Diskusi Kepemudaan oleh PCPM Kedungadem Bojonegoro dengan tema "Muhammadiyah dari Prospek Politik dan Ekonomi" Selasa, (7/3)BOJONEGORO, PIJARNEWS.ID – Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kedungadem Bojonegoro menyelenggarakan Diskusi Kepemudaan dengan tema “Muhammadiyah dari Prospek Politik dan Ekonomi” nan dilaksanakan pada Selasa, (7/3) bertempat di MTs Muhammadiyah 02 Kedungadem.
Kegiatan kali ini menghadirkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M. Khoirul Abduh SAg MSi, dan Dr Nazaruddin Malik MSi, serta Agung Supriyanto SH, Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, nan dihadiri 80 orang peserta dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kedungadem.
Diskusi kali ini berbeda dengan dengan obrolan biasanya, lantaran setelah aktivitas pembukaan moderator langsung mempersilahkan para audiensi untuk memberikan pertanyaan kepada para pemateri. Hal ini di rasa sangat efisien, sehingga uneg-uneg nan ada di peserta bisa di berikan solusi oleh para pemateri.
Menanggapi pertanyaan mengenai konsep dakwah, M. Khoirul Abduh menyampaikan, bahwa Muhammadiyah organisasi premium, konsep dakwahnya juga kudu membumi. Ia mencontohkan dalam konteks kemandirian ekonomi, Pemuda Muhammadiyah misalnya, bisa membikin kafe sebagai wahana dakwah.
“Dibuatkan kafe, tetapi pada saat sholat tiba seluruh visitor bisa sholat berjamaah.
Kan keren,” kelakarnya nan disambut tepuk tangan peserta.
“Dalam konteks politik, Muhammadiyah kudu berfikir strategis agar Muhammadiyah bisa memberi warna dalam membangun indonesia,” tambah mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur 2010-2014.
Senada dengan Abduh, Dr Nazaruddin Malik juga mengatakan bahwa Muhammadiyah itu besar. “Besar sekali, luas dan luwes. Untuk itu kader juga kudu bisa menerjemahkan kebesaran Muhammadiyah itu,” ujar Wakil Rektor II UMM Malang tersebut.
Lebih lanjut Dr Nazar mengungkapkan, dalam konteks gerakan, Muhammadiyah mempunyai 2 dimensi. “Yakni pemikiran dan tajdid, maka Muhammadiyah kudu berada di relung-relung nafas kehidupan masyarakat,” terangnya.
Untuk itu, Dr Nazar menggaris bawahi bahwa siapapun nan berfikiran maju dan berkemajuan bisa digolongkan menjadi orang Muhammadiyah meskipun tidak ber-NBM (Nomor Baku Muhammadiyah).
Disisi lain, Agung Supriyanto menyampaikan jika posisioning Muhammadiyah tetap tarik-menarik. “Ini terjadi lantaran teologi politik Muhammadiyah dahwah amar makruf nahi mungkar,” katanya.
Agung juga menambahkan, bahwa diaspora kader Muhammadiyah pada politik praktis tetap melangkah sendiri-sendiri. “Di PDI Perjuangan melangkah dengan caranya sendiri, di Golkar bejalan dengan caranya sendiri, nan di PKS, di PAN dan di partai-partai lain tetap melangkah sendiri-sendiri,” terangnya.
Maka menurut Agung, Muhammadiyah kudu berinvestasi di politik praktis. “Yakni dengan menghibahkan kader-kadernya di bagian politik praktis. Serta mempunyai tujuan nan sama, ialah melanjukan cita-cita Muhammadiyah itu sendiri,” pungkasnya. (Arif/Hen)
2 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·