Oleh : Zulfiana R. Shalihah, S.Pd (Guru SMP Muh 5 Ngupit & MIM Beji, Tulung Klaten)
Ramadhan merupakan bulan yangg penuh berkah, bulan yangg di dalamnya Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Umat Islam di seluruh bumi menyambut bulan suci ini dengan penuh suka cita, melaksanakan ibadah puasa dan memperbanyak kebaikan kebajikan. Namun, Ramadhan semestinya tidak hanya menjadi arena ritual tahunan yangg berlalu begitu saja tanpa makna yangg mendalam. Bulan ini kudu menjadi momentum perubahan bagi setiap perseorangan Muslim, baik dalam aspek spiritual, sosial, maupun politik.
Perubahan dalam Islam tidak cukup hanya pada aspek perseorangan semata, tetapi kudu mencakup sistem kehidupan yangg diterapkan dalam masyarakat, lantaran islam bukan sekadar kepercayaan ritual, melainkan sistem hidup yangg mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Oleh lantaran itu, Ramadhan kudu menjadi momentum bagi umat Islam untuk kembali kepada hukum secara total, bukan hanya dalam ibadah pribadi seperti puasa dan shalat, tetapi juga dalam aspek muamalah dan pemerintahan. Jika umat Islam hanya konsentrasi pada ibadah perseorangan tanpa memperjuangkan penerapan Islam secara kafah, maka perubahan yangg diharapkan tidak bakal terwujud secara sempurna.
Imam Malik, sebagai salah satu pemimpin ajaran yangg terkenal dengan prinsip al-maslahah al-mursalah, menekankan bahwa norma Islam kudu diterapkan dengan mempertimbangkan maslahat bagi umat. Hal ini sejalan dengan semangat Ramadhan yangg mengajarkan umat untuk berempati kepada sesama, meningkatkan solidaritas sosial, dan menegakkan keadilan. Serta menjadi semangat bagi umat Islam untuk bangkit menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Dengan kata lain, perubahan yangg terjadi di bulan Ramadhan kudu mencakup dimensi sosial, di mana umat Islam berupaya untuk membangun kehidupan yangg lebih setara dan berdasarkan hukum Islam.
Sementara itu, Imam Abu Hanifah menekankan pentingnya penggunaan logika dalam memahami dan menerapkan norma Islam. Pendekatan logis yangg beliau ajarkan menunjukkan bahwa perubahan yangg sejati tidak bisa terjadi hanya dengan semangat emosional semata, tetapi kudu didasarkan pada pemahaman yangg betul terhadap norma Islam. Ini berfaedah bahwa setiap Muslim kudu menjadikan bulan suci ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan pemahamannya terhadap Islam, tidak hanya dalam aspek ibadah tetapi juga dalam aspek hukum, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian, perubahan yangg terjadi bakal lebih kokoh dan berakar kuat dalam pemahaman yangg betul terhadap aliran Islam.
Perubahan sejati dalam Islam kudu berbasis pada kesadaran politik yangg tinggi. Umat Islam kudu memahami bahwa beragam persoalan yangg mereka hadapi saat ini adalah akibat dari tidak diterapkannya norma Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Oleh lantaran itu umat Islam selain berbenah cecara perseorangan juga kudu menyadari pentingnya perjuangan untuk menegakkan kembali Islam sebagai sistem kehidupan. Kesadaran ini kudu diwujudkan dalam corak dakwah dan perjuangan kolektif untuk menegakkan hukum Islam secara kaffah.
Jika memandang kondisi umat Islam saat ini, banyak yangg tetap memandang Ramadhan hanya sebagai bulan peningkatan ibadah pribadi tanpa memikirkan dimensi perubahan yangg lebih luas. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa banyak perubahan besar dalam peradaban Islam terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar, Fathu Makkah, dan beragam peristiwa krusial lainnya dalam sejarah Islam terjadi di bulan suci ini, yangg menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan perjuangan dan perubahan. Oleh lantaran itu, sudah saatnya umat Islam mengembalikan makna sejati Ramadhan sebagai bulan kebangkitan dan transformasi, bukan hanya bagi perseorangan tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
Perubahan yangg dicita-citakan dalam Islam tidak bisa terjadi secara spontan alias hanya mengandalkan semangat Ramadhan sesaat. Diperlukan upaya yangg berkepanjangan untuk mewujudkan transformasi ini. Ramadhan bisa menjadi titik awal bagi setiap Muslim untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, dan membangun kesadaran bakal pentingnya penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Kesadaran ini kudu terus dijaga dan diwujudkan dalam tindakan nyata setelah Ramadhan berakhir, agar perubahan yangg terjadi bukan hanya berkarakter temporer, tetapi berkelanjutan. Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga bulan kebangkitan menuju kehidupan yangg lebih baik di bawah naungan hukum Islam.
(isi diluar tanggung jawab redaksi)


8 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·