Ramadan Bulan Ta’awudz - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

PWMJATENG.COM, Surakarta – Ramadan bulan ta’awudz meneruskan hasil perjuangan para wali, para ulama, mensyiarkan kepercayaan Islam di Indonesia disampaikan Wakil Kepala Sekolah bagian Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan dalam Nuansa Ramadan 1444 Hijriah bertepatan 2023 Masehi di RRI Pro 1 dan Pro 4 Surakarta dengan presenter Pramesti Hariyani, Senin (3/4/2023).

Jatmiko membeberkan refleksi hasil perjuangan pendahulu, masyarakat ber KTP Islam, mengimani rukun iman, melkasanakan rukun Islam, doyan membangun masjid, doyan membaca dan khataman al Quran terutama tulisan arab, belum doyan memahami makna al quran, belum doyan menolong pra sejahtera dan orang miskin, belum siap menerima perbedaan di antara sesame umat Islam, apalagi belum mau bersinergi, bekerja sama dengan kelompok, golongan dan apalagi kepercayaan lain.

Menurut dia, meneruskan hasil perjuangan para pandahulu di era industry 4.0 menuju masyarakat 5.0 di bulan ramadan perlu banyak ta’awudz berlindung dari bujukan syaitan dan hantu serta manusia yangg mengganggu dari kekhusyukan ibadah Ramadan.

“Hasilnya saat ini bis akita lihat masyarakat sudah ber KTP Islam, mengimani dan melaksanakan rukun iman, rukun Islam, tetap mempelajari tulisan dan bahasa Arab, tetap mempelajari al Quran, hadis, dan fiqih. Semangat membangun masjid, mempelajari IPTEKS, selalu menolong orang miskin, tidak merusak alam lingkungan dan tidak menghina kelompok, hukum dan kepercayaan orang lain,” kata pembimbing Pendidikan kepercayaan Islam ini.

Baca juga, Jelang Tahun Politik, Ini Pandangan Ketua PWM Jawa Tengah KH. Tafsir

Dikatakan untuk melawan bujukan iblis, Allah SWT melalui Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk membaca surat al-Fatihah, setiap melakukan sholat. Dalam sehari, setidaknya kita membacanya 17 kali. “Ihdina as-shirath al-mustaqim.” Pertanyaannya adalah apa yangg dimaksud dengan ihdina al-shirath al-mustaqim? Secara tekstual, ayat keenam dari QS al-Fatihah, “tunjukkan kami jalan yangg lurus”.

Jatmiko meberikan gambaran bahwa, puasa Ramadan itu, semata-mata tulus lantaran Allah ta’alaa bukan lantaran atasan, dihargai menteri, presiden, raja, disanjung, dipuji dan diperhatikan orang lain.
“Puasa Ramadan kudu lillah, totalitas, hakikatnya puasa Ramadhan, tidak hanya puasa pada siang hari, menahan lapar, menahan haus, menahan tidak berasosiasi badan suami istri, walaupun istrinya halal,” katanya.

Pada akhir acara, ustaz yangg juga kontributor media online berpesan, “Malam hari juga tetap berlindung untuk berpuasa menahan, menjaga lisan, tidak menggunjing, bisa menahan amarah, tidak berdusta, menyempatkan membaca al Qur’an, bersedekah, qiyamul lail dengan bertarawih, dan menjaga Kemaksiatan,” tambahnya.

Kontributor : Jatmiko
Editor : M Taufiq Ulinuha

Jumlah Pengunjung : 17

-->
Sumber pwmjateng.com
pwmjateng.com