Karakter Takwa: Pondasi Agama untuk Pencerahan Hidup - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Karakter Takwa I Dengan penuh tebar pesona dan retorika, para pendakwah di mimbar-mimbar masjid, musholla dan perkantoran menggaungkan kalimat, “Bertakwalah kepada Allah!” Dengan serius maupun dalam keadaan ngantuk; baik pada saat salat Jumat maupun pada saat pidato kepercayaan di beragam tempat, para jamaah pada umumnya merasa terheran-heran apa sesungguhnya maksud kalimat, “Bertakwalah!”

Para pemangku pendidikan, tokoh agama, dan apalagi pejabat dari desa sampai ke pejabat negara selalu menggaungkan kata takwa! Apa sesungguhnya takwa itu?

Melalui toa masjid, mushalla dan di perkantoran serta di beragam forum pertemuan, kata takwa selalu didefinisikan dengan mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Dikarenakan kalimat-kalimat tersebut tidak asing dengan para pendengar maka sering para pendengar pidato alias khutbah mengantuk, lantaran kalimat takwa selalu dipahami seperti perihal tersebut.

Disebabkan referensi yangg sangat minimal dan juga pengetahuan yangg sedikit sehingga para audien sering beranggapan bahwa takwa adalah seperti kalimat yangg sering di dengar ditemukan oleh para penceramah khatib dan tokoh kepercayaan serta pejabat lainnya. Sehingga seakan-akan takwa itu tidak dekat dengan kehidupan para jamaah dan juga mempunyai jarak dengan realita dalam kehidupan nyata, maka takwa itu lebih merupakan kata retorika dan juga tebar pesona para yangg mengucapkannya.

Padahal takwa itu sangat lekat dalam kehidupan keseharian kita, baik dalam corak perilaku yangg berkarakter privat maupun publik, individual maupun sosial. Karena sudah dianggap itu suatu kebiasaan sehingga pelaku melakukannya dianggap sebuah tanggungjawab bukan sebuah tuntunan daripada Islam.

Perihal karakter takwa ini sangat urgen sekali untuk menjadi karakter secara privat maupun publik dan secara individual maupun kehidupan sosial kemanusiaan.

Sehingga Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, menyatakan bahwa takwa adalah perkara yangg agung dan kedudukan yangg tinggi. Ia adalah pondasi agama, tidak ada kehidupan selain dengannya. Kehidupan tampaknya sangat sulit, apalagi lebih rendah daripada kehidupan binatang. Tidak ada kebaikan bagi manusia selain dengan takwa. Ia adalah kekayaan tersimpan yangg mahal jika mendapatkannya berarti  mendapatkan mutiara yangg mulia, kebaikan yangg banyak, rezeki yangg mulia, untung yangg besar, rampasan perang yangg melimpah, dan kekayaan milik yangg agung. Seakan-akan kebaikan bumi dan alambaka dihimpun dan dijadikan pada satu sifat saja ialah takwa. (Al-Munajjid, 2004:  248)

Pengertian Takwa

Takwa adalah kata barang yangg berasal dari kata at-taqqy masdarnya al-ittiqa’ diambil dari lafaz waqa yaitu penjagaan yangg dijadikan oleh manusia untuk melindungi dirinya, mengandung makna menghindarkan sesuatu dari sesuatu lantaran yangg lainnya. Al-Wiqayah adalah yangg melindungi sesuatu, Allah menjaganya dari keburukannya.

Adapun maknanya menurut istilah hukum telah disebutkan oleh para ustadz dalam definisinya dengan beragam ungkapan:

Ibnu Rajab berkata, “Asal takwa adalah membikin penghalang antara hamba dengan yangg ditakutkan dan dikhawatirkannya.”

Umar bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah takwa itu?” Ubay menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apakah yangg kau pernah melewati jalan yangg penuh dengan duri?” Dia menjawab,  “Ya.”

“Apa yangg engkau lakukan?” Tanya Ubay. Umar menjawab, “Aku menyisingkan baju dari betisku, memandang tempat menapakkan kaki, memajukan satu kaki dan membelakangkan yangg lain lantaran takut dengan.” Maka Ubat berkata, “Itulah takwa.” Yaitu bersungguh-sungguh untuk taat,  memperhatikan legal dan haram, hati-hati dari tergelincir, merasa cemas dan takut dari Dzat yangg Maha Agung dan nan Maha Tinggi.

Takwa adalah asas agama, dengannya meninggi menuju derajat yakin, dia adalah bekal. Hati dan ruh yangg dengannya merindukan dan menjadi kuat, dan kepadanya bersandar untuk sampai kepada Allah dan meraih keselamatan.

Meletakkan tabir dan penghalang antara kita dan apa yangg diharamkan Allah.

Maka takwa adalah seorang muslim membikin penghalang antara dirinya dengan yangg ditakuti dari Rabbnya, seperti kemarahan, kemurkaan dan hukuman-Nya dengan melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat.

Melaksanakan perintah Allah dan menyaki larangannya. orang-orang yangg bertakwa adalah orang-orang yangg Allah memandang mereka sesuai dengan yangg Allah perintahkan dan tidak berani melakukan yangg dilarang.

Takwa adalah takut dari Allah yangg Maha Agung, mengamalkan Alquran merasa puas dengan yangg sedikit dan bersiap-siap menghadapi (hari akhir).

Ibnu Al-Qayyim mendefinisikan takwa dengan arti syariat, “Hakikatnya adalah beramal dengan melakukan ketaatan kepada Allah dengan penuh keagamaan dan pengharapan terhadap perintah dan larangan, mengerjakan yangg diperintahkan lantaran mengimani yangg memerintahkan, membenarkan janji-Nya, meninggalkan yangg dilarang lantaran mengimani yangg melarang-Nya dan takut dari ancaman-Nya.”

Thalq bin Hubaib berkata, “Jika terjadi fitnah, maka padamkanlah dengan takwa.” Mereka berkata, “Apa yangg dimaksud dengan takwa?” Dia menjawab, “Beramal dengan alim kepada Allah, di atas cahaya-Nya dengan mengharapkan pahala-Nya. meninggalkan maksiat kepada Allah, di atas sinar dari-Nya dan takut bakal hukuman-Nya. Inilah arti terbaik diantara definisi-definisi tentang takwa.” (Al-Munajjid, 2004: 248-250)

Takwa sebagai Karakter

Dalam pandangan Said Hawwa, bahwa takwa mempunyai jalan yangg apabila  jalan tersebut  ditempuh maka takwa bakal menjadi watak (malakah) di dalam hati yangg bakal melahirkan perilaku sesuai dengan Alquran dan as-sunnah.

Tuntutan yangg kudu dilakukan manusia dari Alquran dan as-sunah tidak sama antara satu orang dan yangg lainnya sesuai dengan perbedaan tingkatan tanggung jawab dan luasnya jangkauan hubungan dan kaitannya.

Di antara tuntutan takwa adalah adalah tanggung jawab berbareng di kalangan kaum muslimin dalam menegakkan kepercayaan Allah dan di antara tanggung jawab berbareng itu adalah menegakkan beragam fardhu kifayah.

Diantara tuntutan takwa adalah menegakkan beragam fardhu ‘ain yangg merupakan akibat beragam tanggungjawab zaman.

Di antara jalan takwa yangg terpenting adalah ibadah, khususnya jika ditunaikan dalam maqam ihsan. Sedangkan jalan untuk mencapai ihsan, setelah masuk Islam, adalah kebaikan saleh dan menahan diri tidak melakukan kemaksiatan. Itulah jalan yangg bakal mengantarkan kepada prinsip ketaatan yangg merupakan maqam Ihsan. (Hawwa, 2005: 360-361)

Jadi andaikan telah mencapai maqam ihsan, maka sang hamba telah mencapai kedudukan tertinggi. Karena pada diri sang hamba telah terinternalisasi, teraktualsasi dan beralih bentuk karakter takwa secara sempurna dan paripurna (insan kamil).

Hakikat Karakter Takwa

Untuk mengetahui gimana prinsip karakter takwa, maka kudu dipahami dengan kesadaran penuh secara individual atas kehambaan diri di hadirat Allah. Sehingga muncul komitmen sebagai manusia-tauhid yangg senantiasa menjadikan Allah sebagai konsentrasi utama dalam hati, kata dan laku hidup.

Kadang-kadang takwa disandarkan kepada nama Allah Azza wa Jalla, seperti, “Bertakwalah kepada Allah.” Jika takwa disandarkan kepada-Nya maksudnya adalah takutilah kemurkaan dan kemarahan-Nya, bukan takuti kedekatan dengan-Nya, alias takut disyariat-Nya, tetapi takutnya balasan dan kemurkaan-Nya. Dari situ muncul norma bumi dan akhirat, sebagaimana yangg difirmankan-Nya, “Dan Allah memperingatkan Anda terhadap diri (siksa)-Nya.”, “Dia (Allah) adalah Tuhan yangg patut (kita) bertakwa kepada-Nya.” Dia berkuasa untuk ditakuti dan disegani, diagungkan dan dibesarkan dan agung kedudukan-Nya pada dada para hamba-Nya hingga mereka menyembah dan mentaati-Nya, lantaran Dia berkuasa untuk diagungkan dan dimuliakan karena Dia pemilik kebesaran, keagungan dan siksa yangg maha dahsyat.

Kadang-kadang takwa disandarkan kepada norma Allah, alias tempat balasan seperti neraka, “Takutlah kepada neraka.” alias waktu dijatuhkan hukuman, seperti hari kiamat, “Takutlah kepada suatu hari yangg Anda kalian dikembalikan kepada-Nya.”

Masuk dalam takwa yangg sempurna menunaikan tanggungjawab serta meninggalkan yangg haram dan yangg syubhat dimungkinkan juga dimasukkan kepadanya melakukan yangg sunnah dan meninggalkan yangg makhruh serta yangg samar sebagaimana firman-Nya, “Alif laam miim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yangg bertakwa  (QS. Al-Baqarah 1-2), mencakup semua perihal di atas.

Tingkatan Karakter Takwa secara Psikologis

Untuk pemahaman lebih lanjut, maka ada baikknya dipahami tentang takwa dengan makna mengamalkan perintah dan menjauhi larangan yangg terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

Pertama, menjaga diri dari siksa yangg kekal, ialah syirik dan kekufuran. Dilakukan dengan mengikuti tauhid dan kalimat tauhid. Inilah yangg dimaksud dalam Firman-Nya: “Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa.”

Kedua, menjaga dari setiap penyebab balasan di neraka, walaupun hanya dekejap, baik berupa dosa besar maupun dosa kecil, ialah yangg dikenal dalam pengetahuan syariah.

Ketiga, seorang hamba menghindarkan diri dari perkara yangg bakal menyibukkannya dari Allah ta’ala. Walaupun perkara tersebut itu mubah menghalanginya untuk melangkah menuju Allah alias memperlambatnya. Ini adalah tingkatan yangg sempurna dan tinggi. Karena sibuk dengan perkara-perkara mubah, yangg menyibukkan hati dari Allah Azza wa Jalla, yangg mungkin mengakibatkan kekerasan hati, berikutnya jauh kepada yangg makruh, yangg makruh mengakibatkan jatuh kepada yangg diharamkan. Inilah rangkaian yangg diketahui manusia pada waktu-waktu tertentu.

Sebagian para pemberi nasehat berkata, “Ketahuilah bahwa takwa menurut ungkapan para mahir “bengkel hati” adalah membersihkan hati dari setiap dosa hingga terwujud pada dirimu kekuatan tekad untuk meninggalkannya sebagai penjaga bagi dirimu dari seluruh kemaksiatan dan mengokohkan dirimu untuk meninggalkan setiap keburukan.” (Al-Munajjid, 2004: 250-251)

Otentisitas Karakter Takwa

1. Beriman kepada yangg gaib dengan keagamaan yangg mantap.

Firman Allah:

“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yangg bertakwa, ialah mereka yangg beragama kepada yangg ghaib.” (QS Al-Baqarah: 2-3)

2. Suka memberi maaf dan berlapang dada.

Firman Allah:

“Dan untuk memberi maaf itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Baqarah: 237)

3. Tidak melakukan dosa besar dan tidak terus-menerus dalam dosa-dosa kecil. Jika terjerumus ke dalam dosa, dia segera bertobat darinya.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg bertakwa jika mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka memandang kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf: 201)

4. Berusaha keras untuk senantiasa jujur dalam perkataan dan perbuatan.

Firman Allah:

“Dan orang yangg membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yangg bertakwa.” (QS Az Zumar: 33)

Yang dimaksud dengan yangg membawa kebenaran adalah Muhammad SAW dan yangg membenarkannya adalah Abu Bakar ra. “Mereka itulah orang-orang yangg jujur imannya dan mereka itulah orang-orang yangg bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177) ini adalah penjelasan bahwa orang yangg bertakwa itu jujur.

5. Mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah.

Firman Allah:

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj: 32)

6. Berlaku setara dan norma dan adil.

Firman Allah:

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong Anda untuk bertindak tidak adil. Berlaku setara adalah, lantaran setara itu lebih dekat kepada takwa.” (QS Al-Maidah: 8)

7. Mengikuti jalan para nabi, orang-orang yangg jujur dan orang-orang yangg saleh serta selalu berbareng mereka.

Firman Allah:

“Hai orang-orang yangg beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah Anda berbareng orang-orang yangg jujur.” (QS At-Taubah: 119)

8. Meninggalkan yangg tidak jelas lantaran cemas menjadi dosa besar, termasuk dalam perkara yangg legal sekalipun. Berdasarkan hadis:”Tinggalkan yangg meragukan kepada yangg tidak meragukan.”

Keutamaan Karakter Takwa

1. Takwa adalah busana terbaik. Sehingga takwa adalah busana yangg paling bagus yangg dipakai oleh seorang hamba.

Firman Allah:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan busana untuk menutup auratmu dan busana bagus itu perhiasan. Dan busana takwa itulah yangg baik.” (QS.Al-A’raf: 26)

Yang dimaksud dengan kalimat, “Dan busana takwa itulah yangg baik.” busana takwa adalah kebaikan saleh, rasa malu, watak yangg baik dan pengetahuan serta sikap tawadhu.

2. Takwa adalah bekal yangg baik.

Firman Allah:

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik kekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yangg berakal.” (QS Al-Baqarah: 197)

3. Orang yangg bertakwa adalah para wali (kekasih) Allah yangg sejati.

Firman Allah:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka yangg tidak (pula) mereka berduka hati, ialah orang-orang yangg beragama dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus 62- 63)

4. Takwa adalah timbangan yangg menentukan kelebihan di antara manusia.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang yangg paling mulia di antara Anda di sisi Allah adalah orang-orang yangg paling bertakwa diantara kamu.” (QS Al-Hujarat: 13)

Sabda Nabi Saw,

Nabi SAW ditanya, “Manusia mana yangg paling mulia dan paling tinggi hormatnya?” Beliau menjawab, ” nan mulia anak yangg mulia anak yangg mulia, Yusuf bin Yakub Bin Ishaq Bin Ibrahim.” Mereka berkata, “Bukan itu yangg kami tanyakan.” Maka setelah itu Nabi menjelaskan, “Bahwa manusia yangg paling mulia adalah orang yangg paling takwa kepada Allah.” (HR. Bukhari)

5. Diantara kemuliaan takwa adalah Allah memerintahkan untuk saling tolong-menolong dengannya, dan kemaslahatan hamba tidak bisa terwujud selain dengannya. Demikian juga bahwa takwa adalah sumber akhlak-akhlak utama seperti kasih sayang, setia, jujur, berkorban dan memberi semuanya adalah buah dari pohon takwa. (Al-Munajjid, 2004: 258-260)

Ciri-ciri Karakter Takwa

1. Terbebas dari penyakit lalai dan menyepelekan kemungkaran perkataan dan perbuatan, merasa sempit terhadap kemungkaran yangg ada, merasa sakit jika terjadi pada dirinya, segera bangkit kepada Allah dan meminta dibebaskan. Ini adalah dari sifat-sifat orang-orang yangg bertakwa. Jika dirinya terjerumus dalam maksiat tidak mungkin merasa tentram hingga kembali kepada Allah dengan memohon maaf (bertobat dan beristighfar kepada Allah).

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg bertakwa jika mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka memandang kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A’raf 201)

2. Orang yangg bertakwa senantiasa mengingat Allah, lantaran mengingat Allah dapat mengusir setan dan godaannya, mensucikan setiap yangg dimasukkan setan kepada manusia dari najis dan kotoran syahwat dan syubhat yangg mempengaruhi hatinya.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg beragama itu adalah mereka yangg andaikan disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan andaikan dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah ketaatan mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal: 2)

Internalisasi Karakter Takwa terhadap Diri Sendiri.

Karakter takwa tidak mungkin bakal terjadi dan terbentuk dengan sendirinya, karakter takwa kudu melalui langkah internalisasi terhadap diri sendiri secara personal, sehingga dapat berdampat baik secara individual maupun social. Adapun proses internalisasi karakter takwa adalah:

1. Mencintai Allah di atas segala-galanya.

2. Merasakan senantiasa diawasi Allah.

3. Mengetahui akibat perbuatan maksiat.

4. Belajar melawan hawa nafsu dan mengalahkannya.

5 Meninggalkan tipu daya setan dan bisikannya. (Al- Munajjid, 2004: 261)

Hikmah Memiliki Karakter Takwa

1. Mendapat jalan keluar dari segala kesempitan dan sumber rezeki dari arah yangg tidak disangka-sangka, lantaran Allah telah menjanjikannya dan janji Allah itu mustahil salah.

Firman Allah:

“Barang siapa yangg bertakwa kepada Allah niscaya Dia bakal mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikannya rezeki dari arah yangg tidak disangka-sangkanya.” (QS At-Thalaq: 2-3)

2. Mendapat kemudahan dalam setiap urusan Allah memudahkan baginya beragam sebab.

Firman Allah:

“Dan barangsiapa  yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”  (QS. Ath-Thalaq: 4)

3. Mendapatkan pengetahuan sebagai jawaban ketakwaannya.

Firman Allah:

“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarkanmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282)

4. Memiliki pandangan yangg tajam (bashirah), hingga dapat membedakan antara yangg kewenangan dan yangg batil, dia mendapatkan sinar dari Rabbnya yangg menerangi langkahnya, hingga dapat menjauhi keburukan dan mengharapkan kebaikan serta menetapinya.

Firman Allah:

“Hai orang-orang yangg beriman, jika Anda bertakwa kepada Allah, niscaya Dia bakal memberikan kepadamu furqan.”  (QS. Al-Anfal: 29)

5. Mendapatkan cinta Allah, para malaikat dan para hamba-Nya, serta kecintaan manusia kepadanya.

Firman Allah:

“Sebenarnya siapa yangg menepati janji (yang dibuat) nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangg bertakwa.” (QS. Ali Imran: 76)

6. Pertolongan, support dan pengarahan dari Allah.

Firman Allah:

“Bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yangg bertakwa.”

7. Diberi rezeki berupa berkah dari langit dan bumi. Berkah membikin yangg sedikit menjadi banyak, bertambah, baik dan selamat.

Firman Allah:

“Jikalau sekiranya masyarakat negeri-negeri beragama dan bertakwa, pastilah Kami bakal melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)

8. Mendapat berita gembira.

Firman Allah:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka berduka hati. Yaitu orang-orang yangg beragama dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka cerita ceria di dalam kehidupan di bumi dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat janji-janji Allah. nan demikian itu adalah kemenangan yangg besar.”  (QS. Yunus: 62- 64)

9. Mendapatkan penjagaan dari tipu daya para musuh, lantaran manusia tidak bisa sunyi dari musuh yangg mendengkinya.

Firman Allah:

“Jika Anda bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu.” (QS. Ali Imran: 120)

10. Dijaga oleh Allah anak keturunannya.

Firman Allah:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yangg seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yangg lemah, yangg mereka cemas terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yangg benar.” (QS. An-Nisa: 9)

Serta firman Allah:

“Adapun tembok rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada kekayaan barang simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yangg saleh.” (QS. Al-Kahfi: 82)

11. Sebab diterima kebaikan dan inilah perkara yangg teragung.

Firman Allah:

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yangg bertakwa.” ( QS. Al-Maidah: 27)

12. Sebab keselamatan dari siksa dunia.

Firman Allah:

“Dan Kami selamatkan orang-orang yangg beragama dan mereka adalah orang-orang yangg bertakwa.”  (QS. Fushshilat: 18)

13. Membuat seseorang mempunyai daya tarik dan wibawa (Kharismatik) diantara makhluk-makhluk Allah, hingga manusia itu senang untuk mempunyai kedudukan diantara manusia lainnya.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang beragama dan beramal saleh, kelak Allah nan Maha Pemurah bakal menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)

14. Ditutup aibnya oleh Allah.

Firman Allah:

“Dan barangsiapa yangg bertakwa kepada Allah niscaya Dia bakal menutupi kesalahan-kesalahannya dan bakal melipatgandakan pahala baginya.”  (QS. Ath-Thalaq: 5)

15. Takwa menyampaikan kepada kehidupan Allah, dihapuskan dosa-dosa, selamat dari neraka dan masuk surga inilah puncak tujuan yangg dicari seorang muslim, ialah Allah memasukkannya ke dalam surga.

Firman Allah:

“Dan sekiranya Ahli Kitab beragama dan bertakwa,  tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yangg penuh kenikmatan.”  (QS. Al-Maidah: 65)

16. Diselamatkan dari neraka.

Firman Allah:

“Kemudian Kami bakal menyelamatkan orang-orang yangg bertakwa.” (QS. Maryam: 72)

17. Memperoleh kemuliaan dan ketinggian di atas seluruh makhluk pada hari hariakhir di samping kemuliaan di dunia.

Firman Allah:

“Kehidupan bumi dijadikan bagus dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang buruk orang-orang yangg beriman. Padahal orang-orang yangg bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat.”  (QS. Al-Baqarah: 212)

18. Mereka mewarisi surga berkah ketakwaan.

Firman Allah:

“Itulah surga yangg bakal Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yangg selalu bertakwa.” (QS Maryam: 63)

19. Para penunggu surga pergi ke surga tidak dengan berjalan, tetapi mereka berkendaraan, dihormati dan dimuliakan.

Firman Allah:

“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yangg bertakwa pada tempat yangg tiada jauh (dari mereka).” (QS. Qaf: 31)

Serta firman Allah SWT:

“Ingatlah hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yangg bertakwa kepada nan Maha Pemurah sebagai putusan yangg terhormat.”  (QS. Maryam: 85)

20. Rombongan yangg dihormati itu mengantarkan para penunggu surga ke rajadiraja, ialah Allah SWT, lampau memasukkan mereka ke dalam surga.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg bertakwa mendapat kemenangan.” (QS. An-Naba’: 31)

Serta firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai.” (QS. Al-Qamar: 54)

21. Negeri alambaka adalah milik orang-orang yangg bertakwa pada hari kiamat. Manusia bakal dikumpulkan dengan orang-orang yangg dicintainya jika mereka bertakwa kepada Tuhan mereka.

Firman Allah:

“Teman-teman berkawan pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yangg lain selain orang-orang yangg bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

22. Mereka berada di atas dipan saling berhadap-hadapan.

Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yangg bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan  (di dekat) mata-air mata-air (yang mengalir). Dikatakanlah kepada mereka, ‘Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman.’ Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yangg berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa berkerabat duduk berhadap-hadap di atas tipan-tipan.” (QS. Al-Hijr: 47)

23. Mereka datang ke surga serombongan-serombongan dengan terhormat menuju Allah ta’ala.

Firman Allah;

Dan orang-orang yangg bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke surga berombong- rombongan (pula). (QS.Az-Zumar: 73)

24. Takwa adalah sebagai tembok diri sekaligus menjadi adab yangg utama.

Sabda Rasulullah SAW:

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja Anda berada, iringilah keburukan dengan kebaikan, dia bakal menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan adab yangg baik.” (HR. Tirmidzi)

25. Takwa adalah pokok segala urusan.

Sabda Rasulullah Saw:

“Aku wasiatkan kalian bertakwa kepada Allah, dia adalah pokok segala urusan.” (HR. Ahmad)

Apabila kajian dari karakter takwa ini bisa dipahami dengan kesadaran insani sehingga dapat menjadi pondasi kepercayaan bagi pencerahan peradaban umat dan bangsa. Sehingga karakter Taqwa tidak menjadi ucapan manis di atas mimbar dan juga di depan mikrofon alias menjadi referensi bagus dalam teks-teks buku, jurnal, majalah, dan juga di bumi maya dan nyata. Akan tetapi menjadi pola pikir, pola ucap, pola tingkah, dalam kehidupan pribadi; baik secara privat maupun publik dan secara individual maupun sosial. 

Editor: Soleh

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id