KLIKMU.CO – Menjelang penayangan serentak movie Pengen Hijrah pada 30 Oktober 2025, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) berbareng Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menggelar Kuliah Tamu Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) berjudul “Dakwah Melalui Film: Peluang dan Tantangan bagi Gen Z dalam Menjaga Nilai Keimanan”, Sabtu (18/10/2025) di Gedung At-Tauhid Lantai 13 UM Surabaya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari roadshow LSF RI ke beragam perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkenalkan nilai-nilai edukatif dalam perfilman nasional. Tujuannya, agar mahasiswa menjadi penonton sekaligus kreator movie yangg cerdas, kritis, dan beretika dalam memaknai karya sinema sebagai media dakwah dan pendidikan.
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Syaifullah Agam (Direktur Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI), Naswardi (Ketua Lembaga Sensor Film RI), Radius Setiyawan (Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Digitalisasi), Mukayat Al Amin (Kepala LPAIK UM Surabaya), Titin Setiawati (Anggota LSF RI), Avesina Soebli (Produser movie Pengen Hijrah), serta Affandi Eka Putra, tokoh utama dalam movie tersebut.
Ketua Lembaga Pengkajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPAIK) UM Surabaya, Mukayat Al Amin, menegaskan pentingnya movie sebagai media dakwah imajinatif di era digital.
“Film adalah media yangg kuat dalam menyampaikan pesan moral dan spiritual. Generasi muda, khususnya mahasiswa, kudu bisa memanfaatkan ruang digital dan movie sebagai sarana dakwah yangg menyentuh, bukan sekadar hiburan. Semoga banyak nilai kebaikan yangg bisa diambil dari movie ini,” ujarnya.


Sementara itu, Ketua LSF RI, Naswardi, menyampaikan apresiasinya kepada UM Surabaya yangg menjadi salah satu perguruan tinggi pertama di Indonesia yangg menjalin kerja sama resmi dengan LSF RI.
“Perguruan tinggi adalah pelita yangg memberikan pencerahan ilmu, termasuk bagi perfilman nasional. Melalui aktivitas ini, kami mau mengoptimalkan movie sebagai media dakwah, pendidikan, pembelajaran, dan kebudayaan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, perfilman nasional sekarang memasuki babak baru. Tahun 2024, jumlah produksi movie nasional sukses melampaui movie impor, dengan 285 movie nasional berbanding 283 movie impor.
“Ini pertanda baik bagi ekosistem perfilman Indonesia. Ketika industri movie tumbuh, maka ekonomi kreatif, lapangan kerja, dan kebudayaan lokal juga ikut berkembang. Film bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin nilai dan identitas bangsa,” tegasnya.
Naswardi juga menyinggung bahwa Muhammadiyah mempunyai sejarah panjang dalam bumi perfilman. Banyak karya lahir dari semangat dakwah dan aktivitas sosial Muhammadiyah, baik yangg diproduksi secara organik oleh kadernya maupun diangkat dari kisah nyata di lingkungan Muhammadiyah.
Dalam sesi berbagi, Affandi Eka Putra, tokoh utama Pengen Hijrah, menceritakan pengalaman spiritualnya selama proses pembuatan film.
“Pengen Hijrah bukan sekadar movie religi, tapi perjalanan spiritual anak muda masa kini. Kami berambisi movie ini bisa menyentuh hati penonton dan membujuk mereka lebih dekat kepada Tuhan,” tuturnya.
Kuliah tamu berjalan interaktif, diwarnai dengan obrolan antara mahasiswa dan narasumber mengenai gimana nilai-nilai dakwah dapat dikemas secara imajinatif melalui movie tanpa kehilangan prinsip moral dan spiritual.
Kegiatan ditutup dengan pesan berbareng untuk memperkuat ekosistem perfilman nasional yangg edukatif, beretika, dan berkeadaban, serta rayuan kepada mahasiswa agar berkedudukan aktif menciptakan karya movie yangg membawa nilai kebaikan dan keimanan.
(Uswah Sahal/AS)
1 hari yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·