Kolaborasi Perguruan Tinggi-Pemerintah, Memperkuat Reputasi Palopo sebagai Kota Pendidikan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 6 hari yang lalu

Oleh: Hadi Pajarianto  (Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Palopo)

KHITTAH.CO – Sambil menikmati buah segar sajian istri, malam ini tanggal tiga belas Oktober 2025, saya menelusuri laman https://pddikti.kemdiktisaintek.go.id/ untuk mendapatkan data, berapa jumlah mahasiswa pada perguruan tinggi di Palopo? Secara manual, saya melakukan sampling terhadap 10 perguruan tinggi, baik yangg berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, maupun politeknik yangg tetap aktif.

Secara manual saya jumlahkan dan mendapatkan nomor 36.824 orang mahasiswa. Jumlah ini cukup besar, dan mencakup mahasiswa yangg berasal dari Indonesia, maupun dari luar negeri. Banyak faedah keberadaan mahasiswa baik dalam maupun luar negeri untuk mendorong transformasi kota yangg lebih cepat. Beberapa kota besar di Indonesia di antaranya Yogyakarta mencatat, pengeluaran mahasiswa mencapai Rp 15,74 triliun per tahun dan setara dengan sekitar 8,71 % dari PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta (https://www.uii.ac.id). Ini adalah kesempatan sekaligus tantangan bagi kota-kota lain yangg menjadi tujuan pendidikan, termasuk kota Palopo.

Internasionalisasi dan Reputasi Kota

Beberapa perguruan tinggi di kota Palopo telah mempunyai beragam kerjasama di luar negeri, apalagi mungkin sudah sampai di lima benua. Beberapa perguruan tinggi yangg saat ini telah mempunyai mahasiswa asing di antaranya: Universitas Muhammadiyah Palopo, Universitas Megabuana, Universitas Kurnia Jaya Persada, UIN Palopo, dan beberapa perguruan tinggi yangg tetap belum terdeteksi.

Kehadiran mahasiswa asing di suatu kota bukan hanya berakibat pada lingkungan kampus, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap proses internasionalisasi dan peningkatan reputasi kota di tingkat global. Mahasiswa asing membawa serta budaya, perspektif, dan jejaring dari negara asal mereka, yangg memperkaya dinamika sosial dan memperluas alam hubungan antarbudaya di kota tersebut.

Seiring bertambahnya mahasiswa internasional, sebuah kota condong berkembang menjadi tempat yangg lebih terbuka, beragam secara budaya, dan menjunjung tinggi toleransi. Transformasi ini meningkatkan daya tarik kota, tidak hanya bagi calon mahasiswa mancanegara, tetapi juga bagi wisatawan, investor, dan pelaku kerja sama internasional. Citra kota sebagai pusat pendidikan dengan atmosfer dunia menjadi kelebihan tersendiri yangg membedakannya dari kota-kota lain. Internasionalisasi ini juga membawa pengaruh pada lembaga pendidikan dan kebijakan pemerintahan lokal. Untuk dapat menarik dan memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa asing, dibutuhkan peningkatan akomodasi publik, pengembangan infrastruktur, serta kebijakan kota yangg ramah terhadap organisasi internasional. Langkah-langkah ini tidak hanya berfaedah bagi mahasiswa dari luar negeri, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat kota.

Pada tanggal 09-12 Oktober 2025, kolega kami dari Universiti Malaysia Kelantan sebanyak tujuh orang, yangg terdiri dari rektor dan pengusaha kosmetik terbesar di Malaysia mengungkapkan kekagumannya pada kota Palopo, sebagai kota mini tetapi relatif tertata rapi dan bersih. Saya dan pengajar UMPalopo yangg kuliah di Kelantan mengajaknya ngopi di salah satu kafe ternama di Palopo, Dr. Hannan Yusof berkomentar  “Kafe di Palopo ini sangat ramai, kayak di Jakarta.”

Melalui jejaring dan kerjasama beragam pihak, tidak menutup kemungkinan ini bakal menjadi kesempatan bagi mereka untuk berinvestasi di kota Palopo. Bahkan, mereka menawarkan untuk merekrut alumni prodi kesehatan di UMPalopo saat ini sudah dalam tahap finalisasi dan seleksi.

Peluang inilah yangg kudu dilirik oleh pemkot Palopo mungkin dengan menyiapkan insentif, alias stimulan  bagi perguruan tinggi yangg bisa mendatangkan mahasiswa asing di Palopo. Tentu dengan proses seleksi yangg ketat, agar tidak memberikan akibat terhadap ketertiban sosial di kota Palopo. Beberapa perguruan tinggi telah memberikan fully funded scholarships bagi mahasiswa asing, bakal tetapi beberapa akomodasi seperti akomodasi/asrama belum semua perguruan tinggi di Palopo memilikinya. Jika ini dapat dilakukan maping antara pemkot dan perguruan tinggi, saya percaya mahasiswa asing di Palopo bakal semakin bertambah.

Dampak Ekonomi bagi Kota Palopo

Kehadiran mahasiswa asing di suatu kota membawa akibat ekonomi yangg signifikan dan berjangka panjang. Sebagai pendatang yangg menetap selama masa studi, mahasiswa menjadi bagian krusial dalam aktivitas ekonomi lokal. Setiap hari, mereka memerlukan tempat tinggal, makanan, transportasi, serta beragam kebutuhan penunjang kehidupan lainnya. Permintaan ini secara langsung meningkatkan omset pelaku upaya lokal, seperti pemilik kos-kosan, rumah makan, laundry, toko buku, hingga penyedia jasa transportasi.Tak hanya itu, sektor properti pun ikut berkembang lantaran meningkatnya kebutuhan bakal kediaman sementara yangg nyaman dan strategis. Banyak pemilik rumah alias developer properti yangg kemudian memanfaatkan kesempatan ini dengan menyediakan akomodasi yangg sesuai dengan standar, menciptakan aliran investasi baru dalam bagian perumahan.

Karena belum ada kajian akademik mengenai berapa besar kontribusi mahasiswa di sektor ekonomi tersebut, maka dapat dilakukan kalkulasi kasar sesuai jumlah mahasiswa pada sepuluh perguruan tinggi tersebut. Jumlah mahasiswa di kota Palopo, kurang lebih 36.824 orang yangg saya ambil dari pddikti. Biaya kuliah UKT dalam hitungan minimal Rp. 1.500.000 dikali 36.824 orang bakal mencapai Rp. 55.236.000.000, dikalikan dua semester berfaedah mencapai Rp. 110.472.000.000. Dana sebesar ini tentu bakal diinvestasikan pada penyediaan akomodasi pada kampus yangg semuanya terletak di Palopo, sehingga bakal mempercepat pertumbuhan infrastuktur yangg sangat memadai.

Saya mencoba sampling mahasiswa  di bidang Farmasi dan Manajemen, berapa biaya hidup yangg mereka habiskan selama 1 bulan? Setelah saya sampling muncullah nomor Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 1.700.000, jika dirata-ratakan sebesar Rp. 1.350.000 per bulan. Kita asumsikan 50 persen mahasiswa dari luar yangg bermukim di Palopo, berfaedah sebanyak 18.412 orang. Pengeluaran perbulan sebesar Rp. 1.350.000 dikali 18.412 orang sebesar RP. 24.856.200.000 dikalikan 12 bulan maka muncullah nomor RP. 298.274.400.000,-. Tentu ini bukan nomor yangg kecil, untuk menggerakkan perekonomian di kota Palopo ini.

Lebih luas lagi, keberadaan mahasiswa dari luar Palopo bakal mendorong terciptanya lapangan kerja baru, baik secara langsung di lembaga pendidikan maupun secara tidak langsung di sektor-sektor pendukung. Dalam jangka panjang, ekonomi kota menjadi lebih bergerak dan inklusif, dengan pertumbuhan yangg tidak hanya berjuntai pada sektor industri alias perdagangan, tetapi juga pada sektor pendidikan sebagai pilar utama.

Tanah Luwu sangat kaya bakal budaya, baik yangg berupa barang (tangible) maupun tak barang (intangible). Mulai dari gedung cagar budaya, wisata religi, maupun kuliner sebagai heritage food yangg diwariskan dari generasi ke generasi. Selama tiga hari, saya melayani tamu dari Kelantan di antaranya Dato’ Prof. Arhan (Rektor UM Kelantan), Dr. Hannan Yusof (owner Hannan Medispa) produk kecantikan yangg sangat terkenal di Malaysia, Prof. Jang (Pengusaha dan dosen) serta rombongan lain. Selama itu juga kami perkenalkan beragam makanan tradisional dari Tana (Tanah) Luwu seperti Kapurung, Sinole’, Lawa’, Pacco’, semuanya mereka sukai. Tetapi makanan terfavorit bagi mereka adalah palumara dan parede, sehingga beberapa mangkok yangg disajikan ludes tak tersisa.

Selain kuliner, kami juga mengantar mereka ke Masjid Jami’ Tua dan ke Istana Kedatuan Luwu setelah mendapatkan izin. Mereka kagum dengan beragam warisan budaya tersebut. Tentu ini bakal semakin lengkap, jika mahasiswa asing di beberapa perguruan tinggi kota Palopo juga diperkenalkan warisan budaya tersebut. Lebih dari sekadar pengenalan budaya, keberadaan mahasiswa asing mendorong terjadinya transformasi sosial.

Masyarakat lokal secara berjenjang menjadi lebih inklusif, terbuka terhadap perbedaan, dan mempunyai wawasan yangg lebih luas tentang bumi luar. Hal ini krusial di era globalisasi, di mana keahlian berinteraksi lintas budaya menjadi keahlian utama dalam membangun kerja sama internasional dan kehidupan yangg selaras dalam keragaman.

Menurut penelitian yangg dilakukan oleh Marginson dan Sawir (2011), mahasiswa internasional berkedudukan krusial sebagai “agen pertukaran budaya” yangg menjembatani kesenjangan antarbangsa melalui hubungan sosial yangg berkarakter informal dan spontan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kota-kota yangg menjadi tujuan studi internasional mengalami peningkatan kesadaran multikultural dan condong mempunyai tingkat toleransi yangg lebih tinggi terhadap keberagaman.Selain itu, UNESCO (2018) juga menekankan bahwa mobilitas mahasiswa internasional adalah salah satu sarana utama dalam membangun pemahaman antarbangsa dan mempromosikan perdamaian dunia melalui jalur pendidikan dan kebudayaan.

Dukungan Pemerintah Daerah

Untuk memperkuat posisi sebuah kota sebagai tujuan utama pendidikan, baik di tingkat nasional maupun internasional, sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah kota menjadi aspek yangg sangat penting. Salah satu corak kerja sama strategis yangg dapat dikembangkan adalah pemberian insentif kepada lembaga pendidikan tinggi yangg sukses menarik dan mempertahankan mahasiswa internasional. Insentif ini bisa berupa support pendanaan, kemudahan dalam proses perizinan, promosi bersama, hingga penyediaan akomodasi yangg mendukung kenyamanan mahasiswa asing. Strategi ini menunjukkan bahwa pemerintah kota tidak hanya berkedudukan dalam mendukung sektor pendidikan, tetapi juga memandangnya sebagai investasi jangka panjang untuk kemajuan ekonomi dan sosial daerah.

Sebagai penggerak utama dalam mobilitas mahasiswa internasional, perguruan tinggi memegang peran krusial dalam menciptakan lingkungan akademik dan sosial yangg inklusif. Namun, keberhasilan program internasionalisasi juga sangat berjuntai pada support kebijakan dari pemerintah daerah. Misalnya, pemberian insentif fiskal seperti pengurangan pajak bagi kampus yangg memenuhi kuota minimal mahasiswa asing, alias support administratif dalam pengurusan visa dan jasa imigrasi yangg bisa dilakukan melalui koordinasi lintas instansi.

Kolaborasi ini juga dapat diwujudkan melalui program integrasi budaya, seperti penyelenggaraan pagelaran multikultural, training lintas budaya, alias pembangunan ruang publik yangg mendukung hubungan dalam beragam bahasa. Inisiatif semacam ini membikin kota lebih ramah dan menarik bagi pelajar internasional, yangg pada gilirannya berakibat pada peningkatan jumlah mahasiswa asing dari waktu ke waktu.

Beberapa kota dunia telah sukses menerapkan pendekatan ini. Rotterdam, misalnya, secara aktif memberikan support finansial dan logistik kepada universitas yangg mengembangkan program internasionalisasi, sehingga sekarang dikenal sebagai pusat pendidikan internasional yangg inklusif dan unggul. Kota Palopo mempunyai kesempatan yangg sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Saat ini, mahasiswa yangg belajar di Palopo berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, plus mahasiswa luar negeri tentu bakal semakin memperkuat branding Palopo sebagai kota destinasi pendidikan.

-->
Sumber khittah.co
khittah.co