Apa Kabar Mars dan Venus? - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Oleh: Budi Winarto*

KHITTAH. CO – Saat scrool HP di Instagram, tiba-tiba pandangan terhenti ketika memandang tayangan gimana respon saat istri berjumpa suaminya, pun sebaliknya saat suami berjumpa istri di luar area keluarga. Ada sesuatu yangg menggelitik dalam akal untuk membenarkannya.

Saat istri tak sengaja memandang pasangannya, apakah itu di tempat umum alias tempat kerja dan alias tempat yangg dianggap ‘privasi,’ dia langsung illfill. Ekspresinya terlihat sedih cemas dan resah. Sehingga kode-kode wajah dan gestur tubuh seakan mengisyaratkan suaminya untuk diam, jangan bergerak, dan berdiri di tempat. Agar tidak diketahui orang banyak.

Suasana ini jauh berbeda saat suami berjumpa istrinya. Raut terpancar gembira, sumringah, seolah lepas beban dan menjadi kebanggaan. Ada kagum, tersenyum, berjoget, apalagi sembari menggendong anaknya yangg tetap bayi, mereka tertawa lepas dan bahagia.

Meskipun peristiwa semacam ini bukanlah sebuah pembenaran, namun sebagian dari peristiwa itu memang ada benarnya.

Apalagi saat menyimak buku, Men are from Mars and Women are from Venus karya John Grey. PH.D, ada hubungan dengan kejadian itu. Judul kitab yangg sengaja memantik rasa penasaran. Dengan hiperbolanya, pengarang kitab seakan mendalami sungguh beda karakter laki-laki dan perempuan. Sampai-sampai dia mengistilahkan laki-laki dari planet Mars dan wanita itu dari Venus.

Sekarang coba kita dalami dari sisi emosionalnya. Dari urutan tata surya yangg terdekat dengan Matahari, planet Venus terdekat. Planet Venus secara urutan nomor dua setelah Merkurius. Planet ini disebut juga sebagai “Bintang Senja”, dan mempunyai atmosfer yangg tebal, sehingga menjadikan planet ini terpanas. Sedangkan Mars dikenal dengan ‘Planet Merah’ lantaran warna permukaannya yangg tertutup debu.

Venus secara urutan lebih dekat dengan mentari andaikan di banding Mars. Bila Venus diibaratkan perempuan, maka dia mempunyai sifat sensitif, ego tinggi dan mudah terbakar lantaran secara jarak dekat dengan matahari. Apalagi ber-atmosfer tebal, menggambarkan karakternya mudah meledak lantaran panasnya. Berbeda dengan Mars, “Planet Merah” ini berjarak cukup jauh dengan mentari lantaran ada Merkurius, Venus, Bumi dan baru Mars. Ini menggambarkan sifat laki-laki lebih dingin, tetapi ada saatnya menjadi keras kepala. Debu, itu istilah sesuatu yangg bisa menghalangi mata batinnya lantaran dominannya logika. Sehingga bisa sensitif pada saat nilai dirinya terganggu. Dan andaikan bertubi, tidak bisa diterima logikanya, endingnya pasrah lantaran putus asa.

Dalam bukunya, John Grey mencoba mengaitkan perbedaan karakter laki-laki dan wanita itu dalam kehidupannya sendiri. Dan sebagian lainnya dilakukan dengan kunjungan ke beberapa tempat untuk dijadikan objek penelitian. Lalu menemukan konsep utama bahwa “perempuan itu mau dimengerti dan laki-laki mau dihargai”.

Secara konvergensi, suami istri itu adalah pasangan yangg diciptakan secara alami dan empiris. Istri berasal dari tulang rusuk laki yangg bengkok. Maka wanita condong mempunyai kebutuhan untuk dimengerti dan dipahami. Mereka mau dipahami dan didengar secara emosional. Sedangkan laki-laki condong mempunyai kebutuhan untuk dihargai dan diakui atas apa yangg mereka lakukan. Mereka mau merasa dibutuhkan dan dihormati.

Saat keduanya ada masalah, perbedaan mencolok pun terlihat dari gimana keduanya menyelesaikan. Pria condong mencari solusi, sedangkan wanita mencari empati. Solusi berfaedah rasio yangg bekerja, sedangkan empati itu lebih pada rasa. Maka jangan heran ketika pendekatan penyelesaian berbeda, namun masing-masing kekeh dengan pendiriannya, maka di situlah letak awal mulainya masalah.

Perempuan itu mau didengar keluh kesahnya dengan bercerita, tujuannya mendapatkan empati. Oleh lantaran saat wanita ada masalah, dia lebih condong menceritakan dan mau didampingi. Sedangkan laki-laki ketika ada masalah alias mau menyelesaikan masalah, condong menyendiri. Diibaratkan masuk goa. Dan, dari style ekspresi laki-laki condong ke aksi, sedangkan wanita condong ke komunikasi. Kontradiktif inilah jika tidak dibangun kesadaran berbareng bakal menimbulkan cekcok.

Dalam pengetahuan ilmu jiwa sosial, empati dan pemahaman interpersonal menyatakan bahwa memahami seseorang itu butuh sesuatu secara menyeluruh agar mencapai makna “dimengerti”, dimengerti lebih komplek, maknanya mendalam dari pada sekadar memberikan “penghormatan”. Dimengerti berarti gimana seseorang melakukan pemahaman menyeluruh atas unsur yangg dimengertinya. Dan kudu melibatkan  pemahaman, tidak hanya aspek eksternal seperti apa yangg dilihat, didengar, dan dilakukan, melainkan butuh aspek internal ialah apa yangg dirasa. Jadi lebih komplek. Utamanya aspek emosi dan perasaan.

Aspek ini tentu memerlukan empati dan keahlian lebih agar bisa menempatkan diri kepada pasangannya. Jadi kenapa seorang laki-laki kudu mempunyai effort lebih jika mau mengerti pasangannya, lantaran rasa yangg bakal dituangkan kudu bisa dipastikan sampai pada apa yangg dimaksud. Jika tidak, hasilnya bakal menambah pasangan emosi, marah dan terbakar.

Sedangkan tugas istri adalah menghormati suami. Tugas ini sebenarnya lebih mudah lantaran Cuma butuh pengakuan dan ekspresi apa yangg dilihat dan didengar.Contoh, dengan mengatakan “Ayah hebat,” “Terimakasih ya.” Ucapan itu tidak melibatkan perasaan, tetapi efeknya domino pada emosi suami. Ia bakal terkenang lantaran ada corak penghormatan. Meskipun apa yangg dilakukannya mini dan sederhana, misalkan.

Tetapi sayang, tidak semua istri bisa mengucapkan itu. Hal ini disebabkan sebagian wanita mempunyai standar tinggi atas hubungan dengan suaminya. Ia merasa bahwa suami semestinya melakukan yangg terbaik. Sehingga sering kali perihal mini dan sederhana,yang dilakukan suaminya dianggap biasa, dan tidak perlu diberikan penghormatan.

Padahal dalam teori kebutuhan manusia, Abraham Maslow mengatakan bahwa, penghargaan dan pengakuan dari orang lain dapat memenuhi kebutuhan bakal nilai diri. Pengakuan orang lain itu merupakan kebutuhan dasar manusia. Atau pada teori lain, teori pertukaran sosial misalkan,juga mengatakan bahwa penghargaan dan pengakuan dari pasangan dapat dianggap “hadiah” alias “imbalan” dalam hubungan sehingga dapat memperkuat ikatan emosional dan peningkatan kepuasan dalam hubungan.

Menghormati suami dan memahami sang istri adalah kunci untuk mencapai ketenangan (sakinah) dan harmoni rumah tangga. Meskipun sulit, namun dengan kesabaran, pengertian dan upaya bersama, kita bisa membangun kebahagiaan bersama. Ketika kita bisa, maka cinta kasih (mawadah) serta keberkahan dan kasih sayang (warahmah) bakal bisa dirasakan. Ketiganya adalah konsep krusial dalam Islam, terutama dalam konteks hubungan family dan spiritual.

*Penulis kelahiran Kabupaten Malang yangg berdomisili di Kabupaten Mojokerto. Mottonya, “Berbagi Manfaat Positif (BMP).”

-->
Sumber khittah.co
khittah.co