Kudus, Suara ‘Aisyiyah – Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) menggelar Pengajian Rutin, Senin, (13/10/25). Acara dibuka Wakil Rektor I UMKU, Sukarmin. Hadir sebagai narasumber adalah Wakil Ketua PWA Jawa Tengah, Lintal Muna dengan moderator Fifi Endah Irawati.
Materi dimulai pukul 08.00 WIB. Lintal Muna menyampaikan materi tentang ‘Peranan Hati dan Lidah Dalam Kehidupan Sehari-hari dalam Perspektif Islam’. Hadir dalam aktivitas ini Pengurus Badan Pembina Harian, Dosen dan Tenaga Kependidikan UMKU.
Lintal Muna menjelaskan, bahwa ada 5 peranan hati dalam Islam. Pertama, Pusat Keimanan (tempat keimanan). Sebagaimana firman Allah yangg artinya “(Yaitu) orang-orang yangg beragama dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati bakal selalu tentram”. (Qs. Ar-Ra’d:28)
Kedua, Penentu Amal perbuatan. Hal ini sebagaimana sabda yangg artinya “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika dia baik, maka oke seluruh tubuh. Jika dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dia mengatakan, hati merupakan pusat kendali spiritual dan emosional yangg menentukan arah kehidupan baik alias buruknya kebaikan perbuatan dan hubungan dengan Tuhan serta sesama manusia.
Ketiga, Sebagai wadah niat. Menurutnya, Islam menekankan pentingnya niat, “Sesungguhnya segala kebaikan perbuatan itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhori dan Muslim)
Keempat, Pusat Penyucian Diri. Hati yangg bersih menjadi sarana mendekatkan diri pada Allah SWT. Penyucian diri adalah proses krusial untuk mencapai kesalehan. Sebagaimana firman Allah SWT yangg artinya “(yaitu) pada hari (ketika) kekayaan dan anak-anak tidak berguna. selain orang-orang yangg menghadap Allah dengan hati yangg bersih”. (Qs. Asy-Syuara:88-89).
Kelima, Tempat penyakit spiritual. Contoh : iri, dengki, ujub dan sombong. Maka menjaga hati dari penyakit-penyakit hati adalah bagian dari ibadah. Sebagaimana firman Allah yangg artinya “Dalam hati mereka ada penyakit, lampau Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat balasan yangg sangat perih lantaran mereka selalu berdusta”. (Qs. Al-Baqarah:10)
Hati Menurut Imam Ghazali
Lintal Muna menjabarkan, bahwa menurut Imam Ghazali, ada tiga gambaran hati. Pertama hati yangg sehat dan bercahaya, ialah hati orang yangg tulus dan beriman. Kedua hati yangg sakit, hatinya orang yangg iri, dendam, marah dan lainnya. Ketiga, hati yangg mati, hatinya orang-orang yangg ingkar pda Allah SWT dan rasulnya.
Dia juga menerangkan, cara-cara membersihkan hati dan lisan dalam Islam serta landasan dalam Al-Qur’an maupun hadis. Berikut daftarnya:
- Berdzikir: “(Yaitu) orang-orang yangg beragama dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati bakal selalu tentram.” (Qs. Ar-Ra’d:28).
- Sering membaca Al Qur’an: “Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yangg menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang kejam (Al-Qur’an itu) hanya bakal menambah kerugian”. (QS. Al-Isro’:82)
- Sholat dengan khusyuk: “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yangg telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) biadab dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yangg lain). Allah mengetahui apa yangg Anda kerjakan”. (Qs. Al-Ankabut:45)
- Silaturrahmi: “Barang siapa yangg mau diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturahmi” (HR. Bukhori dan Muslim)
- Menjaga Wudu: “Barangsiapa yangg membaguskan wudhu keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampai keluar dari bawah kukunya.” (HR. Muslim)
- Bersedekah: “Dan infak bakal memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR. At-Tirmizi)
- Mengingat Dosa dan Kematian: “Tiap-tiap yangg berbudi pekerti bakal merasakan mati”. (Qs. Ali Imron:185)
- Selalu Mengadu kepada Allah SWT: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. (Qs. Al-Fatihah:5)
- Positif Thinking alias Husnuzan (berbaik sangka). Sikap berpikir positif dan positif terhadap orang lain, situasi, alias takdir yangg dialami, dengan menghindari prasangka jelek dan berupaya memahami dari perspektif pandang yangg lebih baik dan bijaksana. Sikap ini tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada diri sendiri dan terutama kepada Allah SWT, yangg bermaksud membawa ketenangan jiwa, keselarasan hubungan, serta memperkuat kepercayaan dan takwa kepada Allah SWT.
- Berpikir sebelum Bicara: “Selamatnya manusia dengan menjaga lisan”
- Berusaha berbicara baik alias diam: “Barang siapa yangg beragama pada Allah SWT. Dan hari akhir maka berucaplah yangg baik alias diam”. (HR. Bukhori dan Muslim) (Supardi)-Nely
English (US) ·
Indonesian (ID) ·