Lima Pilar Islam Berkemajuan: Arah Gerakan Muhammadiyah Menuju Peradaban Mencerahkan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

PWMJATENG.COM – Gerakan Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah menegaskan diri sebagai organisasi Islam yangg berkomitmen pada pembaruan dan kemajuan umat. Konsep Islam Berkemajuan bukan sekadar jargon, melainkan visi peradaban yangg mau diwujudkan dalam kehidupan nyata. Hal itu kembali ditegaskan oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Zakiyuddin Baidhawy, dalam sebuah tausiyah yangg menyentuh aspek ideologis, spiritual, dan praksis gerakan.

Zakiyuddin, yangg juga Rektor UIN Salatiga, menyampaikan bahwa Islam Berkemajuan merupakan pandangan hidup yangg berpijak pada aliran tauhid, Al-Qur’an, dan sunah Nabi Muhammad saw. Lebih jauh, dia menekankan bahwa aktivitas ini dilandasi semangat tajdid alias pembaruan, bersikap moderat (washatiyah), dan menghadirkan rahmat bagi seluruh alam semesta.

Menurutnya, kelima prinsip tersebut menjadi pilar utama yangg kudu dijaga dan dikembangkan di beragam lini kehidupan umat, mulai dari bagian pendidikan, sosial, budaya, hingga politik kebangsaan. “Islam Berkemajuan bukan sekadar slogan. Ini adalah model peradaban yangg berpijak pada tauhid, Al-Qur’an dan sunah, serta semangat tajdid. Ini juga mencakup sikap washatiyah yangg moderat dan visi rahmatan lil ‘alamin yangg inklusif,” tuturnya dalam kesempatan itu.

Tauhid sebagai Fondasi Peradaban

Prinsip pertama yangg menjadi pilar Islam Berkemajuan adalah tauhid. Bagi Muhammadiyah, tauhid bukan hanya aliran teologis, tetapi juga dasar ideologis dan spiritual yangg memandu setiap aspek kehidupan. Tauhid meneguhkan keesaan Allah dan menolak segala corak syirik, sekaligus mengarahkan manusia untuk menata kehidupan berasas nilai-nilai ilahiah.

Al-Qur’an menegaskan:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ۝ اللَّهُ الصَّمَدُ ۝ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۝ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Ayat tersebut menjadi peneguhan bahwa seluruh kebaikan perbuatan manusia kudu berasal dari kesadaran tauhid. Zakiyuddin menekankan, dengan berpegang pada tauhid, umat Islam bakal terbebas dari belenggu kemusyrikan, takhayul, maupun praktik yangg bertentangan dengan aliran murni Islam.

Al-Qur’an dan Sunah sebagai Sumber Inspirasi

Prinsip kedua adalah menjadikan Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw. sebagai landasan utama gerakan. Muhammadiyah, menurut Zakiyuddin, selalu menempatkan wahyu sebagai sumber inspirasi pembaruan. Kedua sumber ini tidak hanya dipahami secara tekstual, tetapi juga kontekstual agar aliran Islam bisa menjawab problematika zaman.

Baca juga, Brand ID Milad ke-113

Dalam pandangan Muhammadiyah, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah berfaedah menjaga kemurnian aliran sekaligus membuka ruang imajinatif dalam mengamalkannya. Dengan demikian, Islam Berkemajuan bisa menghadirkan solusi bagi tantangan modernitas tanpa kehilangan akar tradisi keagamaannya.

Ijtihad dan Tajdid: Menjawab Tantangan Zaman

Prinsip ketiga adalah ijtihad dan tajdid. Muhammadiyah dikenal sebagai aktivitas tajdid yangg sejak awal mendorong lahirnya pemikiran kritis dan inovatif. Zakiyuddin menegaskan bahwa Islam Berkemajuan tidak boleh berakhir pada dogmatisme. Sebaliknya, umat dituntut untuk berijtihad dalam merespons perkembangan pengetahuan pengetahuan, teknologi, serta dinamika sosial-politik.

Hadis Nabi Muhammad saw. menyebutkan:

إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

“Sesungguhnya Allah bakal mengutus untuk umat ini pada setiap awal seratus tahun orang yangg memperbarui urusan agamanya.” (HR. Abu Dawud)

Hadis tersebut menjadi landasan teologis krusial bagi semangat tajdid yangg dipegang Muhammadiyah. Dengan tajdid, Islam senantiasa relevan, dinamis, dan bisa memberikan jawaban atas problematika kontemporer.

Washatiyah: Sikap Moderat yangg Adil

Prinsip keempat adalah bersikap washatiyah alias moderat. Islam Berkemajuan tidak menoleransi sikap ekstrem, baik ekstrem kanan maupun kiri. Washatiyah berfaedah mengambil posisi tengah yangg adil, proporsional, dan membawa maslahat.

Zakiyuddin menekankan bahwa umat Islam kudu menghindari fanatisme sempit, kekerasan, maupun sikap intoleran. Washatiyah menjadi jalan tengah untuk membangun kerukunan, mengedepankan musyawarah, serta menjaga persatuan bangsa. Inilah yangg menjadikan Islam Berkemajuan relevan dalam konteks Indonesia yangg plural dan multikultural.

Rahmatan lil ‘Alamin: Islam yangg Inklusif

Prinsip kelima adalah mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Konsep ini berarti bahwa Islam datang membawa rahmat bagi seluruh manusia, apalagi bagi seluruh alam semesta. Al-Qur’an menegaskan:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Ayat tersebut menunjukkan misi universal Islam yangg inklusif dan humanis. Dalam kerangka Islam Berkemajuan, Muhammadiyah menekankan pentingnya menebar kebaikan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta menghadirkan faedah bagi kehidupan global.

Zakiyuddin menuturkan bahwa rahmatan lil ‘alamin berfaedah Islam tidak boleh eksklusif, melainkan kudu bisa berbincang dengan semua kalangan. Sikap ini bakal membawa wajah Islam yangg ramah, solutif, dan mencerahkan.

Meneguhkan Gerakan Islam Berkemajuan

Lima prinsip yangg disampaikan Zakiyuddin Baidhawy tersebut mencerminkan karakter Islam Berkemajuan sebagai kepercayaan yangg membebaskan, mencerahkan, dan memberdayakan. Prinsip tauhid meneguhkan fondasi spiritual, Al-Qur’an dan sunah memberikan arah, ijtihad dan tajdid mendorong pembaruan, washatiyah meneguhkan keseimbangan, dan rahmatan lil ‘alamin menghadirkan Islam yangg inklusif.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Jumlah Pengunjung : 121

-->
Sumber pwmjateng.com
pwmjateng.com