Kajian Jelang Berbuka Islamic Center UAD: Profil Orang Beriman dan Berakal dalam Islam - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pada kesempatan kali ini (6/3), kajian diisi oleh Ulama Muda Muhammadiyah ialah Qaem Aukassyahied (Dosen Ilmu Hadis UAD dan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah) bertempat di Masjid Islamic Center UAD.

Di dalam Q.S. Ar-Rahman: 26-27, Qaem sampaikan pada jamaah bahwa Allah mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu di muka bumi ini sifatnya fana (sementara). Dan Allah pemilik segala kemuliaan dan kehormatan yangg sifatnya abadi. “Kalau kita bisa mencintai sesuatu yangg sementara, kenapa kita tidak bisa mencintai sesuatu yangg selamanya. Kalau kita bisa mencintai sesuatu yangg di mata kita indah,  tetapi bukan dia sumber keelokan kenapa kita tidak mencintai pembuat dari keelokan tersebut,” terangnya mengutip Jalaludin ar-Rumi.

Qaem sampaikan kata alhamdu dalam kitab Aisar at-Tafasir karya Syaikh Abu Bakar al-Jazairi mengatakan kata tersebut mengandung dua pujian, ialah ats-Tsanu lidzatillah ketika seorang hamba mengucap alhamdu maka berfaedah memuji zatnya Allah. dan ke-Maha-an Allah itu tidak berkarakter sementara tetapi selamanya. Kedua, ats-Tsanu li-af’aalihi ‘ala ‘ibadihi ketika seorang  seorang hamba mengucap alhamdu lantaran pemberianNya seperti diberi umur, rezeki, kehidupan, diizinkan untuk merasakan kebahagiaan.

Baca Juga: Ramadan Mendekat: Waktu yangg Tepat Persiapkan Zakat

Qaem sampaikan ada 3 kegunaan dari sabda tersebut ialah keagamaan pasti diuji, ketaatan butuh pembuktian dan pembuktian ketaatan adalah dia berfaedah sebagaimana mestinya. Sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 214. “Kita sebagai orang beragama pasti bakal merasakan itu, ujian yangg tingkatannya al-Ba’sa (ringan), adh-Dharra (tengah), Zilzalah (berat). Ada fase di kehidupan kita yangg pasti kita bakal kena goncangan yangg begitu berat dalam hidup kita. Dan itu merupakan ujian keimanan,” jelasnya.

Qaem juga sampaikan juga dua jenis yangg tidak membuktikan keimanannya alias disebut orang yangg merugi di bumi tercantum pada Q.S. Al-Baqarah: 8 dan al-Hajj: 11 ialah orang beragama tetapi rupanya tidak beragama kepada Allah dan orang beragama tetapi berdiri di atas pinggiran tebing. “Kalau yangg dia dapatkan hidup adalah baik-baik saja, dia merasa tenang dalam keimanannya itu. Tetapi jika baru diuji dengan satu tuduhan dia beralih dari keimanannya itu dan berjuntai diri kepada selain Allah SWT,” terangnya.

Dalam akhir kajian, Qaem mengingat kepada para jamaah untuk selalu ingat argumen kenapa kudu mencintai kepada Allah, dan tidak perlu cemas jika ketaatan turun naik itu sudah diafirmasi dalam Islam lantaran orang beragama itu bukan orang yangg tidak pernah melakukan dosa tetapi orang yangg menyadari bahwa imannya bakal diuji, lantaran itu dia selalu berupaya menghadirkan pembuktian dan menjadikan keimanannya berfungsi. (Giti/BT)-lsz

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id