
YOGYA – Tepat pada tanggal 14 Maret, salah satu Organisasi Otonom Muhammadiyah, ialah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir pada tahun 1964 dan tahun 2023 IMM telah berumur ke – 59 tahun. Usia nan semestinya menandai kematangan dan kedewasaan sebuah organisasi kemahasiswaan.
Seperti ungkapan dari Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Muhammad Akmal Ahsan dalam Refleksi Milad ke – 59 IMM di Aula Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (29/3) sore. Dalam aktivitas tersebut, Akmal menganggap di usia ke-59 tahun ini, IMM harusnya lebih dewasa dan matang.
“Saya merasa usia 59 tahun bagi IMM ini semestinya menjadikannya semakin dewasa dan matang. Hal itu ditandai dengan struktur pimpinannya semakin matang, program bagian bekerja secara sistematis, dan keahlian kaderisasi untuk melahirkan banyak pemimpin,” tuturnya.

Di samping itu, Akmal mengatakan bahwa aktivitas resepsi ini juga menandai 1 tahun 11 bulan 19 hari lamanya DPD IMM DIY periode 2021 – 2023 menjalankan amanah. Menurutnya, selama periode ini, IMM telah melakukan beberapa upaya dalam rangka membangun kerangka model dakwah IMM.
“Tentunya, semua perihal tersebut tidak membikin kami bertepuk dada dan berpuas hati. Malah, sebaliknya kami merasa pekerjaan rumah sebagai struktur alias ketua tetap banyak, utamanya dalam membangun aktivitas dakwah di persyarikatan, umat, dan bangsa,” lanjut Akmal.
Beberapa upaya tersebut, seperti Sekolah Da’i oleh Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman, nan konsentrasinya pada keseimbangan antara keahlian berpikir Islam secara metodologis dan keahlian untuk menyebarkan aliran Islam.
Bukan hanya itu, upaya untuk menjadikan IMM sebagai fundamen aktivitas adalah dengan langkah setiap program punya pedoman pemikiran keislaman. Seperti Sekolah Anti Korupsi mempunyai dasar Fiqih Anti Korupsi dan Mernissi alias Pusat Studi Perempuan dengan Fiqih Perempuannya serta aktivitas lainnya kudu berangkat pada dasar teologis.
Maka, di usia nan ke – 59 tahun, Akmal menilai IMM perlu untuk merefleksikan model aktivitas dakwahnya di masa mendatang dengan membangun paradigma dan gerakannya.
“Saya berambisi IMM, terutama di DIY kudu bisa membangun paradigma serta aktivitas persatuan dan kemajuan. Persatuan dan kemajuan itu satu paket, tidak ada kemajuan tanpa persatuan nan menggumpal, begitu juga sebaliknya kemajuan nan tidak berasosiasi sangatlah sia – sia. Artinya, jika maju sendiri tidak ada gunanya lantaran kita adalah organisasi,” tandas Akmal.
Dalam aktivitas Refleksi Milad ke – 59 tahun IMM ini, juga diselenggarakan buka puasa berbareng kader IMM se- DIY. Setelah itu, diikuti dengan Salat Tarawih dan Dialog Refleksi Milad berbareng Ketua Forum Komunikasi Alumni (Fokal) IMM DIY Drs. M. Saleh Tjan sebagai Keynote Speaker beserta tiga orang narasumber, ialah Ahmad Mu’arif, M.Si. (Sejarawan Muhammadiyah), Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA. (Ketua Majelis MPK-SDI PP Muhammadiyah) dan Eko Prasetyo (Social Movement Institute). (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
English (US) ·
Indonesian (ID) ·