Surabaya, KLIKMU.CO – Menjelang datangnya bulan Ramadan, SMA Muhamamdiyah 2 (Smamda) Surabaya menggelar kajian jelang Ramadan berjudul “Welcoming Ramadan: Menyambut Ramadan dengan Sukacita”. Kajian tersebut digelar di Masjid Nurul Ilmi Smamda pada Jumat (17/3) lalu.
Kegiatan tersebut mengundang pembimbing besar Fisika Teori ITS Prof Drs Agus Purwanto MSi MSc DSc sebagai pemateri.
Acara nan dipandu oleh Musthofa Agus SKom MM sebagai moderator tersebut diawali dengan sambutan Kepala Smamda Surabaya Astajab SPd MM.
“Mudah-mudahan bulan Ramadan tahun ini menjadi waktu untuk kita menjadi pribadi nan lebih baik, tentu dengan latihan-latihan ibadah di dalamnya,” kata Astajab dalam sambutannya.
Kajian tersebut diikuti secara hikmat oleh kurang lebih 1200 audiens, terdiri atas guru, karyawan, dan siswa Smamda Surabaya.
Iman Tanpa Takwa seperti Manusia nan Telanjang
Prof Agus Purwanto mengawali kajian dengan menjelaskan karena kenapa Muhammadiyah telah memutuskan awal Ramadan jatuh pada malam 23 Maret.
“Berdasarkan perhitungan, pada siang hari di tanggal 23 Maret, ketinggian bulansabit sudah mencapai 7°. Angka ini sudah melampaui ketentuan nan disepakati MUI dan Kementerian Agama,” jelas guru besar nan pernah berkuliah di Jepang ini.
Prof Agus kemudian melanjutkan pembahasannya dengan membahas surah Al Baqarah ayat 183. Ia memaparkan, kata ‘Kutiba’ pada ayat tersebut menunjukkan sebuah penegasan.
“Dalam bahasa Arab, kata ‘kutiba’ berasal dari kata ‘kataba-yaktubu’ nan berfaedah menulis. Ketika kata ini berubah menjadi ‘kutiba’, artinya menjadi lebih tegas, ialah ‘telah dituliskan’. Para mahir tafsir menjelaskan maksud ‘telah dituliskan’ artinya telah ditetapkan alias telah diundang-undangkan secara hukum,” lanjut Prof Agus.
Pria nan juga menjadi personil Majelis Tarjih PP Muhammadiyah dan PW Muhammadiyah Jawa Timur tersebut menambahkan, penegasan kata ‘kutiba’ mempunyai hikmah bahwa umat muslim dan beragama diberikan sarana untuk meningkatkan ketakwaannya.
“Kalau diibaratkan seperti manusia, ketaatan itu seperti sosok nan tetap telanjang. Padahal, manusia nan beradab adalah manusia nan berpakaian. Pakaian orang beragama adalah ketakwaan. Oleh lantaran itu, puasa dan ibadah di bulan Ramadan adalah sarana untuk meraih ketakwaan itu,” imbuhnya.
Prof Agus juga mengimbau agar kita sebagai penduduk Indonesia berterima kasih dan tidak mengeluh ketika menjalankan puasa. Menurutnya, kondisi geografis Indonesia lebih baik daripada negara-negara nan berada di area subpolar alias dekat kutub.
“Bumi itu berevolusi dan berotasi dengan kondisi sumbu nan miring. Karenanya, negara-negara dekat kutub mengalami musim panas dan musim dingin. Ketika musim panas, mereka bisa berpuasa hingga 20 jam dalam satu hari. Kondisi Indonesia sudah ideal, di mana kita berpuasa hanya 13-14 jam sehari,” papar Prof. Agus.
Belajar Bahasa Arab dan Keajaiban Al-Quran
Prof Agus tidak lupa mengingatkan tentang gimana langkah berpuasa nan sehat dan berkualitas. Pemilik kanal Youtube “Ayat-Ayat Semesta” itu mengingatkan agar kita tidak ‘balas dendam’ ketika berbuka.
“Keberhasilan puasa seseorang bisa dilihat dengan langkah sederhana. Bandingkan saja berat badan dan ukuran lingkar perut saat sebelum Ramadan dan saat lebaran,” jelas Prof Agus disambut tawa audiens.
Selain menekankan pada kualitas puasa, Prof Agus juga memberikan wejangan agar umat muslim menggunakan momentum bulan Ramadan untuk belajar Bahasa Arab dan Al-Quran.
“Inilah waktu untuk belajar bahasa Arab. Ketika kita mengerti bahasa Arab, kita bakal dengan mudah mempelajari keajaiban-keajaiban di dalam ayat Al-Quran. Kalau tidak di bulan Ramadan, mau kapan lagi kita belajar dua perihal ini?” pungkas dai kelahiran 1964 tersebut. (Muhammad Zarkasi/AS)