
Sc: Scout.ID
Oleh: Mumtaza Tsaniya Salsabila*
Pernahkah Anda menjumpai orang yangg tidak pernah menolak permintaan orang lain? Atau jangan-jangan itu dirimu sendiri? Pernahkah Anda “terpaksa” melakukan suatu perihal yangg sebenarnya tidak Anda inginkan namun tetap Anda lakukan lantaran tidak mau mengecewakan orang lain? Mungkin Anda adalah bagian dari orang-orang people pleaser.
People pleaser adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan kemauan orang lain dan susah mengatakan yangg diinginkan hingga melupakan kemauan diri sendiri. Orang dengan people pleaser tidak mau mengecewakan orang lain, tidak mau dijauhi orang lain, terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya, dan merasa semua perihal adalah tanggung jawabnya sehingga kudu dilakukan.
Menurut hasil survei yangg dilakukan oleh Katarina Tahun 2021, sebanyak 77,5% responden merasa membikin satu kesalahan bakal membikin dirinya dibenci orang lain, 48% susah menolak permintaan orang lain apalagi saat agenda mereka sudah penuh alias kondisi mereka tidak memungkinkan. Survei tersebut memperlihatkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yangg melakukan sesuatu bukan harena keinginannya sendiri namun lantaran tidak mau dibenci ataupun dijauhi orang lain. Hal tersebut masuk dalam ciri-ciri people pleaser.
Mengapa orang yangg mempunyai kecenderungan people pleaser tetap banyak di Indonesia? Tentu ada banyak aspek yangg melatarbelakanginya. Menurut hasil riset yangg dilakukan oleh Parapuan Tahun 2021, terdapat lima penyebab alias aspek utama yangg mendorong seseorang menjadi people pleaser, ialah untuk menghindari konflik, rasa takut menyakiti emosi orang lain, sudah menjadi kebiasaan, merasa kesulitan untuk menolak, serta merasa mau berkontribusi di kehidupan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa rasa bersalah pada orang lain sehingga cemas bakal dijauhi menjadi penyebab utama kenapa seseorang menjadi people pleaser. Menjadi people pleaser tentu berakibat pada diri sendiri antara lain merasa susah mengetahui apa yangg sebenarnya diinginkan, susah menolak permintaan orang lain, kurangnya sikap pengambilan keputusan dan terlalu tergantung pada pendapat orang lain, serta sering menahan diri yangg menyebabkan tertekan apalagi stres.
Ada beberapa langkah agar terhindar dari sifat people pleaser. Pertama, kenali dirimu lebih dalam. Seorang people pleaser seringkali melupakan apa yangg diinginkan. Jika kebiasaan ini terlalu sering dilakukan, maka bakal menganggu proses mengenali diri sendiri. Mari cari tahu lebih banyak tentang dirimu. Cobalah untuk sering-sering bertanya pada dirimu, seperti: Bagaimana perasaanku saat ini? Apa yangg bakal kulakukan hari ini? Apa yangg saya sukai? Apa yangg tidak saya sukai? Jika perlu, tuliskan apa-apa saja yangg Anda sukai dan apa-apa saja yangg tidak Anda sukai.
Baca Juga: Memilih Prioritas
Kedua, memprioritaskan kebahagiaan sendiri. Tak masalah membahagiakan orang lain, namun jangan bertanggung jawab atas kebahagiaan semua orang. Tanamkan emosi bahwa dirimu berharga, layak dicintai, dan kudu bahagia. Jika self love sudah meningkat, maka seperti dalam penelitian yangg dilakukan Henschke dan Sedlemeier tahun 2021, seseorang bakal berupaya untuk memahami dan menghadapi dirinya sendiri, menerima kekuatan dan kekurangan diri, serta mau untuk merawat dirinya sendiri dan membentuk hubungan yangg sehat secara sadar dan aktif.
Ketiga, latihan untuk komunikasi asertif. Sulit menolak lantaran tidak lezat adalah masalah terbesar bagi seorang people pleaser. Oleh lantaran itu, cobalah latihan komunikasi asertif. Komunikasi asertif adalah keahlian komunikasi untuk mengutarakan apa yangg dirasakan dengan langkah yangg baik tanpa melanggar hak-hak orang lain. Caranya adalah berani untuk mengatakan apa yangg Anda rasakan dengan langkah yangg baik. Jika Anda tidak nyaman dengan sesuatu, cobalah untuk mengatakannya. Cobalah gunakan kata “maaf, tolong, dan terima kasih” disertai dengan argumen yangg logis.
Keempat, jadilah calon orang tua yangg demokratis dan mau menerima pendapat anak. Faktor pola asuh dan lingkungan sekitar juga bisa membikin seseorang menjadi people pleaser. Mengapa? Karena sejak dulu hingga sekarang, kita menganggap bahwa anak yangg selalu mengiyakan permintaan orang tua, tidak pernah menolak adalah “anak baik” dan “anak baik” bakal mendapat cinta dari orang tua. Sedangkan anak-anak yangg mengutarakan pendapatnya, sering menolak permintaan orang tua dianggap sebagai “anak nakal”.
Mindset seperti ini yangg bakal terekam di memori anak sehingga seorang anak bakal mengambil konklusi bahwa anak yangg alim dengan kemauan orang tuanya adalah “anak baik” menjadi “anak baik” adalah langkah paling sukses untuk mendapatkan cinta orang tuanya sehingga seorang anak lupa apa yangg sebenarnya dia inginkan. Harus kita sadari betul bahwa orang yangg bisa mengubah sikap people pleaser-mu adalah dirimu sendiri, oleh lantaran itu jangan sampai dirimu terlukai lantaran dirimu sendiri ya. Semoga bermanfaat!
*Ang. Dept. Organisasi dan Kerjasama PDNA Kota Yogyakarta dan Staff BDM UAD
English (US) ·
Indonesian (ID) ·