Wilayah tenggara benua Eropa, ialah area yangg dikenal dengan nama Balkan, terletak di Albania. Negara ini mempunyai jumlah masyarakat 3,5 juta orang, 70% penduduknya berakidah Islam dan sisanya Kristen. Luas wilayah sekitar 30 ribu kilometer persegi. Negara ini di masa silam sempat berada di bawah kekuasaan imperium-imperium besar seperti Yunani, Roma, dan Ottoman.
Meskipun pada era pendudukan Romawi, area Albania sempat menjadi area berpeduduk Kristen, namun menyusul kemunculan Islam, terjalinlah hubungan antara bangsa Albania dengan orang-orang muslim. Dengan berimigrasinya kaum muslimin dan berdatangannya para muballigh dan pedagang ke Albania, Islam secara berjenjang meluas di Albania (Sahrasad 2018, 45).
Semenanjung Balkan ini sebenarnya telah sukses ditaklukkan oleh kaum muslim, tidak jauh selang waktunya dengan penaklukkan Konstantinopel. Albania mulai dimasuki Islam pada tahun 1430, Serbia masuk dalam kekuasaan Dinasti Turki Utsmani pada tahun 1459, Bosnia-Herzegovina direbut pada tahun 1465 M, dan Yunani, termasuk Morea dan Euboea, jatuh ke tangan Dinasti Turki Utsmani pada tahun 1468 (Sapitri 2017, 229-230).
Murad II Menaklukan Balkan
Suksesor penakluk Eropa Timur dari Dinasti Turki Utsmani ialah Murad II. Ia melancarkan serangan gencar untuk menaklukan pemimpin-pemimpin klan di Balkan. Tahun 1431 dia merebut Janina dan Arta. Penghujung 1449, Dinasti Turki Utsmani merebut pantai Ionia, sekaligus merebut semua properti dan posisi para klan untuk menjamin kesetiaan masyarakat taklukannya.
Dinasti Turki Utsmani mengirim dan menyekolahkan anak-anak pemimpin klan ke Turki, sedangkan sisa-sisa prajurit klan diintegrasikan ke dalam satu kesatuan besar di bawah komando jenderal Dinasti Turki Utsmani.
Perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Turki Utsmani, Sultan Murad II menyiapkan pasukan sebanyak empat puluh ribu untuk menyerang pasukan John Hunyadi secara tiba-tiba dan kalah total di Kosova pada 17 Oktober 1448 M. Hasil daripada kemenangan tersebut membikin negeri Serbia, Bosnia, dan wilayah-wilayah taklukan dulu dapat dikembalikan semula kepada pihak Dinasti Turki Utsmani (Ahmad 1993, 397).
Tantangan Sultan Murad II juga datang dari pihak Kristen, yangg mana Pope Eugene IV telah melakukan pertemuan umum di Florensia untuk membincangkan cara-cara hendak mengusir dan mengikis habis-habisan bangsa Turki dari bumi Eropa. Pertemuan itu juga mengadakan rapat umum kepercayaan dan menyerukan untuk melawan pasukan Islam dari Turki.
Para raja Eropa menyahut seruan itu hingga mereka membentuk satu barisan terkenal dengan nama Pasukan Salib yangg merupakan campuran dari bangsa-bangsa Serbia, Bulgaria, Bosnia, Albania, Rumania, Hungaria, dan beberapa pasukan askar Salib dari Itali.
Dinamika Kesultanan Turki Utsmani
Akhirnya pada tahun 1448 M, bertindak pertempuran dahsyat antara kedua pasukan di Belgrad di bawah ketua panglima Hungaria berrnama Hunyadi. Dalam pertempuran ini, Dinasti Turki Utsmani mengalami kekalahan telak hingga menewaskan dua puluh ribu orang pasukan dan panglimanya ditawan oleh pihak sekutu Salib. Angkatan sekutu Eropa juga dapat melanjutkan serangan mereka ke Adrianopel, pusat Dinasti Turki Utsmani sehingga melenyapkan sejarah Turki di Benua Eropa.
Kebijaksanaan Sultan Murad II terus meminta diadakan perdamaian antara Pasukan Kristen dengan Pasukan Islam. Perjanjian itu ditandatangani di Szegedin pada tahun 1444 M dengan syarat-syarat tertentu. Di antaranya; berjanji tidak bertempur selama sepuluh tahun, mengeembalikan Serbia dengan seluruh kota dan bentengnya kepada George Brankowit dan mengembalikan Falakh kepada Dracula dengan suatu ketentuan bahwa negeri itu di bawah kekuasaan Maghyar (Ahmad 1993, 396).
Selain itu, ada seorang pembelot dari orang kepercayaannya berjulukan Gjergy Krastioti. Ia merupakan salah satu anak dari klan Kruje dipaksa untuk dikirim ke ibukota Dinasti Turki Utsmani untuk dilatih kemiliteran. Gjergy Krastioti (1403-1468) yangg dikenal cerdas. Ia menyita perhatian sultan, yangg mempercayainya memimpin ekspedisi militer ke Asia mini dan Eropa. Penguasa Dinasti Turki Utsmani makin percaya ketika Krastioti bersedia masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Iskandar. Sebagai penghargaan, sultan memberi nama Bey di belakang Iskandar.
***
Tidak ada keraguan lagi bagi penguasa Dinasti Turki Utsmani ketika menunjuk Iskandar Bey sebagai penguasa militer distrik Balkan. Ia kembali ke Albania sebagai komandan pasukan Dinasti Turki Utsmani. Namun di hari pertamanya bertempur dengan pemberontak Serbia, Iskandar Bey ––dikenal di Albania sebagai Skanderberg–– menderita kekalahan. Iskandar Bey membawa pasukannya melarikan diri ke Krujl. Pada saat perjalanan, dia menipu personil pasukannya yangg berasal dari etnis Turki, dan menyerahkan mereka ke tembok milik family Krastioti.
Di tengah keluarganya, Iskandar Bey menyatakan kembali memeluk Katolik dan mendeklarasikan perang suci melawan Dinasti Turki Utsmani. Sebagai pemimpin kharismatik, Iskandar Bey membangkitkan semangat perlawanan klan-klan lainnya, termasuk organisasi Yunani di Epirus. Dengan berkekuatan 30 ribu serdadu, Iskander Bey menyerang pos-pos Dinasti Turki Utsmani dan mengepung Sultan Murad II.
Perlawanan tidak berjalan lama. Kebijakan Iskander Bey membantu Raja Alfonso dari Napoli dalam perang melawan raja-raja Sisilia, menimbulkan keretakan di antara pemimpin klan. Sejumlah pemimpin lokal membelot ke Dinasti Turki Utsmani, dan memerangi Iskander Bey.
***
Di Lezl tahun 1468, Iskander Bey menemui ajalnya. Sultan Mehmed II pengganti Murad II, dikabarkan menangisi kematian musuh sekaligus sahabat terbaiknya. Kematian Skanderberg mendorong islamisasi secara menyeluruh di Albania. Adapun untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakatnya, Dinasti Turki Utsmani menerapkan norma Islam di seluruh Albania dan Balkan.
Khusus pada periode abad ke-15, sejarawan H. Abiva, dalam tulisan Albania: Freedom Unconsidered, menulis tidak ada bukti-bukti kuat Dinasti Turki Utsmani melakukan konversi paksa terhadap masyarakat taklukannya. Ini diperkuat oleh sejumlah teks sejarah yangg dianalisis sejarawan Barat TW Arnold.
Menurut Abiva, konversi terjadi secara alamiah lantaran Islam dianggap menawarkan praktek ritual yangg tidak pelik dan rumit. Islam menempatkan pemeluknya sebagai perseorangan yangg bisa memohon kepada Allah secara langsung, alias tanpa melalui perantara petinggi kepercayaan (Sahrasad 2018, 46).
Editor: Soleh
2 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·