Karakter Khauf: Rasa Takut Harus Berbuah Kebajikan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Peredaran era seiring dengan perjalanan waktu membikin kita sebagai manusia terkadang mengalami rasa takut dan kekhawatiran, baik dalam menapaki perjalanan hidup maupun memprediksi kehidupan di masa depan. Namun, andaikan sandaran hati selalu kehadirat Ilahi tentu tidak ada rasa cemas dan takut dalam hal-hal yangg berkarakter duniawi, lantaran semuanya sudah dalam ketentuan dan juga kebijaksanaan Allah ta’ala.

Hidup di bumi yangg fana ini (di alam syahadah) tentunya tidak ada yangg abadi, lantaran semuanya bakal mempunyai pemisah akhir setiap apa yangg melekat pada diri setiap manusia.

Khauf bukanlah berfaedah terjauh dari nilai-nilai amal dan juga nilai-nilai kebenaran yangg sudah ditetapkan. Justru khauf  lebih mengajak manusia untuk menelusuri diri secara privasi dengan bertafakur mengevaluasi segala kualitas kebaikan kebaikan maupun intensitas dosa, kesalahan dan kekeliruan yangg pernah dilakukan, sehingga muncul khauf (rasa takut) untuk selalu mendekat kepada-Nya.

Hal yangg lebih tepat bagi mereka manusia di era ini adalah khauf, asalkan tidak sampai mengakibatkan mereka putus asa, meninggalkan kebaikan perbuatan dan memupus angan untuk mendapatkan pembebasan sehingga perihal itu menjadi karena kemalasan untuk beramal dan menjadi pendorong untuk tenggelam dalam kemaksiatan lantaran perihal tersebut merupakan putus asa dari rahmat Allah dan bukan khauf. Khauf adalah aspek yangg membangkitkan kebaikan perbuatan, mengeruhkan syahwat, menahan hati dari kecenderungan kepada dunia, dan mengajaknya untuk menarik diri dari kampung keterpedayaan. (Hawwa, 2005: 351).

Pengertian Khauf

Khauf dalam bahasa Arab tersusun dari huruf: Kha, waw dan fa, yangg menunjukkan atas kekhawatiran dan keterkejutan. Khaftu Asy-Syaia dan khifatan. Khawwafa ar-rajulu, menjadikan manusia takut kepadanya.

Takut adalah prediksi bahwa sesuatu yangg dibenci bakal terjadi berasas prasangka dan tanda-tanda yangg diketahui. Ia kembali dari rasa aman, digunakan dalam urusan bumi dan akhirat, ialah memperkirakan terjadinya perihal yangg dibenci alias hilangnya yangg dicintai, gelisah, gundah-gulana dan sedih lantaran perkara yangg dibenci bakal menimpanya alias yangg disukai lenyap darinya. (Al-Munajjid, 2004: 77).

Menurut Ibnu Qudamah, rasa takut itu merupakan ungkapan tentang derita hati dan kegundahannya lantaran ada sesuatu yangg tidak disukai dan bakal terjadi pada masa mendatang. (Qudamah, 2017: 382).

Untuk membedakan antara khasyyah (takut) dan khauf (takut) adalah, bahwa Khasyyah (takut) lebih unik daripada khauf (takut), sesungguhnya khasyyah adalah milik orang-orang yangg berilmu tentang Allah.

Firman Allah:

“Sesungguhnya yangg takut pada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama.” (QS. Fatir: 28).

Sabda Nabi Saw:

“Sesungguhnya saya adalah orang yangg paling taqwa dan paling takut kepada Allah.” (HR. Bukhari).

Khauf berlaku untuk seluruh kaum muslimin sedangkan khasyyah milik para ustadz dan orang-orang yangg makrifat. Seberapa jauh pengetahuan dan dan makrifat yangg dimiliki maka sejauh itu pula kadar khauf dan khasyyahnya.

Pemilik rasa khauf menyelamatkan diri dengan kabur,  sedangkan pemilik khasyyah menyelamatkan diri dengan berpegang teguh kepada ilmu. Ibnu Taimiyah berkata, “Khasyyah adalah rasa takut yangg dilandasi atas pengetahuan tentang keagungan yangg ditakuti dan kesempurnaan kekuasaanNya.” Jika Anda takut kepada seseorang yangg tidak diketahui apakah dia dapat menguasaimu alias tidak, maka ketakutan seperti ini disebut dengan khauf, jika Anda takut kepada seseorang yangg Anda ketahui bahwa dia bisa menguasaimu, maka ketakutan seperti ini disebut dengan khasyyah.

Ibnu Qayyim berkata, “Perumpamaan keduanya adalah seperti seseorang yangg tidak mengetahui tentang pengetahuan kedokteran dengan seorang master ahli. Orang yangg pertama berlindung kepada keberanian dan lari lantaran sedikitnya ilmu, sedangkan yangg lain berlindung kepada obat. Khasyyah adalah takut yangg dilandasi kepada ilmu.”

Hakikat Karakter Khauf

Untuk mengetahui gimana prinsip karakter khauf, Ibnu Qudamah memberikan sebuah ilustrasi, orang yangg melakukan suatu tindak kejahatan yangg ditujukan kepada diri raja, lampau dia tertangkap tangan, dan dia pun takut jika dibunuh. Dia pun mengandai-ngandaikan datangnya maaf. Tetapi hatinya tetap merasa tersiksa,  lantaran dia menyadari tindakan semacam ini biasanya dihukum mati. Dia pun merinci-rinci lagi kejahatan yangg hendak dilakukannya dan mempertimbangkan beberapa jauh pengaruhnya terhadap diri raja. Seberapa jauh lemahnya penyebab, maka sejauh itu pula lemahnya rasa takut. terkadang rasa takut itu bukan lantaran karena kejahatannya, tetapi lantaran berasal dari sifat orang yangg ditakuti, kebesaran dan keagungannya. Apalagi jika yangg ditakuti adalah Allah. Dia tahu jika Allah menghancurkan bumi ini maka dia tidak peduli, karena tidak ada seorangpun yangg bisa menghalangi-Nya.

Keutamaan Karakter Khauf

1. Khauf menjadikan sebagai syarat iman.

Firman Allah:

“Karena itu janganlah Anda takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika Anda betul-betul orang yangg beriman.” (QS Ali Imron: 175).

2. Orang yangg khauf terlihat dalam situasi yangg genting dengan berbagai  cobaan. Sebagaimana Allah menguji khauf para sahabat Rasulullah dengan ujian yangg besar untuk memperlihatkan orang yangg takut dari orang yangg tidak takut seperti dalam berburu.

Firman Allah:

“Hai orang-orang yangg beriman, sesungguhnya Allah bakal menguji Anda dengan suatu dari hewan buruan yangg mudah didapat oleh tangan dan tombakmu agar Allah mengetahui orang yangg takut kepadaNya, walaupun dia tidak dapat melihatNya. Barang siapa yangg melanggar atas sesudah itu, maka baginya balasan yangg pedih.” (QS. Al-Maidah: 94).

3. Khauf kepada Allah adalah ibadah yangg tegak dalam hati Nabi Saw.

Firman Allah:

“Katakanlah, sesungguhnya saya takut bakal balasan hari yangg besar (hari kiamat), jika saya mendurhakahi Tuhanku.” (QS. Al-An’am: 15).

4. Khauf kepada Allah adalah sifat orang-orang yangg berakal.

Firman Allah:

“Adakah orang yangg mengetahui bahwasanya apa yangg diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu betul sama-sama dengan orang yangg buta, hanyalah orang-orang yangg berakal saja yangg dapat mengambil pelajaran, ialah orang-orang yangg memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yangg menghubungkan apa-apa yangg Allah perintahkan agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yangg buruk.” (QS. Ar-Ra’d: 19-21).

Pengaruh Karakter Khauf secara Psikologis

Kualitas rasa takut (khauf) seseorang adalah tergantung kepada sejauhmana pengetahuan yangg dimiliki dan seberapa kebaikan amal yangg telah ditunaikan, serta seberapa dekatnya pada Tuhan dalam ritual ibadah yangg dilakukan dengan kesadaran transedental.

Jika pengetahuan semakin sempurna, bakal berpengaruh terhadap rasa takut lampau pengaruhnya merembet ke hati kemudian berimpit lagi ke personil tubuh,  sifat yangg merendah, menangis, menunduk, wajah yangg memucat dan kadang-kadang bisa menimbulkan kematian, alias tekanan darah menjadi tinggi lampau merusak akal.

Pengaruhnya terhadap personil tubuh adalah menghentikannya dari kedukaan mendorong untuk alim membenahi yangg kurang dan siap menyongsong masa depan.

Sedangkan penghalang munculnya karakter khauf adalah maksiat, dunia, kawan yangg jahat dan meninggal rasa.

Takut yangg kurang adalah corak berbahaya, ialah dia menghadiri nasehat, mendengar, terpengaruh lampau pergi. Takut seperti ini tidak cukup, sesungguhnya mengambil pelajaran itu dengan apa yangg menyentuh, bermanfaat,  masuk dan tertanam kokoh. nan dituntut adalah takut yangg terus-menerus.

Maka takut yangg bergesekan dengan hati seorang hamba mengajar bekasnya pada personil tubuh dan tampak dengan jelas, dan dia bukan sesuatu yangg sigap dan pergi. (Al-Munajjid, 2004: 101).

Derajat Karakter Khauf

Adapun derajat khauf adalah:

Derajat pertama, di antara buah rasa takut pada diri seseorang, dia tidak mempunyai nafsu, kenikmatan terasa hambar, kedurhakaan-kedurhakaan yangg tadinya dicintai berubah menjadi sesuatu yangg dibenci, sebagaimana madu yangg berubah menjadi sesuatu yangg dibenci, setelah tahu bahwa itu bercampur racun.

Nafsu pun gosong lantaran merasa takut, personil badan menjadi terkontrol,  hati menjadi hinaan dan merendah, takabur, dengki dan iri lenyap, selalu dirundung kegelisahan lantaran rasa takutnya, selalu memandang ancaman yangg bakal ditunai di kemudian hari.

Dia tidak mau kombinasi dengan orang lain, yangg dilakukan hanyalah menghisab diri sendiri, berusaha, menghembuskan napas dalam-dalam dan menganggap dirinya dalam ancaman bahaya.

Keadaannya seperti keadaan orang yangg berada dalam cengkraman cakar-cakar hewan buas, dia tidak tahu apakah hewan itu bisa lengah lampau dia bisa melepaskan diri, alias dia bakal semakin mencengkeramnya dan membunuhnya.

Dia tidak lagi bisa melakukan apa-apa. Kekuatannya untuk menghisap diri sendiri tergantung kepada kekuatan rasa takutnya. kekuatan rasa takut tergantung kepada kekuatan mengetahui Allah SWT, sifat-sifat-Nya dan kejelekan dirinya.

Darajat kedua, derajat rasa takut yangg paling rendah adalah pengaruhnya yangg tampak dalam amalnya, ialah dengan menyingkirkan hal-hal yangg dilarang. Apabila seseorang memikirkan jalan yangg menyeretnya kepada yangg haram, maka itu dinamakan wara’. Jika dia melakukan perihal ini dan juga menyebabkan diri dalam perkara perkara kehidupan yangg berlebih, maka itu dinamakan Ash-Shdq. (Qudamah, 2017: 383-384).

Darajat ketiga, kadar takut yangg diwajibkan adalah rasa takut yangg mendorong untuk menunaikan ibadah-ibadah yangg wajib dan menjauhi perbuatan-perbuatan haram jika lebih dari itu hingga mendorong jiwa untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amal-amal sunnah serta menghindari perkara-perkara makhluk hingga yangg sekecil-kecilnya (yakni menunaikan ibadah-ibadah sunah serta menjauhi hal-hal yangg makruh dan syubhat), maka dia takut yangg terpuji, tetapi jika lebih dari itu hingga mengakibatkan sakit, alias mati, alias merasakan kesusahan yangg terus-menerus, alias berakhir dari beramal, hingga menghentikan upaya untuk memperoleh keutamaan-keutamaan yangg dituntut dan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, maka ketakutan seperti ini tidak terpuji. (Al-Munajjid, 2004: 81).

Macam-macam Karakter Khauf

Untuk memandang berapa kadar karakter khauf seseorang, maka kudu diketahui macam-macam karakter khauf. Adapun macam-macam karakter khauf adalah:

Pertama, rasa takut yangg berlebih-lebihan, ialah rasa takut yangg melampaui pemisah kelaziman hingga bisa menjerumus rasa putus asa, takut ini juga termasuk tercela, lantaran yangg demikian ini bisa menghalanginya untuk beramal, dan apalagi bisa membuatnya sakit, stres dan mati. Ini sama sekali tidak terpuji. Apapun yangg dimaksud dari suatu urusan, maka yangg terpuji adalah membawa pada yangg dimaksudkannya. Sedangkan meremehkan alias melebih-lebihkan adalah sesuatu yangg tercela.

Kedua, rasa takut pertengahan, rasa takut seperti ini bisa diserupakan dengan cemeti hewan. nan terbaik bagi hewan itu adalah tidak lepas dari cambuk. Tidak berlebih-lebihan dalam memukul adalah terpuji, tidak terlalu meremehkan rasa takut juga terpuji. Jadi seperti orang yangg sudah terpengaruh hanya dengan mendengar ayat-ayat Alquran alias sesuatu yangg mengharukan, lampau dia menangis. Namun jika menyebabkan itu hilang, dia pun menjadi lalai. (Qudamah, 2017: 384).

Ketiga, rasa takut yangg terpuji. Takut bukanlah merupakan tujuan pada Zatnya. Kita takut bukan lantaran kita takut, tetapi kita takut agar rasa takut tersebut menjadi sarana perbaikan kondisi kita.

Takut itu berangkaian dengan perbuatan, cinta berangkaian dengan unsur dan sifat. Oleh lantaran itu,  cinta kaum muslimin berlipat dobel kepada Rabb mereka jika mereka telah memasuki negeri kenikmatan dan tidak dirasuki lagi rasa takut. (Al-Munajjid, 2004: 80).

Esensi Khauf sebagai Karakter Akhlak Mulia

Orang mukmin yangg sejati adalah orang yangg takut kepada Allah SWT dengan seluruh organ dan personil tubuhnya. Sebagaimana yangg dikatakan oleh Abu Laits, bahwa takut kepada Allah dapat dilihat indikasinya dalam tujuh perihal berikut ini:

1. Lidahnya

Orang yangg takut kepada Allah, selalu berupaya mencegah, lidahnya dari berbohong, menggunjing, mengadu domba, membual dan mengobaral perkataan yangg tidak terberguna. Ia bakal menjadikan tidaknya sibuk untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT, membaca Alquran terdiskusi, dan mengkaji ilmu.

2. Hatinya

Orang yangg takut kepada Allah SWT bakal selalu mengeluarkan rasa permusuhan, ketidakejujuran dan kedengkian dari dalam hatinya. Karena kedengkian itu dapat merusak kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya dengki itu bakal membakar gosong kebaikan, sebagaimana api yangg membakar kayu bakar” Ketahuilah, bawa kedengkian itu termasuk penyakit hati yangg sangat berbahaya. dan semua penyakit hati, tidak bakal dapat disembuhkan melainkan dengan pengetahuan dan amal.

3. Penglihatannya

Orang yangg takut kepada Allah, tidak bakal memandang pada yangg haram baik mengenai makanan, minuman, busana dan lain sebagainya. Dia tidak memandang bumi dengan nafsu ambisi dan keinginannya, tetapi dia memandangnya untuk mengambil pelajaran dan ibrah. Dia tidak memandang pada sesuatu yangg tidak legal dilihat olehnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yangg memenuhi matanya dengan sesuatu yangg haram, maka Allah bakal memenuhi matanya dengan api neraka kelak di Hari Kiamat.”

4. Perutnya

Orang yangg takut kepada Allah, tidak bakal memasukkan makanan yangg haram ke dalam perutnya, lantaran yangg demikian itu adalah dosa yangg besar. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila sesuap nasi jatuh ke dalam perut anak cucu Adam, maka malaikat yangg ada di bumi dan di langit melaknatinya selama suapan makanan itu berada dalam perutnya dan jika dia meninggal dalam keadaan demikian, maka tempatnya adalah neraka jahanam.”

5. Tangannya

Orang yangg takut kepada Allah, tidak mau menerima sesuatu yangg haram, tetapi selalu berupaya untuk menggapai dan meraih yangg mengandung unsur ketaatan dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sebagaimana diriwayatkan dari Ka’ab bin Akbar, Ia berkata: “Allah SWT menciptakan suatu perkampungan dari Jabar unsur yangg berwarna hijau. Dalam perkampungan itu terdapat 1000 rumah di dalam setiap rumah terdapat 1000 kamar. Tidak ada yangg dapat menempati tempat yangg sedemikian indah itu, selain seseorang yangg andaikan disodorkan alias ditawarkan kepadanya sesuatu yangg haram dia menolak dan meninggalkannya, lantaran takut kepada Allah SWT.”

6. Kedua kakinya

Orang yangg takut kepada Allah SWT tidak bakal melangkahkan kakinya untuk melangkah dalam kemaksiatan kepada Allah SWT. Tetapi kakinya digunakan melangkah dalam ketaatan kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya dan melangkah ke arah kebaikan, berbaur berbareng ustadz dan orang-orang yangg saleh.

7. Ketaatannya

Orang yangg takut kepada Allah SWT selalu berorientasikan segala aktivitas ketaatan dan kesalehannya hanya untuk mencari keridhaan Allah untuk menjauhi sifat riya dan kemungkinan. (Al-Ghazalu, 2008: 8-10).

Kedudukan Orang yangg Berkarakter Khauf

Pertama, kualitas khauf orang yangg awam, Yakni takut dari siksa-Nya. Hal ini terjadi dengan asas ketaatan kepada surga dan neraka, alias keberadaan keduanya sebagai jawaban bagi ketaatan dan kemaksiatan.

Khauf ini menjadi lemah dengan karena kelalaian dan lemahnya iman, tetapi kelemahan itu bisa terobati pula dengan memperhatikan orang-orang yangg takut, berinteraksi dengan mereka dan menyaksikan ikhwal mereka. Jika tidak bisa dengan musyahadah (menyaksikan) maka dengan mendengar (sima’) pun pasti ada pengaruhnya.

Kedua, takut dari-Nya. Ini terjadi lantaran Allah menjadi yangg ditakuti. Yakni takut bakal terhalang dari-Nya dan berambisi kedekatan kepada-Nya. Ini adalah takutnya para ulama.

Seperti firman Allah:

“Sesungguhnya yangg takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28).

Semua orang mukmin punya kesempatan untuk meraih rasa takut ini. Siapa saja yangg meningkat ke jenjang makrifah (pengetahuan) dan mengenal Allah, niscaya bakal takut kepada-Nya, sehingga tidak perlu pengobatan untuk menumbuhkan rasa takut secara khusus. Siapa yangg mengetahui Allah pasti mengetahui bahwa Dia melakukan apa saja yangg dikehendaki-Nya tanpa peduli dan memutuskan apa saja yangg dikehendaki-Nya tanpa rasa takut sama sekali. (Hawwa, 1998: 353).

Menginternalisasi Karakter Khauf pada Diri Sendiri

1. Mengingat dosa-dosa terdahulu yangg telah terjadi.

2. Takut alias cemas atas kekurangan dalam menunaikan kewajiban.

3. Takut dan cemas terhadap kesudahan hidup dan berhujung dengan kondisi yangg dibenci (su’ul khatimah).

4. Selalu mengagungkan Allah SWT dengan senantiasa meresapi nama-nama dan sifat-sifat Allah yangg agung (asmaul husna).

5. Takut kepada Allah mengenai dengan dua masalah ialah takut bakal siksa-Nya dan takut dari Allah itu sendiri.

6. Merenungkan keselamatan orang-orang yangg selamat, lampau membandingkan diri sendiri dengan sifat-sifat mereka yangg selamat.

7. Mentadaburi firman Allah dan sunnah Rasulullah serta mengkaji riwayat hidupnya.

8. Berpikir tentang keagungan Allah SWT, lantaran barangsiapa yangg memikirkannya pasti dia bakal takut kepada-Nya, karena perenungan bakal memperlihatkan kepadanya sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dan kebesaran-Nya.

9. Berpikir tentang kematian dan kengeriannya dan tidak ada jalan untuk lari darinya.

10. Memikirkan apa yangg terjadi setelah kematian: kubur dan kedahsyatannya.

11. Memikirkan tentang datangnya hari hariakhir dan kedahsyatannya.

12. Membayangkan dahsyatnya neraka, dan perkara-perkara yangg didapatkannya dari kedahsyatan dan besarnya siksaan sesungguhnya dia musibah yangg sangat besar.

13. Merenungkan dosa-dosa yangg telah dilupakan, tetapi Allah mencatatnya. Tidak ada kebaikan yangg mini dan yangg besar selain dicatat-Nya. Dia pun mengkhawatirkan jangan-jangan Allah memberikannya nikmat sebagai pemberian tempo (istijrad)

14. Merenungkan akibat dosa yangg sepele dan yangg disepelekan oleh manusia.

15. Seorang hamba mengetahui bahwa ada kalanya dia terhalang untuk bisa bertobat lantaran kematian yangg tiba-tiba dan lantaran menangguhkan waktu untuk beramal saleh, nyaman dalam perkara syubhat, tenggelam dalam maksiat dan syahwat, tuduhan yangg menyesatkan dan penyesalan yangg tidak memberikan faedah lagi.

16. Merenungkan su’ul khotimah saat kematian di akhir hayat.

17.  Duduk bersama-sama orang-orang saleh, para ustadz dan orang-orang taqwa bakal memberikan rasa takut kepada Allah.

18. Senang mendengarkan nasehat dan khotbah.

19. Mengenal Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, FirmanNya dan sabda Rasulullah Saw.

20. Berdoa agar senantiasa diberi rasa takut hanya kepada Allah. (Al-Munajjid, 2004: 92-99).

Hikmah Karakter Khauf

1. Saat di dunia, orang yangg berbudi pekerti khauf diamanahi kekuasaan di muka bumi bertambah ketaatan dan ketentraman lantaran dia memperoleh yangg dijanjikan dan kepercayaannya bertambah kuat.

Firman Allah:

“Orang-orang kafir berbicara kepada rasul-rasul mereka, ‘Kami sungguh-sungguh bakal mengusir Anda dari negeri kami alias Anda kembali kepada kepercayaan kami. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, Kami pasti bakal membinasakan orang-orang yangg kejam itu dan Kami pasti bakal menempatkan Anda di negeri-negeri itu sesudah mereka. Jadi yangg demikian itu (adalah untuk) orang-orang yangg takut (akan mengharap) kehadirat-Ku dan yangg takut kepada ancaman-Ku.” (QS. Ibrahim: 13-14).

2. Rasa khauf membangkitkan semangat untuk beramal saleh dan ikhlas, tidak mencari jawaban di dunia, hingga tidak berkurang pahala di akhirat.

Firman Allah:

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah kami tidak mengharapkan jawaban dari Anda dan tidak pula (ucapan) untuk terima kasih. Sesungguhnya kami takut bakal (azab) Tuhan kami pada suatu hari yangg (di hari itu) orang-orang bermuka masam dan kesulitan.” (QS. Al Insan: 9-10).

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yangg telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, dan laki-laki yangg tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan salat, dan bayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yangg (di hari itu) gunung, hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An-Nur: 36-37).

3. Saat di akhirat, berkah khauf kepada Allah menjadikan manusia berada di bawah naungan arasy Ar-Rahman pada hari kiamat.

Sabda Rasulullah Saw:

“Seorang laki-laki yangg diajak oleh seorang wanita yangg mempunyai kedudukan dan kecantikan Allah lampau dia berkata, ‘Saya takut kepada Allah.” (HR. Bukhari).

Dalam sabda yangg lain disebutkan, “Seorang laki-laki yangg ingat kepada Allah dalam keadaan sendirian lampau kedua matanya mencucurkan air mata.”

4. Khauf adalah karena mendapatkan ampunan.

5. Khauf menyebabkan masuk surga.

Sabda Nabi Saw:

“Siapa yangg merasa takut (kepada Allah), dia bakal menyingsingkan dengan (untuk mentaati Allah), dan siapa yangg menyisingkan lengan (untuk mentaati Allah), dia bakal sampai kepada tempat tujuan. Ketahuilah sesungguhnya peralatan perniagaan Allah mahal! Ketahuilah peralatan perniagaan Allah adalah surga.” (HR. Tirmidzi).

6. Menghilangkan ketakutan dari orang-orang yangg takut pada hari kiamat.

7. Khauf adalah karena keselamatan dari segala keburukan.

8. Khauf menjadi manusia terpuji.

Firman Allah:

“Sesungguhnya laki-laki dan wanita yangg muslim, laki-laki dan wanita yangg mukmin, laki-laki dan wanita yangg tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan wanita yangg benar,  laki-laki dan wanita yangg sabar, laki-laki dan wanita yangg khusyuk, laki-laki dan wanita yangg bersedekah, laki-laki dan wanita yangg berpuasa, laki-laki dan wanita yangg memelihara kehormatannya, laki-laki dan wanita yangg banyak menyebut (nama)  Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka pembebasan dan pahala yangg besar.” (QS. Al-Ahzab: 35).

9.Orang yangg khauf senang bermunajat kepada Allah.

Firman Allah:

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka bermohon kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yangg kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajadah: 16)

10. Menjadikan ibadah sebagai tameng balasan akhirat.

Firman Allah:

“Ataukah orang yangg beragama di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) alambaka dan mengharapkan rahmat Tuhannya.” (QS. Az-Zumar: 9).

11. Senantiasa cemas dan waspada terhadap azab.

Firman Allah:

“Dan orang-orang yangg takut terhadap balasan Tuhannya. lantaran sesungguhnya balasan Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman  (dari kedatangannya).” (QS. Al Ma’arif 27-28).

12. Gemar melakukan baik terjauh dari kecemasan.

Firman Allah:

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yangg selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yangg baik dan mereka bermohon kepada Kami dengan minta dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yangg intens pada Kami.”  (QS. Al-Anbiya’: 90).

13. Orang yangg khauf bakal mendapatkan dua surga.

Firman Allah:

“Dan bagi orang yangg takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS. Ar-Rahman: 46).

14. Mendapatkan keridhaan Allah.

Firman Allah:

“Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. nan demikian itu adalah (balasan) bagi orang yangg takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah: 8).

15. Khauf sebagai bentuk rasa mahabbah kepada Allah.

Sabda Rasulullah Saw

“Tidak ada tetesan yangg lebih dicintai Allah selain dari tetesan air mata lantaran takut kepada Allah alias tetesan darah yangg ditumpahkan di jalan Allah ta’ala.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sebagai hamba-Nya, kita kudu senantiasa mempunyai karakter khauf. Amal kebaikan yangg dikerjakan pun kudu dievaluasi, apakah ada unsur ‘kecacatannya’ seperti terbesit syirik mini ialah riya. Sebab khauf tidak hanya berkemam dengan dosa dan kesalahan seorang hamba, seperti sabda Nabi Saw:

Aisyah ra berkata: “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, “Dan orang-orang yangg memberikan apa yangg telah mereka berikan, dengan hati yangg takut (QS. Al-Mu’minun: 60), adalah orang yangg mencuri dan berzina?” Nabi SAW menjawab: “Tidak, tetapi orang yangg berpuasa, salat, infak dan takut tidak diterima amalnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Sehingga dalam situasi dan kondisi apapun kita harusmemiliki karakter khauf, agar kita kondusif di bumi dan diakhirat.

Sabda Nabi Saw:

“Allah berfirman: Demi kemuliaanKu, Aku tidak bakal menghimpun dua rasa takut pada hambaKu, dan Aku tidak bakal menghimpun dua rasa aman; jika dia merasa kondusif dariKu di bumi maka Aku bakal membuatnya takut pada hari kiamat,  dan jika dia takut padaKu di bumi maka Aku bakal membuatnya kondusif pada hari kiamat.” (HR Ibnu Hibban).

Editor: Soleh

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id