Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang

Hidup ini singkat, penuh hiruk-pikuk, dan sering menipu kita dengan ilusi seakan pengakuan manusia adalah segalanya. Padahal, manusia sigap lupa. Hari-hari pertama selepas kepergian seseorang mungkin dipenuhi tangis dan doa, namun tak lama kemudian kehidupan berlanjut. nan memperkuat hanyalah amal, kebaikan, dan catatan Allah yangg tak pernah sirna.
Manusia pada dasarnya mudah berpaling. Seorang yangg dulu dielu-elukan, dirindukan, apalagi dianggap pahlawan, lambat laun terlupakan. Inilah prinsip bumi yangg fana, sebagaimana Allah ﷻ berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ
“Setiap yangg bernyawa pasti bakal merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari hariakhir sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.” (QS. Āli ‘Imrān: 185)
Ayat ini menegaskan bahwa hidup bukanlah tentang meninggalkan nama, melainkan meninggalkan amal. Ketika jasad sudah terbaring di liang lahat, hanya tiga perihal yangg bakal terus mengalirkan kebaikan kepada kita, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya selain tiga perkara: infak jariyah, pengetahuan yangg bermanfaat, alias anak saleh yangg mendoakannya.” (HR. Muslim)
Maka sia-sialah hidup yangg dihabiskan untuk mengejar pujian manusia. Mereka bisa saja bertepuk tangan ketika kita hidup, namun ketika ajal datang, tak ada lagi yangg dapat membantu selain amal. Nama besar bakal dilupakan, gelar ditinggalkan, prestasi bumi hanya menjadi catatan usang. Namun, Allah ﷻ adalah Rabb yangg tidak pernah lupa. Ia mencatat setiap langkah, sekecil apa pun. Firman-Nya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ • وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia bakal memandang (balasannya). Dan peralatan siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia bakal memandang (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)


Betapa sering kita lalai, merasa kondusif lantaran tetap hidup dan tetap dipuji. Padahal, detik demi detik adalah perjalanan menuju kematian. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (yaitu kematian).” (HR. At-Tirmidzi)
Kematian adalah pengingat paling keras bahwa segala corak pengakuan manusia tak ada artinya. Ketika tanah sudah menutup tubuh, semua harta, status, apalagi keluarga, tidak bakal masuk berbareng kita. nan menyertai hanyalah amal, baik alias buruk.
Karena itu, bijaklah menggunakan kehidupan. Jika manusia mudah melupakan, Allah tidak pernah melupakan. Ia Maha Mengetahui segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
“Dan Rabbmu tidaklah pelupa.” (QS. Maryam: 64)
Hidup bukan soal seberapa banyak kita dikenal, tetapi seberapa dekat kita dengan Allah. Dunia hanyalah persinggahan, tempat mengumpulkan bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat. Rasulullah ﷺ mengingatkan:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Hiduplah di bumi ini seakan-akan engkau orang asing alias seorang pengembara.” (HR. Bukhari)
Seorang pengembara tidak membangun istana megah di jalan yangg hanya disinggahi sementara. Ia cukup membawa bekal seperlunya untuk mencapai tujuan. Begitu pula kita di bumi ini: jangan terikat pada pujian, jangan larut dalam pengakuan, lantaran semua itu sementara.
Lantas, apa yangg layak kita perjuangkan? Pertama, memperbaiki hubungan dengan Allah melalui ibadah yangg ikhlas—shalat, dzikir, doa, dan kebaikan yangg bersih dari riya. Kedua, menebar faedah kepada sesama, baik melalui sedekah, ilmu, alias kebaikan sederhana. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Manusia yangg paling dicintai Allah adalah yangg paling berfaedah bagi manusia.” (HR. Thabrani)
Maka, meninggalkan jejak bukan berfaedah menorehkan nama besar, melainkan menorehkan manfaat. Sering kali, orang yangg tak dikenal bumi justru dicatat mulia di sisi Allah lantaran kebaikan tersembunyinya. Ada orang yangg mungkin tidak terkenal, tapi setiap malamnya bermohon untuk saudaranya, alias setiap hari memberi makan orang miskin tanpa diketahui. Di mata manusia dia biasa saja, tetapi di sisi Allah dia agung.
Allah ﷻ mengingatkan bahwa segala sesuatu bakal kembali kepada-Nya:
وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى
“Dan sesungguhnya kepada Rabbmulah kesudahan segala sesuatu.” (QS. An-Najm: 42)
Maka, jangan biarkan hidup kita lenyap untuk sesuatu yangg fana. Gunakan waktu yangg singkat ini untuk menanam kebaikan yangg kekal. Bayangkan, sebuah senyuman tulus yangg kita berikan mungkin terlupakan oleh orang lain, tetapi Allah tetap mencatatnya. Sepotong roti yangg kita berikan kepada anak yatim mungkin tidak pernah diingat oleh dunia, tetapi Allah menyiapkan jawaban di akhirat.
Kesadaran inilah yangg mestinya mengubah orientasi hidup kita. Jika manusia bakal sigap melupakan kita, maka berusahalah agar Allah mengingat kita. Rasulullah ﷺ berfirman dalam sabda qudsi:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya jika dia mengingat-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, hidupkanlah hati dengan dzikir, penuhi langkah dengan amal, dan jadikan tujuan kita bukan sekadar meninggalkan nama, melainkan meninggalkan sinar kebaikan yangg tidak padam. Dunia boleh melupakan, tetapi Allah tidak bakal pernah melupakan.
Hidup adalah kesempatan singkat untuk menulis kisah kita di Lauh Mahfuzh dengan tinta amal. Jangan menukarnya dengan sekadar pengakuan manusia yangg sementara. Jadilah orang yangg meninggalkan jejak abadi: angan dari anak saleh, pengetahuan yangg bermanfaat, infak yangg terus mengalir. Sebab, di hadapan Allah, itulah yangg betul-betul berarti. (*)
1 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·