program dakwah kita, baik di ranah pendidikan, kesehatan, sosial, maupun politik kebangsaan,” ungkapnya.

Dalam suasana obrolan yangg hangat, Tafsir menegaskan bahwa Muhammadiyah sebagai aktivitas Islam tidak boleh melangkah tanpa arah. Setiap langkah dakwah, menurutnya, kudu berpijak pada nilai-nilai yangg telah dirumuskan dalam Risalah Islam Berkemajuan. Ia menambahkan bahwa bumi sekarang tengah berubah sigap dengan beragam tantangan global. Karena itu, organisasi Islam kudu bisa menjawab perubahan dengan gagasan, kerja nyata, serta keberanian untuk tampil di depan.

Ia menekankan bahwa Muhammadiyah tidak boleh sekadar menjadi penonton dalam perubahan sosial. Sebaliknya, organisasi ini kudu datang sebagai pelaku utama yangg membawa solusi. “Kita tidak boleh hanya menunggu perubahan terjadi. Muhammadiyah kudu datang dengan tawaran pendapat yangg membawa kebaikan umat. Itulah makna dari Islam Berkemajuan,” tegasnya.

Lebih jauh, Tafsir menyoroti pentingnya pemahaman ideologi, politik, dan organisasi (ideopolitor) bagi setiap kader Muhammadiyah. Menurutnya, tiga perihal ini menjadi kunci agar Muhammadiyah tetap teguh pada arah perjuangannya dan tidak mudah terbawa arus zaman.

Baca juga, Brand ID Milad ke-113

Ia mengibaratkan pemahaman ideologi dengan arah kiblat dalam salat. Seseorang bisa melaksanakan salat dengan khusyuk, namun jika tidak menghadap kiblat, maka ibadah itu tidak sah. Begitu juga dengan aktivitas Muhammadiyah, jika tidak memahami ideologi dengan benar, arah perjuangan bakal mudah melenceng.

“Kalau kita tidak mengerti ideologi Muhammadiyah, kita bakal mudah terombang-ambing. Ideologi itu seumpama kiblat dalam salat. Tanpa mengerti kiblat, salat kita tidak bakal sah,” jelasnya, yangg disambut tawa ringan para peserta.

Tafsir juga menekankan bahwa Muhammadiyah sebagai aktivitas dakwah kudu bisa masuk ke beragam ruang publik. Menurutnya, dakwah tidak boleh berakhir di lingkup eksklusif, melainkan kudu menyentuh kehidupan masyarakat luas. Meski demikian, inklusivitas tersebut tidak boleh menghilangkan jati diri Muhammadiyah sebagai aktivitas Islam.

“Kita tidak boleh eksklusif. Muhammadiyah kudu inklusif, tetapi tetap dengan identitas keislaman yangg kuat. Kita boleh bekerja-sama dengan siapa pun, selama itu membawa kebaikan dan kemajuan umat,” ucapnya.

Pandangan tersebut sejalan dengan prinsip Islam sebagai kepercayaan yangg membawa rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَـٰلَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).

Ayat tersebut menjadi pengingat bahwa dakwah Islam kudu berkarakter universal, terbuka, dan memberi faedah bagi semua kalangan.

Dalam penutup paparannya, Tafsir membujuk seluruh kader Muhammadiyah untuk menjadikan Risalah Islam Berkemajuan sebagai pedoman hidup dan gerakan. Menurutnya, risalah itu merupakan warisan intelektual sekaligus pedoman strategis agar Muhammadiyah bisa menjaga konsistensi arah dakwah.

Ia menekankan bahwa risalah ini bukan sekadar dokumen, melainkan kompas yangg membimbing langkah Persyarikatan dalam bagian pendidikan, kesehatan, sosial, hingga keterlibatan dalam kehidupan kebangsaan.

“Dengan risalah ini, kita diajak untuk menjadi pelaku utama perubahan. Muhammadiyah kudu menjadi pionir yangg memberi arah, bukan hanya pengikut arus,” ujarnya menegaskan.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Jumlah Pengunjung : 116

-->
Sumber pwmjateng.com
pwmjateng.com