Menyambut Ramadhan, Menjemput Puncak Kebahagiaan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Ace Somantri, pengajar Universitas Muhammadiyah Bandung. personil PWM Jawa Barat Periode 2022-2027. (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Hidup manusia penuh teka-teki. Sekalipun dalam kehidupan manusia lumrah dan biasa merencanakan hidup. Namun, faktanya tidak demikian lantaran pemilik rencana belum tentu mengizinkan dan meridhai. Hal tersebut bukan berfaedah mematahkan semangat, melainkan menjadikan sebuah reasoning logika intelektual manusia manakala menghadapi beragam kejadian hidup nan dialami oleh setiap manusia di manapun dan kapanpun terjadi.

Pun sama ketika dalam menyikapi perihal ihwal nan berangkaian dengan sesuatu nan mengikat sebuah tanggungjawab syar’i, baik itu berkarakter fardiyah ainiyah alias kifayah. Dalam kondisi apapun, sebagai manusia nan beragama bakal mengakui kebenaran kepercayaan Islam, seyogyanya kudu senantiasa menjalankan penuh sadar dan tanggungjawab. Hal itu dikarenakan sebagai akibat dari  pernyataan janji Tauhidullah sebagai manusia nan meyakini betul bahwa aliran Islam merupakan aliran nan komplit dan sempurna.

Treatment ruhaniyah dalam rangka meningkatkan mutu spiritualitas keberagamaan seorang muslim. Diyakini bahwa syari’at Islam terdapat banyak aliran dan mengerti praktis untuk memberikan treatment memperbaiki dan meningkatkan kualitas spiritual hidup didunia hingga akhirat. Demi masa, tidak terasa pergerakan waktu dari detik hingga hari, bulan dan tahun.

Ramadhan tiba, keberkahan, rahmat dan maghfirah menyertainya. Umat muslim di seluruh bagian bumi menyambut dengan gegap gempita penuh ceria dan bahagia. Spirit dan motivasi untuk menstimulasi jiwa dan raga agar lebih siap diri menghadapi shaum di bulan Ramadhan beragam langkah dilakukan. Kesiapan fisik-jasadiyah dan mentalitas beragama senantiasa dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum tiba waktunya.

Ramadhan bulan penuh hikmah dan berkah, namun pemaknaannya tidak sebatas dalam ungkapan kata nan biasa terdengar setiap Ramadhan tiba, melainkan memaknainya lebih dari biasanya, ialah kudu terasa dan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah Ramadhan bukan hanya berlomba-lomba infak dan sedekah, hikmah Ramadhan kudu menjelma dalam perubahan sikap, perilaku, dan perbuatan nyata nan kudu melahirkan karya terus-menerus nan berakibat pada peningkatan mutu hidup.

Semakin bertambah waktu dan masa usia, hendaknya dibarengi bertambahnya nilai kualitas produk karya berpikir. Terlebih pada masa bulan Ramadhan aspek pendukungnya lebih baik dan kondusif, sangat mungkin lebih akseleratif. 

Kesenangan dan kebahagiaan bulan Ramadhan tidak semata ramai-ramai berjamaah shaum dan ramai-ramai tadarus Al-Qur’an. Hal tersebut sudah bagian pokok dalam paket ibadah shaum. Justru, di Ramadhan sebaiknya menjadi pemantik perubahan dan tambahan digit hasil produk secara periodik dari tahun ke tahun sesuai life planning. 

Apapun alasannya, Ramadhan bulan mulia nan bagus penuh berkah hanya ada dalam selogan setiap tiba. Tradisi nyaris tidak ada perubahan dari tahun-tahun sebelumnya, apalagi lebih parah nan dapat kita sadari setiap tahun ada penurunan kualitas dan jumlah amaliyah mengisi waktu dan masa. Jangankan mengumpulkan hasil karya dan memantik berpikir untuk loncat maju lebih jauh.

Yang terjadi justru, selama Ramadhan hanya meningkatkan jumlah tidur dan berkurangnya produktivitas waktu dikarenakan pada umumnya badan lemas, letih dan lesu. Hal itu terjadi seperti tradisi yang  mensugesti diri untuk melakukan dan berprilaku demikian.

Berperilaku dan melakukan di bulan Ramadhan balasannya ada kekhususan, sehingga umat muslim beramai-ramai menyambut penuh senang dan gembira. Tua-muda, anak-dewasa, dan juga laki-laki dan wanita semua rela berupaya untuk bershaum ria diawali sahur menjelang shubuh dilanjut menahan lapar, haus dan dahaga selama sehari penuh kurang lebih 12 jam lamanya hingga terbenam mentari masuk waktu maghrib.

Cahaya kebahagian terpancar dari aura wajah umat muslim, semangat beragama meningkat dua kali lipat dari biasanya, apalagi nan sunah-sunah pun nyaris tak terlewati. Begitulah ibadah ritual umat muslim setiap saat bulan Ramadhan tiba. Bahkan nyaris diatas rata-rata pada umumnya umat muslim tiba-tiba jadi pada baik, nan biasanya jarang memberi infaq dan shadaqoh mendadak jadi rajin, nan biasanya jarang baca tilawah Al-Qur’an menjadi giat bertilawah, nan tidak biasa shalat berjamaah ke masjid jadi sering berjamaah, dan nyaris semua aktivitas ibadah berbasis ritual ada peningkatan signifikan. Termasuk perihal ritual amal fitrah dan mal di Ramadhan, penghitungan haul amal pun menjadi tradisi dihitung manakala Ramadhan tiba.

Namun, tetap ada catatan nan sebaiknya diperbaiki ialah sikap umat muslim melakukan ritual shalat sunah Qiyamu Ramadhan alias Tarawih. nan terlihat oleh kasat mata, seolah wajib shalat Tarawih sehingga beramai-ramai ke Masjid, sementara shalat wajib tidak excited sehingga disikapi biasa-biasa saja beda dengan Tarawih.

Itu perihal lumrah terjadi setiap Ramadhan, entah kudu mulai dari mana melakukan perubahan tradisi berakidah agar lebih berarti dan produktif setiap tukar tahun nan dimulai pada bulan Ramadhan. Dengan diawali perbuatan baik secara berjamaah, semestinya pemantiknya lebih luar biasa lantaran melalui berjamaah. Penting dicatat oleh asatdiz, ulama, dan zuama bahu membahu menggerakkan jamaah mengubah langkah berpikir lebih kreatif, memperbaharui langkah pandang dalam memotret kejadian sebagai sumber inspirasi menjadi lebih inovatif, serta memberikan pencerahan pemahaman keberagamaan dalam ritual dalam Islam tidak sekedar memenuhi syarat dan rukunnya, melainkan tercapainya maksud-maksud syari’at dari setiap aplikasi aliran Islam nan dijalankan.

Lebih jauh lagi, selain maksud syari’at (makasid asy-syari’) tercapai diharapkan bisa menembus kehendak kreator syari’at (insya asy-syari’) ialah Allah Subhanahu wata’ala. Karena angan dan angan kita setiap saat, berambisi segala sesuatu nan dikerjakan mendapatkan izin, ridha dan kehendak-Nya.

Percuma dan tidak berbobot apa-apa manakala hasil karya hanya sebatas bentuk wujud materi nan sekedar terlihat oleh kasat mata tidak berfaedah daya, tak ubahnya seonggok barang nan hanya hanya membikin rusaknya pemandangan mata dan mengotori area dimana barang itu ada. Di bulan Ramadhan momentum memperbaiki dan membersihkan secara berjamaah, berambisi jiwa dan raga tetap berbobot guna.

Berat dan beban amanah sebagai manusia tidak sekadar menghirup udara segar menjaga sirkulasi nafas jiwa dan raga. Juga tidak sekadar jungkir kembali mobilitas jasad untuk ibadah ritual nan tak bermakna, apalagi capek-capek menahan hawa lapar dan haus dahaga. Jikalau semua itu hanya sia-sia belaka, niat tulus beragama dibarengi memaknai terserap dan jiwa dan raga, menjelma pada sikap dan prilaku beradab, membentuk karakter peduli dan peka, serta nilai kehadiran kita bisa menebar virus nan menginspirasi manusia lainnya hingga menjadi kulminasi pada perubahan jamaah dan umat di alam semesta.

Makhluk lain pun mendorong dan support atas niat, mobilitas langkah, serta produktivitas orkestrasi jenis kata dan laku membawa angan menuju cita-cita hidup manusia untuk menuju puncak kebahagian nan hakiki. Ramadhan tiba, melakukan shaum sebagai sambutan menjadi sarana  untuk jalan ketaqwaan untuk mendapat tiket masuk kebahagiaan asasi nan abadi. Wallahu’alam. (*)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co