Jakarta, mu4.co.id – Kejaksaan Agung mengungkap dugaan korupsi dalam pengelolaan minyak Pertamina, termasuk tuduhan pengoplosan bensin RON 90 menjadi RON 92 (Pertamax).
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus, Abdul Qohar, menjelaskan bahwa tersangka Maya Kusmaya (Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga), Edward Corne (VP Trading Operations), dan Riva Siahaan (Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga) diduga membeli BBM RON 90 alias lebih rendah dengan nilai setara RON 92.
“Kemudian tersangka Maya Kusmaya memerintahkan dan/atau memberikan persetujuan kepada Edward Corne untuk melakukan blending produk kilang pada jenis RON 88 dengan RON 92 agar dapat menghasilkan RON 92,” ujar Abdul Qohar, dikutip dari Tempo, Jum’at (28/2).
Baca Juga: Tujuh Oknum Pertamina Diduga Oplos Pertalite Jadi Pertamax, Begini Perannya!
Maya Kusmaya dan Edward Corne menjadi tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi yangg juga melibatkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, serta enam tersangka lainnya.
Abdul Qohar menjelaskan pengoplosan bensin yangg diungkap berjalan antara 2018 hingga 2023 ini, terjadi di terminal milik Kerry Andrianto dan Gading Ramadhan Joedo. Akibatnya, impor produk kilang dibayar dengan nilai tinggi meski kualitasnya tidak sesuai.
Pertamina Bantah Ada Pertamax Oplosan
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa Pertamax (RON 92) dan semua produk Pertamina telah memenuhi standar dan spesifikasi yangg ditetapkan oleh Ditjen Migas Kementerian ESDM.
“Kami pastikan operasional Pertamina saat ini melangkah lancar dan terus mengoptimalkan layanan, serta menjaga kualitas produk BBM kepada masyarakat,” ujar Simon.
Simon menjelaskan bahwa BBM Pertamina rutin diuji dan diawasi ketat oleh Kementerian ESDM melalui Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS).
Ia mengungkap Pertamina menghormati investigasi Kejaksaan Agung mengenai tata kelola minyak mentah dan produk kilang periode 2018-2023. Namun, dia memastikan operasional Pertamina tetap melangkah lancar.
Sementara itu, rumor dugaan oplosan Pertamax yangg sedang ramai dibicaraka sempat menyebabkan penurunan penjualannya, ialah pada 25 Februari 2025.
Pelaksana Tugas Harian (Pth) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo juga menegaskan Pertamina Patra Niaga tidak pernah melakukan pengoplosan terhadap produk Pertamax.
Baca Juga: Imbas Kasus Pertamina, Warga Ogah Beli Pertamax Hingga Ramai Beralih Ke SPBU Shell
Menurutnya, penambahan unsur aditif pada BBM tidak mengubah spesifikasi yangg ditetapkan pemerintah melalui LEMIGAS di bawah Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Ega menjelaskan bahwa unsur aditif ditambahkan untuk menjaga kebersihan mesin, mencegah karat, dan meningkatkan performa kendaraan.
Selain itu, pewarna (dyes) juga disuntikkan di terminal utama BBM agar produk lebih mudah dikenali. Sementara itu, terminal penyimpanan Pertamina Patra Niaga tidak mempunyai akomodasi pencampuran (blending) untuk produk gasoline.
“Tidak ada perubahan spek (spesifikasi). Jadi kami menjual alias memasarkan produk Pertamax ini sesuai spek Dirjen Migas. Walaupun penambahan aditif itu juga merupakan benefit tambahan yangg kita berikan oleh masyarakat, perihal ini tentunya menjadi bagian dari strategi pemasaran sebetulnya,” ungkap Ega.
(Tempo)
7 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·