Jean Jecques Rousseau: Cara Agar Agama Relevan dengan Zaman - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Jean Jecques Rousseau I Pada kesempatan ini saya mau mengulas tentang seorang tokoh bumi yangg merupakan anomali untuk teori psikologi. Dalam teori ilmu jiwa dikatakan, bahwa jika ada anak yangg tidak mendapat kasih sayang orang tua yangg memadai, di mana anak itu mempunyai orang tua yangg menelantarkan, dapat dipastikan masa depan anak itu adalah sebuah kehancuran. Dia bakal mengalami kemunduran dalam prestasi akademis, dia bakal menjadi anak yangg dimarginalkan. Hingga akhirnya dalam hatinya bakal ada pemberontakan terhadap sistem sosial yangg ada.

Penolakan JJ Rousseau

Orang yangg bakal dibicarakan dalam tulisan pendek ini menolak seluruh teori ini. Sebab orang ini dilahirkan dari seorang ibu yangg segera meninggal bumi setelah dia melahirkan. Tidak lama kemudian bapaknya kawin lagi dan dia menjadi gembel sejak dari Austria sampai ke Jerman dan dari Swiss sampai ke Prancis. Ia menjadi anak yangg ditolak dari satu panti didikan ke panti didikan yangg lain. Sosok anak yangg boleh kita sebut sebagai “Broken Home”.

Tapi orang ini di kemudian hari menjadi peletak dasar dari beragam perihal yangg bakal merubah peradaban dunia. Mulai dari peristiwa Revolusi Prancis, menyusun kitab makulat pendidikan yangg pertama di dunia. Ia dianggap filosof paling berpengaruh pada abad ke-18. Namanya Jean Jacques Rousseau (1712-1778).

Rousseau memang menciptakan beberapa karya besar dan dia juga dianggap sebagai tokoh romantisme di dalam makulat Barat. Romantisme adalah sebuah aliran makulat yangg menganggap bahwa emosi lebih baik dijadikan sebagai jagoan kebenaran daripada pemikiran yangg berasal dari otak manusia, bahwa “percayailah emosi kamu”.

Sampai Rousseau berkata, “Sekarang ini makin banyak saya temukan orang pandai makin susah saya menemukan orang yangg bisa dipercaya”. Ucapan Rousseau ini mengingatkan kepada kita bahwa seringkali kepandaian itu dijadikan perangkat untuk menipu. Kita mestinya lebih percaya kepada orang yangg perasaannya tajam daripada orang yangg kecerdasannya bagus.

Rousseau dan Konsep Agama Madani

Terlepas dari itu, yangg mau saya bicarakan dari filsafat Rousseau adalah pandangan dia tentang “agama madani”. Rousseau mau membikin sebuah konsep universal tentang kepercayaan yangg cocok dan relevan bagi masyarakat modern.

Konsep agama madani bukanlah kepercayaan dalam pengertian seperangkat kepercayaan yangg di dalamnya terdapat Tuhan dan kitab suci. Namun lebih pada mencari gedung nilai-nilai universal dari kepercayaan yangg sudah ada. Bahwa manusia perlu mencari titik jumpa antara satu kepercayaan dengan kepercayaan yangg lain agar manusia dapat hidup secara bersama-sama di era modern ini.

Dahulu, pada masyarakat primitif, setiap suku bangsa memperjuangkan Tuhan mereka. Jadi kadang-kadang mereka berjuang untuk bangsanya atas dasar memihak Tuhan mereka. Artinya, pembelaan terhadap Tuhan adalah segala-galanya. Berjuang atas nama bangsa dan negara kudu dimulai dari pembelaannya terhadap Tuhan. Pada masa ini, kepercayaan menjadi titik sentral dari peradaban manusia.

Agama dan Negara di Zaman Modern

Tapi, dikemudian hari,  datanglah satu era ketika kesetiaan kepada negara bersaing dengan kesetiaan kepada agama. Zaman itu disebut modern, lantaran masyarakat bumi mulai bereksperimen tentang tananan bumi yangg lebih manusiawi dan gimana sebuah negara dapat diatur oleh manusia itu sendiri, tanpa kudu melibatkan Tuhan di dalamnya.

Misalnya, di masa dulu, Kristianitas mencoba menegakkan kerajaan Tuhan di bumi dan menuntut orang untuk alim kepada Gereja. Dan seringkali, kata Rousseau, ketika kepatuhan kepada Gereja dan kepatuhan kepada negara bertemu, biasanya orang mendahulukan kepatuhan kepada kepercayaan alias Gereja dan meninggalkan kepatuhan terhadap negara.

Rousseau mencita-citakan ada suatu kepercayaan yangg sekiranya orang berjuang untuk kepercayaan itu, dia juga sekaligus berjuang untuk negaranya. Bahwa aliran kepercayaan tidak mengajarkan kepada mereka tentang eksklusivitas, tapi kepercayaan mengajarkan mereka untuk ikut memberikan kontribusi bagi kesejahteraan bangsa.

Nasehat Rousseau ini dapat menjadi petunjuk kepada kita semua bahwa dalam setiap agama, selalu ada nilai-nilai universal dan marilah seluruh kepercayaan berasosiasi pada nilai-nilai universal itu. Ketergabungan kepercayaan ini bukan dalam makna mengaburkan aliran spesifik setiap agama. Namun lebih pada mengupayakan nilai-nilai universal yangg diyakini berbareng dan dapat menjadi pedoman hidup.

Contoh di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, nilai universal itu adalah Pancasila. Dengan kata lain, Pacasila memang bukan agama, tetapi dasar ideal-moral dari Pancasila dapat ditemukan dalam nyaris semua agama, tak terkecuali juga Islam. Jadi, setiap penganut kepercayaan bisa memandang nilai-nilai universal agamanya melalui Pancasila itu sendiri.

Sebagai ideologi pemersatu, Pancasila sudah selayaknya selalu menjadi pegangan bagi semua penganut kepercayaan di Indonesia yangg darinya setiap umat dapat memberikan kontribusi yangg positif bagi kesejahteraan bangsa.

Bila orang berkonstibusi atas nama nilai-nilai agama, boleh jadi penganut kepercayaan lain tidak bakal menerimanya, lantaran tidak sesuai dengan keyakinannya. Tetapi jika kontribusi itu ditarik pada nilai-nilai yangg lebih universal, yangg dengannya semua penganut kepercayaan mengakuinya, maka bakal lebih baik jika seseorang dapat melakukan sesuatu atas nama nilai-nilai universal itu, dalam perihal ini adalah Pancasila.

Editor: Soleh

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id