Perempuan dan Vaksin HPV: Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Oleh: Hana Mufidatul Roidah*

Kanker serviks tetap menjadi ancaman serius bagi wanita di Indonesia. Meski kemajuan medis terus berkembang, penyakit ini tetap menempati posisi kedua penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan, setelah kanker payudara. Padahal, kanker serviks sejatinya merupakan salah satu jenis kanker yangg paling bisa dicegah, salah satunya melalui vaksinasi Human Papillomavirus (HPV).

Ancaman Nyata Kanker Serviks di Indonesia

Menurut info Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2024, Indonesia mencatat lebih dari 37.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya, dengan sekitar 21.000 wanita meninggal bumi akibat penyakit ini. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan beban kanker serviks tertinggi di Asia Tenggara.

Kanker serviks disebabkan oleh jangkitan virus HPV, terutama jenis 16 dan 18, yangg ditularkan melalui hubungan seksual. Sebagian besar jangkitan HPV bisa sembuh sendiri, namun pada sebagian kasus, virus ini memperkuat dan menyebabkan perubahan sel yangg berkembang menjadi kanker.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sejak tahun 2023 telah memperluas program imunisasi HPV nasional bagi anak wanita usia sekolah dasar. Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk menurunkan nomor kematian akibat kanker serviks hingga 50% pada tahun 2030, sejalan dengan sasaran World Health Organization (WHO).

Namun, tingkat kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi HPV tetap rendah. Banyak orang tua belum memahami faedah vaksin ini alias tetap terpengaruh info keliru di media sosial. Padahal, pencegahan paling efektif justru dilakukan sebelum seseorang aktif secara seksual.

Peran ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah dalam Dakwah Kesehatan

Dalam konteks masyarakat Muslim, pendekatan keagamaan berkedudukan krusial dalam membangun kesadaran kesehatan. ‘Aisyiyah, organisasi wanita Muhammadiyah, sejak lama meletakkan perhatian besar terhadap rumor kesehatan perempuan.

Melalui Majelis Kesehatan dan jaringan kebaikan upaya seperti rumah sakit serta klinik Muhammadiyah–‘Aisyiyah, beragam program edukasi dan jasa skrining kanker serviks telah dilakukan secara berkelanjutan.

Salah satu langkah nyata adalah penyelenggaraan program “Gerakan Perempuan Sehat dan Berdaya”, yangg menggabungkan edukasi kesehatan reproduksi dengan aktivitas pemeriksaan cuma-cuma (Pap smear dan IVA test) di beragam daerah.

Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, menegaskan bahwa kesehatan merupakan bagian dari dakwah kemanusiaan. Dalam Konsolidasi Nasional Majelis Kesehatan ‘Aisyiyah, Sabtu (11/10/25), dia menyampaikan, “Ini adalah panggilan dakwah untuk kemanusiaan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat Indonesia, kita kudu datang di depan.”

Baca Juga: Mengurai Tabu, Meneguhkan Martabat: Refleksi Hari Kesehatan Seksual Sedunia

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dakwah ‘Aisyiyah tidak hanya berfokus pada penguatan spiritual, tetapi juga berorientasi pada kesehatan publik sebagai bentuk nyata dari kepedulian terhadap kemanusiaan.

Dengan menjadikan kesehatan sebagai bagian dari dakwah, ‘Aisyiyah berupaya memadukan nilai keislaman dan kemanusiaan dalam aktivitas sosialnya.

Membangun Kesadaran Kolektif: Dari Edukasi hingga Aksi Nyata

Vaksinasi HPV hanyalah salah satu bagian dari upaya pencegahan kanker serviks. Edukasi publik yangg berkepanjangan juga menjadi kunci krusial agar wanita memahami risiko, tanda-tanda awal, serta pentingnya penemuan dini.

Pemeriksaan seperti Pap smear alias Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dapat membantu mendeteksi perubahan sel serviks sebelum berkembang menjadi kanker.

Sayangnya, menurut info Kemenkes (2024), tingkat partisipasi wanita Indonesia dalam penemuan awal tetap di bawah 15% dari sasaran nasional. Banyak wanita yangg tetap enggan memeriksakan diri lantaran rasa takut, malu, alias keterbatasan akses jasa kesehatan, terutama di wilayah pedesaan.

Di sinilah pentingnya kerjasama lintas pihak pemerintah, tenaga medis, dan organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Melalui pendekatan berbasis organisasi dan dakwah yangg humanis, pesan kesehatan menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Kader ‘Aisyiyah di beragam wilayah telah membuktikan peran aktifnya dalam mengedukasi masyarakat. Di banyak wilayah, mereka rutin memberikan penyuluhan di sekolah, majelis taklim, hingga aktivitas pengajian.

Pendekatan mereka tidak hanya berbasis medis, tetapi juga religius: menjaga kesehatan diri dianggap bagian dari tanggung jawab spiritual kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah Anda menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al-Baqarah [2]: 195). Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga kesehatan sebagai bagian dari ibadah dan amanah hidup.

Kanker serviks bukan hanya masalah medis, tetapi juga tantangan sosial dan moral. Setiap wanita berkuasa mendapatkan perlindungan kesehatan terbaik, dan setiap masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk mendukungnya.

Vaksin HPV bukan sekadar perangkat medis, melainkan simbol kesadaran kolektif untuk menjaga kehidupan. Dengan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, angan Indonesia bebas kanker serviks semakin nyata.

Sudah saatnya masyarakat berakhir takut terhadap vaksin, dan mulai takut terhadap ketidaktahuan. Karena di kembali satu suntikan kecil, tersimpan angan besar untuk kehidupan yangg lebih sehat, panjang, dan bermartabat.

*Mahasiswa Ilkom UNISA Yogyakarta dan Jurnalis Magang Suara ‘Aisyiyah

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id