PP Muhammadiyah Gelar Pengajian Ramadan, Usung Tema Pengembangan Wasathiyyah Islam Berkemajuan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah malam ini (3/3) tetap dalam rangkaian Pengajian Ramadan 1446 H. Tema pada malam ini adalah “Pengembangan Wasathiyyah Islam Berkemajuan, Tinjauan Ideologis”. Narasumber kali ini adalah Muhammad Rofiq Muzakkir, Casmini, dan Ahmad Norma Permata.

Pembicara pertama, Muhammad Rofiq Muzakkir, memantik para audiens dengan membeberkan sejumlah realitas seputar dinamika pemikiran Islam selama ini. Ia mengungkapkan, ” Saya mempunyai tiga argumen tentang Islam Wasathiyah pada Muhammadiyah ini.”

Ia melanjutkan, “Pertama, sifat Wasathiyyah pada Muhammadiyah berangkat dari kemampuannya memahami sumber aliran Islam dan pemikiran keislaman secara proporsional. Kedua, Wasathiyah Muhammadiyah perlu ditopang oleh metodologi yangg kokoh dalam memahami nas, tradisi intelektual, dan modernitas. Ketiga, untuk berinteraksi dengan turas ada dua langkah pokok, ialah ekskavasi dan kontekstualisasi. Adapun dalam berinteraksi dengan kemodernan terdiri dari tiga langkah: transplantasi, dekolonisasi, dan future orientation.”

Rofiq melajutkan, bahwa dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah, tentu dibutuhkan pemahaman dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu spesifik, seperti Usul Fiqh untuk menderivasi norma Islam. Namun menurutnya, perihal ini tidak lantas menjadikan al-Qur’an sebagai sesuatu yangg tidak tersentuh. ” Al-Qur’an sebagai kitab hidayah tentu bisa disentuh dan diakses siapapun, namun dalam konteks sumber hukum, tentu bakal berbeda,” ujarnya.

Baca Juga: Menggapai Kemuliaan di Bulan Suci Ramadan

Kemudian pembicara kedua, Casmini, menyampaikan perspektif pandangnya tentang gimana sikap wasathiyah Muhammadiyah yangg tercermin dalam riwayat perjuangannya. Ia mengatakan, “Saat Muktamar ke-47 di Makassar, sebagaimana dalam MKCH, tercatut konsep negara Darul Ahdi wa Syahadah. Dalam perihal ini, perlu dicermati gimana kita sebagai Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah berkontribusi nyata untuk mewujudkan negara yangg maju.” Casmini kemudian mengutip dari Omit Safi dalam bukunya Progressive Muslim: On Justice, Gender, and Pluralism, bahwa pemikiran KH Ahmad Dahlan mempunyai empat poin utama.

Ia menjelaskan, “Pertama, Islam Berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebajikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keistimewaan hidup secara bergerak bagi seluruh umat manusia. Kedua, Islam Berkemajuan menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki dan wanita tanpa adanya diskriminasi. Ketiga, Islam Berkemajuan mengemban misi menggelorakan Islam yangg damai, anti perang, kekerasan fisik, terorisme, anti penindasan, anti-keterbelakangan, serta anti atas segala corak perusakan di muka bumi. Keempat, Islam Berkemajuan melahirkan keistimewaan yangg memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan, serta kebudayaan umat manusia.”

Berbeda dengan yangg lain, Ahmad Norma Permata menyampaikan tentang apa yangg disebutnya menjadi “Wasathiyyah Historis”. Ia menyatakan, “Wasathiyyah tidak hanya dalam ber-Islam, tetapi juga dalam ber-Muhammadiyah.” Menurutnya, wasathiyyah historis adalah sikap ber-Islam tengahan yangg didasarkan pada keberlanjutan sejarah. Ia menjelaskan, “Selama ini, Islam kita, masyarakat Asia Tenggara, dianggap sebagai islam bungsu yangg bisanya meniru. Nyatanya, kita bisa menjadi Islam lantaran tokoh lokal yangg mengundang, bukan mereka yangg di luar mau masuk ke dalam.” (lsz)

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id