Berkat Dukungan dan Kasih Sayang Ibu, Mahasiswa Difabel UM Surabaya Ini Lulus dengan Predikat Cumlaude - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 hari yang lalu

KLIKMU.CO – Keterbatasan bukan argumen untuk berakhir bermimpi. Justru di tengah segala kekurangan, manusia sering kali menemukan kekuatan terbesar dalam dirinya.

Hal itu terbukti dari kisah Bonifacius David Hendrawan, mahasiswa difabel Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), yangg membuktikan bahwa semangat dan cinta seorang ibu bisa menaklukkan segala rintangan.

Hampir setiap hari selama empat tahun, seorang ibu dengan sabar menunggu di depan pintu kelas untuk menemani putranya menuntut pengetahuan di tengah keterbatasan fisik. Ia adalah Ina Rostiana Ari Nugrahani, ibu David, mahasiswa difabel yangg baru saja menorehkan prestasi luar biasa: lulus dengan predikat cumlaude pada wisuda ke-53.

Prestasi Akademik yangg Membanggakan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya ini sukses menyelesaikan studinya tepat waktu dalam empat tahun dengan IPK 3,68. Pencapaian ini tidak hanya membanggakan dirinya, tetapi juga seluruh family dan kampus yangg mendukungnya.

David adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil, dia hidup berdampingan dengan disabilitas. Ayah dan ibunya, Purwoko Alfa Kurniawan dan Ina Rostiana Ari Nugrahani, awalnya hanya berambisi David bisa mengenal huruf dan angka. Namun, Tuhan menanamkan semangat belajar yangg luar biasa dalam dirinya, terutama di bagian bahasa.

Sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, David menempuh pendidikan di SLB YPAC Surabaya. Ia tidak pernah menyangka bakal bisa melanjutkan ke bangku kuliah hingga gurunya memberi berita bahwa UM Surabaya membuka danasiwa penuh bagi mahasiswa difabel. Setelah melalui serangkaian tes, David dinyatakan lolos dan resmi menjadi penerima danasiwa difabel dengan pembebasan biaya pendidikan penuh.

Tantangan dan Dukungan yangg Tak Pernah Surut

Di awal perkuliahan, David dan family sempat ragu. Sebagai non-Muslim, dia cemas tidak bisa menyesuaikan diri di kampus berbasis Islam. Kekhawatiran itu sirna begitu dia mulai berinteraksi dengan pengajar dan teman-teman.

“Semua orang di kampus memperlakukan saya dengan sangat baik. Tidak ada perbedaan. Dosen-dosen juga sangat membantu saya dalam belajar,” ujar David dengan senyum, Sabtu (25/10/2025).

Namun perjuangan tidak selalu mulus. Ada masa ketika David merasa capek dan nyaris menyerah lantaran tugas menumpuk. Di saat-saat itulah sang ibu datang sebagai penopang semangat.

“Kalau ditanya siapa yangg paling berjasa, pasti Mama. Beliau kawan saya dalam mengerjakan tugas dan orang yangg selalu mengingatkan bahwa setiap pilihan kudu kita pertanggungjawabkan dengan berani,” ungkap David dengan haru.

Sejak hari pertama kuliah hingga wisuda, sang ibu selalu mengantar dan menunggu David di kampus setiap hari. Perjalanan dari rumah ke kampus ditempuh sekitar satu separuh jam dengan sepeda motor yangg dimodifikasi agar lebih kondusif dan nyaman bagi David.

“Awalnya Mama belajar naik motor jauh dulu selama sebulan lantaran beliau tidak terbiasa. Tapi demi saya, Mama berani,” kenang David.

Perjalanan itu tidak selalu mudah. Pernah motor mereka mogok di tengah jalan, apalagi besinya sampai putus. Mama kudu mencari pick-up untuk membawa motor pulang, padahal jaraknya tetap jauh.

Bagi David, cinta dan pengorbanan ibu tidak bisa diukur dengan kata-kata. “Mama adalah ibu terbaik di dunia. Saya selalu bermohon agar Mama diberi umur panjang dan kesehatan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Mimpi dan Harapan Masa Depan

Bagi David, danasiwa difabel bukan sekadar support finansial, tetapi kesempatan untuk mewujudkan mimpi yangg dulu terasa mustahil. David mengambil skripsi berjudul Improving English Writing Text of 12th Grade Students with Physical Impairments Using IG Feed in SLB YPAC Surabaya.

“Terima kasih UM Surabaya sudah mewujudkan mimpi saya, mimpi yangg dulu hanya tertulis di atas kertas, tapi sekarang saya bisa membuktikannya,” katanya penuh syukur.

David berambisi danasiwa difabel bisa lebih banyak diakses oleh teman-teman difabel lainnya agar mereka juga bisa merasakan kewenangan pendidikan yangg setara.

Lulus dengan predikat cumlaude menjadi babak baru dalam hidup David. Ia mengaku sudah menyiapkan rencana ke depan dengan membuka kursus bahasa Inggris online agar tetap produktif dan berbagi pengetahuan kepada orang lain.

“Dalam waktu dekat, saya mau memulai upaya private online bahasa Inggris. Itu yangg paling memungkinkan saya lakukan. Semoga bisa terwujud,” pungkasnya.

(Uswah Sahal/AS)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co