Merawat Kemanusiaan dalam Bayang Kuasa - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Merawat Kemanusiaan dalam Bayang Kuasa

PENGHARGAAN Human Right Award yang diterima Garin Nugroho di Swiss pada arena Film fest Diritti Umani Lugano, 17 Oktober 2025, menjadi oase di tengah padang gersang kemanusiaan. Ketika bumi semakin dipenuhi oleh pemimpin vulgar dan kasar yangg mengutamakan kepentingan kekuasaan dan ekonomi, karya seperti Nyanyi Sunyi Dalam Rantang hadir sebagai ruang renung yangg menyuarakan yangg tak bersuara.

Garin, dengan langkah khasnya yangg puitis sekaligus kritis, mengingatkan bahwa estetika seni juga bisa menjadi medium perlawanan atas penindasan. Penegakan kewenangan asasi manusia selalu menuntut perjuangan yangg di dalamnya termuat korban. Hak tidak datang dalam ruang kosong, melainkan selalu berhadap-hadapan dengan kewajiban. Dan, tanggungjawab itu melekat pada setiap manusia yangg hidup di bawah kuasa negara.

Dalam bentangan antara daulat rakyat dan daulat negara, senantiasa tumbuh potensi bentrok yangg menuntut kedewasaan dalam mengelolanya. Namun yangg sering terjadi justru sebaliknya—negara, ketika dikuasai oleh semangat otoritarian, menjadikan kekuasaan sebagai perangkat untuk menindas, menangkap, dan mempidanakan.

Kriminalisasi menjadi modus operandi yangg dipakai negara demi kelestarian rezimnya. Atas nama stabilitas dan kepentingan bangsa, norma sering kali direkayasa untuk menyingkirkan musuh politik, merampas tanah rakyat, dan membungkam bunyi yangg berbeda. Di titik itulah pentingnya otonomi warga, aktivis, dan seniman: menjaga jarak sehat dengan negara agar sistem yangg potensial koruptif dan kolusif tak menjelma menjadi kegilaan kolektif.

Negara boleh membentuk komisi kewenangan asasi manusia, namun sering pula negara sendiri yangg membatasi alias apalagi meniadakan kerja lembaga itu ketika dianggap mengganggu kenyamanannya. Maka penegakan kewenangan asasi manusia sejatinya selalu memanggil. Namun, namun apakah kita tetap terpanggil?

Saya percaya, tetap ada yangg tidak berdiam diri. Masih ada mereka yangg terus berkarya, bersuara, dan mengingatkan kita tentang kemanusiaan yangg makin terpinggirkan. Garin Nugroho adalah salah satunya. Ia membujuk dengan langkah yangg tidak gaduh, bahasa sinema yangg lembut, tetapi tajam dan menohok.

Ia membangkitkan empati ketika banyak yangg memilih diam, memelihara nurani ketika banyak yangg menyerah pada kuasa. Bahwa kewenangan itu kudu diperjuangkan—dan perjuangan itu, betapapun sunyi, tak bakal pernah sia-sia. (jakartamu)

-->
Sumber infomu.co medan
infomu.co medan