Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Adi Hidayat, menegaskan bahwa konsep wasathiyah dalam Islam mempunyai makna yangg mendalam dan kudu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini dia sampaikan dalam Pengajian Ramadan 1446 H PP Muhammadiyah yangg digelar di Student Dormitory Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (3/3).
Dalam materinya tentang penafsiran ayat wasathiyah, Adi Hidayat menyoroti Q.s al-Baqarah ayat 143 yangg berbunyi: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan Anda (umat Islam), umat yangg setara dan pilihan (wasathan) agar Anda menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”
Ia menjelaskan bahwa ayat tersebut berada tepat di tengah-tengah Q.s al-Baqarah yangg terdiri dari 286 ayat. Menurutnya, perihal ini mengisyaratkan bahwa konsep wasathiyah dalam Islam merupakan prinsip keseimbangan yangg sangat fundamental.
“Ayat ini satu-satunya yangg secara definitif menyebut kata wasathiyah dalam al-Quran. Menariknya, posisi ayat ini juga persis berada di tengah-tengah Q.s al-Baqarah. Ini bukan sekadar kebetulan, tetapi menunjukkan sungguh pentingnya keseimbangan dalam aliran Islam,” ujar UAH, sapaan akrabnya.
Adi Hidayat juga menguraikan perbedaan antara dua kata dalam bahasa Arab yangg sering disamakan, ialah wasatun dan wastun.
“Wasatun berfaedah berada di posisi tengah yangg betul-betul seimbang, tidak condong ke kiri alias ke kanan. Sementara wastun adalah posisi tengah, tetapi tetap ada kecenderungan condong ke salah satu sisi,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa konsep wasathiyah bukanlah sekadar berada di tempat terbaik alias menjadi orang terbaik, sebagaimana perspektif yangg dianut oleh sebagian umat Yahudi pada masa lalu. Namun, wasathiyah lebih merujuk pada sifat seseorang.
Baca Juga: Niat Puasa, Kapan Waktu Membacanya?
“Al-Quran memberikan jawaban bahwa ukuran wasathiyah itu bukan tempat alias orangnya, tetapi sifatnya. Ketika seseorang mempunyai sifat wasathiyah yangg benar, maka di mana pun dia berada, tempat itu bakal menjadi baik,” tuturnya.
Dalam konteks kehidupan modern, Adi Hidayat menyoroti bahwa tetap banyak perseorangan yangg terlalu materialistik dan hanya mementingkan kebutuhan jasmani, tetapi melupakan aspek ruhani.
“Kita lihat sekarang, banyak orang yangg hanya konsentrasi pada duniawi, mengejar materi, tetapi lupa memperhatikan ruhani mereka. Padahal, keseimbangan antara jasmani dan ruhani inilah yangg menjadi inti dari wasathiyah,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa jika Muhammadiyah betul-betul menerapkan nilai-nilai wasathiyah, maka organisasi ini bakal bisa memberikan pencerahan bagi semesta.
“Ketika Muhammadiyah diisi dengan orang-orang yangg mempunyai sifat wasathiyah yangg benar, maka dia bakal menjadi organisasi yangg mencerahkan bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk seluruh alam semesta,” tegasnya.
Menurut Adi Hidayat, seseorang yangg bisa mengamalkan wasathiyah dengan betul bakal secara otomatis menjadi teladan bagi banyak orang.
“Orang yangg wasathiyah itu bakal menjadi role model, bukan hanya untuk sebagian mini orang, tapi untuk semua. Sebab, dia adalah orang yangg sukses menjalankan petunjuk kehidupan dari Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya. (sa)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·