
SLEMAN – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengumumkan Hari Raya Lebaran 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada hari Jumat tanggal 21 April 2023 Masehi berasas metode hisab asasi wujudul hilal. Pengumuman tersebut tertuang dalam Maklumat yangg dikeluarkan pada tanggal 21 Januari 2023.
Hal tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan waktu Lebaran dengan Pemerintah RI yangg menggunakan metode rukyat. Tentunya, ini menjadi perbincangan yangg hangat di masyarakat sampai detik ini.
Menanggapi potensi perbedaan waktu Lebaran tahun ini, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. angkat suara. Menurutnya, negara telah memberikan kebebasan bagi penduduk untuk menjalankan aliran agamanya dan Muhammadiyah juga diberikan agunan untuk menjalankan prinsip – prinsip organisasinya

“Saya kira negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk menjalankan kepercayaan dan keyakinannya. Muhammadiyah sebagai salah satu komponen anak bangsa yangg betul – betul mengikuti kebijakan dan tidak melakukan pelanggaran, lantaran memang diberikan agunan untuk bisa menjalankan prinsipnya,” jelasnya kepada mediamu.id di sela aktivitas Pentasyarufan Zakat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta – Gamping pada Sabtu (15/4).
Ikhwan menambahkan perbedaan itu tentu perihal yangg biasa dan kudu disikapi dengan biasa juga. Seperti Muhammadiyah dengan prinsip wujudul hilal alias hisab hakiki dan Pemerintah yangg menggunakan dasar rukyat, sehingga tidak kenapa jika memang kudu berbeda.
Sebab, yangg terpenting adalah masyarakat bisa saling menghargai dan menjaga, bahwa apa yangg menjadi keputusan pemerintah patut dihargai.
“Saya juga berambisi Muhammadiyah tetap mempunyai pendirian dan Pemerintah memberikan apresiasi, sehingga keduanya bisa melangkah dengan baik dan itu sudah terjadi di tahun – tahun sebelumnya. Mudah – mudahan tahun ini seperti itu juga, melangkah baik dan lancar serta kondusif terkendali,” lanjutnya.
Memasuki hari – hari terakhir bulan Ramadan 1444 H, Ikhwan menganggap bulan Ramadan selalu memberikan kesan tersendiri untuk umat Islam memaksimalkan semua potensi ibadah. Maka, sisa waktu yangg ada kudu dioptimalkan, lantaran umat Islam juga belum tentu bisa berjumpa dengan bulan Ramadan di tahun – tahun selanjutnya.
“Saya kira penduduk dan jamaah Muhammadiyah terus meningkatkan maturitas dalam kehidupan beragamanya, sehingga dalam menyikapi perbedaan seperti Hari Raya Lebaran alias perihal – perihal yangg tidak sama dengan keputusan persyarikatan bisa dengan sikap yangg dewasa,” tutup Ikhwan. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
English (US) ·
Indonesian (ID) ·