Lokakarya penanganan wasting oleh UNICEF berbareng Universitas Brawijaya, di Kota Malang pada Sabtu (14/12/2024)
MALANG, PIJARNEWS.ID – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan kearifan lokal menjadi salah satu aspek krusial menekan nomor stunting dan wasting di Indonesia.
Koordinator Perbaikan Gizi Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Inti Wikanestri menyatakan pemerintah wilayah bisa menakar kecocokan antara parameter stunting dan wasting dari pemerintah pusat dengan kondisi yangg ada di setiap wilayah.
“Jadi di wilayah ada forum kajian yangg menggambarkan apakah parameter di nasional bisa diterjemahkan sama dengan di daerah. Nah, itu kudu memandang konteks lokal,” ujarnya seusai lokakarya penanganan wasting oleh UNICEF berbareng Universitas Brawijaya, di Kota Malang pada Sabtu (14/12/2024).
Menurutnya, pemerintah wilayah kudu bisa menerjemahkan kebijakan dari pemerintah pusat dengan memandang pada aspek kearifan lokal yangg dimiliki.
“Misalkan ibu mengandung di wilayah satu pemenuhan nutrisinya bisa dengan buah alias sayuran jenis A tapi di wilayah satunya tidak punya bahan yangg sama, lantaran mungkin kondisi lahan (bisa mengkonsumsi nutrisi dari bahan pangan yangg ada),” jelasnya sebagaimana dikutip Antara.
Sementara itu. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Brawijaya Prof Dian Handayani menyatakan komitmennya untuk berperan-serta aktif di dalam penyelesaian stunting dan wasting di Malang Raya.
“Kami bersama-sama dengan organisasi perangkat wilayah (OPD) tadi mengidentifikasi seperti apa langkahnya, jika di Fikes itu mencetak tenaga kesehatan dan kurikulum persoalan ini sudah diintegratifkan,” katanya.
Selain itu, Ketua Center of Excellence Universitas Brawijaya dalam Integrasi Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi Learning Package Into Pre-Service Curriculum Dr Nia Novita Wirawan menjelaskan corak nyata penerapan keterlibatan aktif penanganan stunting dan wasting, salah satunya melalui program pengabdian ke masyarakat.
“Kami bekerja sama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) melatih guru-guru PAUD agar mengetahui gimana langkah mengukur status gizi anak didiknya,” ucapnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengedukasi seputar langkah pemantauan terhadap kartu pertumbuhan anak. Sehingga ketika ditemukan adanya tanda-tanda mengalami stunting maupun wasting, maka penanganan sedini mungkin bisa dilakukan.
“Semua komponen, artinya untuk penemuan awal tidak bisa diserahkan hanya kepada kader di posyandu alias di kesehatan. Tetapi juga kami kudu membujuk lintas sektor dengan pendidikan usia dini,” tutupnya.
10 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·