Jalan Bijak dalam Berbuat Baik - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kab Semarang

Tidak semua manusia bisa menjadi sosok yangg selalu baik kepada semua orang. Ada pemisah tenaga, pikiran, dan perasaan. Menjadi pribadi yangg terlalu berambisi menyenangkan semua pihak justru berujung pada kelelahan dan rasa kalah. Islam mengajarkan keseimbangan: melakukan baik dengan urutan yangg benar, dimulai dari keluarga, kerabat, lampau meluas ke masyarakat.

Berbuat baik memang merupakan perintah Allah, tetapi Islam memberikan pengarahan yangg jelas tentang siapa yangg lebih dulu menjadi prioritas dalam kebaikan. Tidak semua orang kudu mendapatkan perhatian dengan kadar yangg sama, karena Allah telah menurunkan urutan kebaikan sosial yangg paling tepat agar tidak menimbulkan kepenatan jiwa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا﴾ (النساء: ٣٦)

“Dan sembahlah Allah dan janganlah Anda mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan melakukan oke kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yangg dekat dan tetangga yangg jauh, kawan sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yangg Anda miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yangg sombong lagi membanggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36)

Ayat ini memberikan urutan jelas. Pertama, tanggungjawab berkhidmat kepada orang tua. Kedua, kepada family dekat alias kerabat. Baru kemudian meluas kepada yatim, miskin, tetangga, sahabat, musafir, dan pihak lain. Islam tidak mengajarkan kita untuk membagi kebaikan secara random tanpa prioritas, melainkan dengan tata langkah yangg proporsional.

Dalam sabda Nabi ﷺ juga ditegaskan bahwa kebaikan kepada orang tua lebih utama sebelum meluas kepada orang lain. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. (رواه البخاري ومسلم)

“Aku bertanya: Wahai Rasulullah, ibadah apakah yangg paling dicintai Allah? Beliau menjawab: Shalat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab: Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa melakukan baik kepada orang tua lebih utama daripada ibadah sosial lain yangg sifatnya umum. Jadi, siapa pun yangg memaksakan diri untuk melakukan baik kepada semua orang tanpa urutan, justru sering lupa kepada yangg paling dekat.

Islam juga mengingatkan bahwa dalam melakukan baik kudu ada pemisah kemampuan. Tidak ada perintah agar manusia memikul beban di luar daya. Allah berfirman:

﴿لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا﴾ (البقرة: ٢٨٦)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Ayat ini memberi ketenangan. Jika kita tidak bisa memberi kebaikan kepada semua orang, maka tidak berdosa. nan terpenting adalah tidak menyakiti, tidak menzalimi, dan tidak bertindak buruk. Bahkan menahan diri dari keburukan adalah bagian dari kebaikan. Nabi ﷺ bersabda:

وَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَكَفَّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ (رواه البخاري ومسلم)

“Jika engkau tidak bisa (berbuat baik), maka tahanlah dirimu dari menyakiti orang lain, sesungguhnya itu adalah infak darimu untuk dirimu sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini begitu indah. Ia menenangkan hati orang-orang yangg merasa bersalah lantaran tidak bisa selalu membantu. Diam dan tidak melakukan jelek sudah dianggap kebaikan kebaikan yangg berbobot sedekah. Inilah keadilan Islam: memberi ruang kepada manusia yangg terbatas.

Kita hidup dalam lingkaran yangg bertingkat. Orang tua dan family adalah lingkaran pertama. Jika lingkaran ini terabaikan, lampau kita sibuk menyenangkan orang jauh, maka itu bukan keseimbangan yangg diajarkan Islam. Ada banyak orang yangg rela habis-habisan untuk teman, namun lupa menengok orang tua sendiri. Ada yangg royal kepada relasi kerja, tetapi pelit kepada kerabat yangg membutuhkan. Inilah corak kebaikan yangg salah arah.

Nabi ﷺ pernah mengingatkan dalam sabda lain:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي (رواه الترمذي)

“Sebaik-baik kalian adalah yangg paling baik terhadap keluarganya. Dan saya adalah yangg paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Kebaikan yangg dimulai dari rumah bakal meluas dengan lebih sehat. Orang tua yangg senang lantaran hormat anak-anaknya, kerabat yangg merasa diperhatikan, pasangan yangg merasa disayangi, anak-anak yangg merasa dicintai, semua itu menjadi fondasi. Dari fondasi inilah lahir kekuatan untuk menebarkan kebaikan ke luar.

Namun, ada satu perihal yangg juga penting: tidak semua orang bakal senang dengan kebaikan kita. Ada yangg salah paham, ada yangg iri, ada yangg meremehkan. Jangan menjadikan penerimaan orang lain sebagai ukuran utama. Cukuplah ridha Allah sebagai tujuan.

Allah berfirman:

﴿فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ﴾ (التغابن: ١٦)

“Maka bertakwalah Anda kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)

Ayat ini menutup pintu bagi ambisi berlebihan. Cukuplah melakukan baik sesuai kemampuan, sesuai urutan, dan sesuai niat yangg benar. Tidak ada tanggungjawab menjadi “malaikat” yangg menyenangkan semua orang.

Dengan demikian, pesan yangg kudu tertanam adalah: jangan terbebani dengan ambisi muluk untuk selalu baik kepada semua orang. Jalani kebaikan sebagaimana urutan yangg diajarkan Al-Qur’an dan hadis. Jika tidak bisa membantu, cukup jangan menyakiti. Itu pun sudah berbobot ibadah. nan krusial bukan seberapa banyak orang menyukai kita, melainkan seberapa besar Allah meridhai kita. (*)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co