Islam Rahmatan Lil Alamin dan Tantangan Global Muhammadiyah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Pada 18 November 2024, Muhammadiyah resmi berumur 112 tahun. Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah dan terus menjadi salah satu garda terdepan dalam menyuarakan Islam yangg moderat dan berkemajuan. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia apalagi dunia, Muhammadiyah sejak lama berkomitmen untuk menjadikan aliran Islam sebagai solusi universal bagi persoalan umat manusia, sesuai dengan visi besar Islam Rahmatan Lil Alamin (QS Al-Anbiya: 107).

Meskipun demkian, tidak bisa dimungkiri bahwa di era globalisasi yangg diwarnai dengan berkembang pesatnya teknologi dan cepatnya penyebaran informasi, Muhammadiyah menghadapi beragam tantangan yangg belum pernah dihadapi sebelumnya. Lantas, gimana Muhammadiyah mesti merespon tantangan-tantangan tersebut agar dapat terus mengupayakan terwujudnya visi Islam Rahmatan Lil Alamin?

Islam Rahmatan Lil Alamin sebagai Visi Besar Muhammadiyah

Visi Islam Rahmatan Lil Alamin berasal dari semangat Al-Qur’an yangg menegaskan bahwa Islam dihadirkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan makhluk, tanpa memandang agama, ras, suku, alias golongan tertentu. Konsep ini menegaskan bahwa Islam membawa pesan universal yangg meliputi perdamaian, keadilan, dan keberkahan bagi bumi secara keseluruhan. Dalam Islam, Rahmatan Lil Alamin tidak hanya mencakup hubungan antara manusia dan Tuhan (habluminallah), tetapi juga antara manusia dan sesamanya (habluminannas), serta manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Visi Islam Rahmatan Lil Alamin merupakan inti dari perjuangan dakwah Muhammadiyah. Sejak awal pendirian Muhammadiyah pada 1912, KH Ahmad Dahlan telah memformulasikan Islam Rahmatan Lil Alamin sebagai landasan dakwah Muhammadiyah yangg bermaksud memadukan nilai-nilai keislaman dengan modernitas guna menjawab tantangan era tanpa meninggalkan prinsip kepercayaan Islam.

Dalam perihal ini, dakwah Muhammadiyah tidak hanya berkarakter ritualistik, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan pendidikan untuk menciptakan masyarakat berkemajuan. Dengan visi Islam Rahmatan Lil Alamin, Muhammadiyah berkomitmen menjadi tokoh yangg mempromosikan Islam sebagai solusi atas persoalan global, sembari tetap menjaga harmoni antara tradisi keislaman dan tuntutan modernitas.

Pada tingkat global, visi Islam Rahmatan Lil Alaminmenjadi relevan ketika bumi semakin terhubung namun juga terpecah oleh konflik, ketimpangan, dan radikalisme. Dalam semangat Islam Rahmatan Lil Alamin, Muhammadiyah berpendirian bahwa Islam bukan hanya untuk umat Islam, melainkan sebagai rahmat yangg memberikan keadilan, kesejahteraan, dan harmoni bagi seluruh makhluk.

Bagi Muhammadiyah, Islam Rahmatan Lil Alamin bukan hanya sebatas slogan, melainkan prinsip yangg perlu untuk diwujudkan melalui tindakan nyata. Prinsip ini tercermin dalam beragam program inklusif di bagian sosial, pendidikan, dan kesehatan yangg diadakan oleh Muhammadiyah, sebagaimana terlihat dari pendirian rumah sakit, sekolah, hingga universitas yangg terbuka untuk semua golongan. Muhammadiyah juga memahami Islam Rahmatan Lil Alamin sebagai upaya untuk menjadikan Islam sebagai solusi atas tantangan era melalui pendekatan ilmiah dan etis.

Tantangan yangg Dihadapi

Meskipun visi besar Islam Rahmatan Lil Alamin membawa angan bakal Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, jalan menuju realisasinya penuh dengan beragam tantangan. Salah satu tantangan utama yangg dihadapi Muhammadiyah ialah polarisasi umat Islam, baik di tingkat lokal maupun global. Globalisasi, meskipun memberi kesempatan untuk membangun hubungan lintas budaya, tetapi juga berkedudukan besar dalam memperparah perbedaan pandangan alias pemahaman di kalangan umat Islam, yangg ironisnya sering kali memicu bentrok di antara umat Islam itu sendiri.

Polarisasi yangg terjadi menciptakan jarak antara kelompok-kelompok yangg mempunyai pemahaman berbeda, baik dalam konteks pemikiran keagamaan maupun praktik sosial. Hal ini tidak hanya menghalang ukhuwah islamiyah yangg menjadi dasar persatuan umat, tetapi juga mengurangi keahlian umat Islam untuk berasosiasi dalam menghadapi tantangan dunia yangg lebih besar.

Selain itu, radikalisme dan Islamofobia menjadi dua sisi tantangan yangg saling terkait. Munculnya kelompok-kelompok ekstremis yangg menyatakan membawa nama Islam sering kali menciptakan stigma negatif terhadap kepercayaan Islam. Akibatnya, bumi internasional mulai menyangsikan gambaran kepercayaan Islam sebagai kepercayaan yangg tenteram dan inklusif. Pada sisi lain, maraknya kejadian Islamofobia, terutama di negara-negara Barat, menjadi penghalang bagi upaya perbincangan lintas kepercayaan dan budaya.

Tekanan sosial dan ekonomi global juga menjadi tantangan signifikan. Ketimpangan yangg semakin nyata antara negara maju dan negara berkembang menciptakan beragam persoalan seperti kemiskinan, pengangguran, dan akses yangg tidak merata terhadap pendidikan dan jasa kesehatan. Selain itu, perubahan suasana yangg berakibat langsung pada kehidupan masyarakat bumi menambah beban sosial yangg kudu dihadapi umat manusia.

Terakhir, kemajuan teknologi dan digitalisasi membawa kesempatan besar, namun juga menghadirkan tantangan yangg tidak bisa diabaikan. Teknologi digital memberikan platform yangg luas untuk menyebarkan dakwah Islam secara sigap dan masif. Meskipun demikian, di sisi lain, teknologi digital juga digunakan untuk menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan ideologi yangg bertentangan dengan nilai-nilai Islam moderat.

Dalam menghadapi beragam tantangan tersebut, Muhammadiyah tidak hanya dituntut untuk mempertahankan prinsip dan nilai-nilai keislamannya, tetapi juga kudu bisa beradaptasi dengan dinamika zaman. Dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yangg inklusif, damai, dan berkemajuan, Muhammadiyah mempunyai tanggungjawab dalam merespon beragam tantangan tersebut guna terus mengupayakan terwujudnya visi Islam Rahmatan Lil Alamin.

Apa yangg dapat dilakukan Muhammadiyah?

Berbagai tantangan yangg terus muncul di tengah dinamisnya perkembangan era bukanlah halangan, melainkan kesempatan untuk membuktikan bahwa Islam betul-betul menjadi rahmat bagi seluruh alam. Oleh lantaran itu, guna menjawab tantangan besar dalam merealisasikan visi Islam Rahmatan Lil Alamin, Muhammadiyah memerlukan pendekatan strategis yangg komprehensif dan adaptif. Dua pendekatan utama yangg dapat diterapkan adalah penegakan amar ma’ruf nahi munkar dan penguatan ukhuwah islamiyah melalui diplomasi kebajikan.

Berkaitan dengan pendekatan pertama, sebagai organisasi yangg berakar kuat pada aliran Islam, Muhammadiyah perlu untuk terus menjadi pelopor dalam menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Konsistensi dalam amar ma’ruf nahi munkar dapat diwujudkan melalui langkah-langkah konkret dengan berfokus pada bagian sosial dan pendidikan.

Pada bagian sosial, Muhammadiyah perlu memperluas perannya dalam isu-isu sosial, seperti pemberantasan kemiskinan, ketimpangan gender, dan perlindungan lingkungan. Sebagai contoh, Muhammadiyah dapat menginisiasi kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim, sekaligus bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi internasional untuk mencari solusi atas tantangan-tantangan dunia ini. Dengan langkah ini, Muhammadiyah tidak hanya menyerukan kebaikan, tetapi juga menunjukkan tindakan nyata dalam menciptakan keadilan sosial.

Sedangkan pada bagian pendidikan, Muhammadiyah kudu mengintegrasikan nilai-nilai Islam yangg inklusif, damai, dan berorientasi pada keadilan ke dalam kurikulum pendidikan. Tujuannya adalah agar terbentuk individu-individu yangg tidak hanya beradab mulia tetapi juga mempunyai wawasan global.

Selain itu Muhammadiyah juga perlu memaksimalkan media sosial guna memproduksi beragam konten edukatif yangg relevan, menarik, dan ramah bagi generasi muda. Konten-konten yangg diproduksi dapat berupa video edukasi, kampanye toleransi, alias narasi positif tentang Islam. Dengan langkah ini, Muhammadiyah dapat mencetak generasi muda yangg tidak hanya menjadi pemasok perubahan yangg membawa visi Islam Rahmatan Lil Alamin ke dalam realitas sosial, tetapi juga turut aktif dalam melawan narasi negatif tentang Islam yangg sering kali muncul di bumi maya.

Adapun dalam perihal pendekatan yangg kedua, krusial bagi Muhammadiyah untuk memperkuat persaudaraan antarumat Islam dan masyarakat bumi melalui pendekatan diplomasi amal dengan berfokus pada aspek eksternal maupun internal.

Pada aspek eksternal, Muhammadiyah dapat memperluas keterlibatannya di forum dunia seperti PBB, ASEAN, alias Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Keterlibatan ini memungkinkan Muhammadiyah untuk membawa bunyi Islam yangg moderat dan tenteram ke tingkat internasional.

Selain itu Muhammadiyah juga perlu untuk mempererat hubungan dengan organisasi Islam internasional. Kolaborasi ini dapat digunakan untuk menyuarakan Islam yangg tenteram dan moderat di forum-forum dunia, sekaligus mendorong agenda perdamaian global. Dengan langkah ini, Muhammadiyah dapat memperkuat gambaran Islam sebagai kepercayaan yangg relevan dengan tantangan bumi modern.

Pada aspek internal, Muhammadiyah perlu meningkatkan kualitas para kader mereka melalui penyelenggaraan training kepemimpinan, riset keislaman kontemporer, dan pengembangan teknologi. Dengan kader-kader anggun dalam moral, berwawasan global, dan berbobot secara intelektual, Muhammadiyah bakal sangat siap dalam merespons dinamika dunia dan dapat menjadi tokoh krusial dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan di dunia.

Penutup

Visi Islam Rahmatan Lil Alamin bukanlah sekadar angan utopis, melainkan sebuah visi besar yangg dapat direalisasikan dengan kerja keras, kolaborasi, dan inovasi. Dalam menghadapi tantangan dunia guna mengupayakan terwujudnya Islam Rahmatan Lil Alamin, Muhammadiyah kudu terus konsisten pada prinsip amar ma’ruf nahi munkar dan memperkuat ukhuwah islamiyah melalui diplomasi kebajikan. Seiring dengan perkembangan zaman, Muhammadiyah perlu terus mengadaptasi strateginya, tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. Dengan semangat inovasi, inklusivitas, dan komitmen terhadap kemanusiaan, Muhammadiyah dapat terus berupaya mewujudkan visi Islam Rahmatan Lil Alamin agar membawa kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia.

*Penulis: Hafid Adim Pradana, Direktur Renaissance Political Research and Studies (RePORT) dan Dosen Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

-->
Sumber pijarnews.id
pijarnews.id