Bedah Buku “Dari Pesantren ke Jalanan” Bahas Peran Gen-Z dalam Krisis Multidimensi - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Bantul, Suara ‘Aisyiyah – Launching dan Bedah Buku “Dari Pesantren ke Jalanan” dengan tema “Peran Gen-Z dalam Pusaran Krisis Multidimensi” digelar pada Selasa (25/2/25) di Gedung KH. Ibrahim Amphiteater E7 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Acara ini merupakan kerjasama antara Madrasah Digital dan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta yangg bermaksud melestarikan tradisi literasi.

Ketua Umum PC IMM AR. Fakhruddin, Bramasta Alfanda Subroto menyatakan bahwa kerjasama ini adalah corak penguatan budaya intelektual di kalangan kader IMM.

“Menghidupkan forum intelektual adalah tradisi yangg kudu terus dilestarikan. Buku ini sangat relevan untuk didiskusikan,” ujarnya.

Direktur Madrasah Digital, Saipul Haq menegaskan bahwa Madrasah Digital selalu terbuka untuk kerjasama dalam bagian literasi.

Ia menyebut bahwa selama tujuh tahun, Madrasah Digital telah menerbitkan sekitar 60 buku, termasuk “Dari Pesantren ke Jalanan”. Saipul juga menyoroti isi kitab yangg merefleksikan kondisi umat, sosial, dan politik bangsa.

Launching kitab ditandai dengan penandatanganan simbolis oleh Bramasta Alfanda Subroto, Saipul Haq, penulis kitab Ramadhanur Putra, serta dua pembedah, ialah pengajar Fisipol UMY Imam Mahdi dan Ketua Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman Dewan Pimpinan Pusat IMM Muhammad Hasnan Nahar.

Baca Juga: Adaptasi Teknologi Muhammadiyah: Catatan dari Gen Z 

Dalam pemaparannya, Ramadhanur Putra menjelaskan bahwa kitab ini merupakan rekaman perjalanan intelektualnya sejak 2021 hingga 2024.

“Judul ini dipilih lantaran menggambarkan perjalanan saya dari pesantren ke bumi aktivisme kampus, serta semangat pengilmuan Islam dalam memandang kejadian bangsa ini,” katanya.

Imam Mahdi mengulas bahwa kitab ini menguraikan realitas sosial dengan perspektif budaya pesantren dan aktivisme IMM.

“Buku ini tetap berada pada fase tesis dan antitesis, belum mencapai sintesisnya. Mas Rama perlu melanjutkan karyanya dengan solusi-solusi,” ujarnya.

Sementara itu, Muhammad Hasnan Nahar menilai bahwa sisi pesantren dalam kitab ini belum terlalu menonjol, tetapi penguraian sosial dan politiknya sangat tajam.

“Karya ini sangat berkuasa diapresiasi lantaran memberikan pembaca kenikmatan dalam bergulat dengan teks,” ungkapnya.

Acara diakhiri dengan penyerahan sertifikat kepada para pembedah dan sesi foto bersama. Suasana obrolan intelektual yangg hangat menutup aktivitas ini, menambah semangat untuk terus produktif dalam berkarya. (Raka)-sa

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id