Buku Irfan Afifi “Saya, Jawa, dan Islam” merupakan ekspresi kekayaan buahpikiran dan situasi bagi praktik mistik menuju kultivasi diri. Irfan Afifi menjadikan kumpulan gagasannya ini untuk pengesahan secara tepat dalam memahami tata langkah kelangsungan hidup, serta memperbaharui kesadaran bahwa keberadaan manusia dan tujuan teologis pada akhirnya dapat ditempuh selama mereka hidup alias berada di bumi ini.
Kebanyakan orang percaya bahwa aliran Jawa memasukkan aspek-aspek Hindu, padahal ini tidaklah benar. Hal ini terlihat seperti ketika Doktor Cornel menelaah 500 manuskrip di keraton Surakarta, ditemukan bahwa hanya 17 manuskrip yangg termasuk Hindu dan 30 kitab yangg jelas-jelas berkarakter Islam. Pencarian penulis untuk mengidentifikasi alias menyelidiki Islam dan Jawa adalah proses yangg panjang dan rumit.
Jawa adalah Islam
Terutama saat dihadapkan dengan tantangan hati dan pikiran yangg berbeda yangg kadang-kadang tampak bertentangan. Tapi gimana mungkin seseorang yangg terlalu jauh dan emosional menggambarkan Islam Jawa menjadi tiga varietas yangg dipaksakan oleh Clifford Geertz, alias ketika membahas warisan Islam Jawa setelah Jawa terbagi menjadi dua kerajaan besar, Kasunanan dan Kesultanan? Atau gimana menjelaskan Jawa yangg dulunya merupakan aliran budaya namun sekarang menyusut menjadi kejawen?.
Pengertian reflektif dalam mulat sarira lebih dari sekedar teori yangg dikemukakan oleh penulis; Dalam situasi ini, Irfan Afifi menyampaikan apa yangg diketahuinya dan kemudian menguraikannya secara santun dan tanpa merendahkan.
Dalam aspek lain, buahpikiran yangg diajukan di dalam karya ini kaya bakal pendapat mulat sarira (seperti kebiasaan memahami pengetahuan rasa). Lebih dari sekedar tanggapan, setiap orang pasti mempunyai cita rasa (spiritualitas) yangg unik serta mengandung rahasia terdalam.
Sebab dengan latihan-latihan diri, setiap orang bakal tahu dan berjumpa dengan “diri (nyata)” -nya adalah sebuah perihal mungkin. Luasnya ibadah seseorang berakibat pada pola pikir seseorang. Secara material, yangg terlihat dalam skenario ini adalah pola perilaku terhadap orang lain. Sankan paraning dumadi, dalam situasi ini—individu—mengalami perjalalan filosofis.
Irfan Afifi memandang intelektual kita hanya sedikit yangg menghargai latar belakang pemikiran Jawa (tanpa menyadur pemahaman orientalis), dan apalagi lebih banyak mengagungkan pemahaman filosofis Eropa dan Timur Tengah. Maka dari itu, dalam kitab ini disertakan ahli filsafat intelektual Jawa (santri) ialah Yasadipura, Ranggawarsita, Suryamentaraman, dan Empu Supa yangg kaya bakal nilai filosofis.
Keselarasan Diri dan Alam Semesta
Sebagian besar masyarakat menganggap tradisi intelektual Jawa sebagai salah satu corak mistisisme, namun menurut Irfan Afifi tidak selalu demikian. Dia betul-betul menempatkan pemikiran dan spiritualitas pada satu proposisi pengetahuan. Bahkan lebih halus.
Kumpulan artikel-artikel ilmiah kitab ini berisi banyak salinan wawasan tentang keaslian. Aspek yangg paling krusial untuk diselidiki dalam setiap bagian dalam kitab ini adalah proses analitik itu sendiri. Karena mengenal yangg “Sejati” memerlukan patokan berasas diri kita sendiri, introspeksi diri adalah metode mengedarkan kepekaan yangg berkembang dalam logika (budi) dan hati setiap manusia.
Alhasil, dia bertindak tidak hanya pada setiap orang –jagad cilik— (mik rokosmos), tetapi juga pada jagad gede alias alam semesta (makrokosmos). Sikap kita terhadap alam adalah manifestasi wordview dari kemauan simpatik kita untuk menjaga lingkungan di sekitar kita, alias bumi pertiwi.
Mungkin sikap konfrontatif terhadap alam dan beragam konsep serta pengetahuan dan pemahaman (dalam contoh ini, merasa paling bermoral) telah menghalangi kita (manusia) untuk mengalami kasih sayang, seperti yangg diajarkan ibu kita ketika kita dibesarkan dengan cinta.
Oleh lantaran itu, kitab ini memberikan beberapa langkah untuk membantu kita mengenal diri sendiri secara lebih baik. Karena pendapat hubungan manusia dengan Tuhan dan alam itu sendiri merupakan konsep mulat sarira yangg reflektif.
Orang-orang adalah rahasia-ku, dan saya adalah bagian dari mereka, Al Insanu Sirri, Wa Ana Sirruhu. Itu adalah ungkapan dari hadits qudsi, yangg menunjukkan bahwa manusia mempunyai ruang yangg tidak dapat dipisahkan dari jangkauan Tuhan.
Mulat sarira adalah metode spiritual individual yangg dapat digunakan seseorang untuk menemukan jati diri. Jadi, mulat sarira adalah pancaran man arafa nafsahu arafa rabbahu (muhasabah).
Biodata Buku
Judul buku : Saya, Jawa, dan Islam
Nama Penulis : Irfan Afifi
Penerbit : Tanda Bada
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 221
Editor: Soleh
2 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·