Nganjuk, KLIKMU.CO – Mengapa Muhammadiyah tetap kokoh dan besar hingga kini? Karena Muhammadiyah punya rumus sederhana, ialah dalam memilih pemimpin berjuntai pada sistem, bukan pada “sinten” dan “pinten” alias pada siapa dan berani berapa.
Demikian disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam pengajian Ahad Pagi Fajar Mubarok nan diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Nganjuk, Ahad (12/3).
Pengajian bertema “Membumikan Nilai-Nilai Risalah Islam Berkemajuan” ini dihadiri seluruh family besar Muhammadiyah Kabupaten Nganjuk. Bertempat di laman SMA Muhammadiyah 1, Jl Panglima Soedirman No. 17, Nganjuk.
Kriteria pemimpin di Muhammadiyah, lanjut Abdul Mu’ti, tidak hanya ditentukan oleh kualitas, kapasitas, dan ketenaran serta tidak berjuntai tokoh. “Yang paling krusial di Muhammadiyah itu kudu suka dan rela. Di Muhammadiyah itu bisa dahsyat bukan lantaran jabatan,” tegasnya.
Di Muhammadiyah tidak ada diskriminasi, tak kenal darah putih alias darah biru. Siapa pun dapat terpilih jadi pimpinan. Asal punya kompetensi dan bersedia dicalonkan.
“Tidak ada ceritanya mahir waris Kiai Dahlan minta jatah ketua apalagi jatah royalti,” ungkapnya di hadapan jamaah nan memadati pengajian Ahad Pagi.
Menurut Mu’ti, Muhammadiyah juga sangat menghargai perempuan. Ada beberapa kebaikan upaya Muhammadiyah (AUM) nan dipimpin perempuan. Bahkan Aisyiyah satu-satunya ortom nan diberi kewenangan mendirikan AUM pendidikan dari PAUD hingga perguruan tinggi dan AUM lainnya.
“Hebatnya, ortom ini anggotanya bisa masuk ketua Muhammadiyah. Sebaliknya, personil Muhammadiyah tidak bisa jadi personil Aisyiyah,” selorohnya nan disambut tawa hadirin.
Pria asal Kudus, Jawa Tengah, ini melanjutkan, mengambil pengalaman nan lalu, penetapan nama personil Majelis dan Lembaga PP Muhammadiyah nan jumlahnya 1.300 orang kudu dikoordinasikan lebih dahalu.
“Maka, setelah aktivitas kajian ini, saya bakal memimpin rapat koordinasi untuk memastikan nama-nama tersebut ada dan bersedia. Jangan sampai ada kasus ada artis nan mencak-mencak dan mengatakan hoaks lantaran namanya tercantum dalam susunan pengurus nan dirilis, tapi belum sempat dikonfirmasi sang artis. Juga jangan sampai ada nama nan tertera di kepengurusan, tapi tak pernah nongol batang hidungnya,” katanya.
Kunci Sukses Islam Berkemajuan
Alumnus ahli UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini lantas memberi tips kunci sukses Islam berkemajuan. Pertama, berislam berjamaah.
Dengan prinsip kumpul itu bahagia. Berkumpul satu sama lain dengan desain. Berserikat antarmanusia dengan tolong-menolong dengan kesamaan visi dan misi dengan jaringan nan diikat dengan iman. Ikatan lantaran iktikad bakal menimbulkan ikatan iktikad dan ikatan hati. Hingga orang beragama itu inklusif.
“Islam itu lintas suku, daerah, hingga negara. Tidak boleh ada manusia merasa super, memperbudak manusia lain. Sebaliknya orang fasik itu berserikat tanpa ikatan, maka tolong-menolong mereka dalam keburukan,” ujarnya.
Kemudian, nan kudu dimiliki ketua di Muhammadiyah adalah kaya ide, bersemangat, tidak kudu konglomerat. Karena di Muhammadiyah konglomeratnya dapat dihitung dengan jari. Kekuatan Muhammadiyah pada kebersamaan
Kedua, kepercayaan (trust). Guru Besar Pendidikan Agama Islam ini melanjutkan, banyak orang alias lembaga mengamanahi Muhammadiyah untuk meneruskan support dan menerima waqaf. Karena mereka percaya Muhammadiyah bisa mengembangkannya.
Prof Mu’ti merujuk pada pendapat Muhammad Yunus (ekonom Islam). “Kalau membantu orang miskin aset bakal punya kekuatan, jika merata secara ekonomi bakal berdaya. Di dalam Islam sangat dianjurkan infak agar kedaulatan tidak dimiliki beberapa orang. Amanah itu artinya profesional. AUM maju cermin bahwa lembaga tersebut dikelola secara profesional,” ungkapnya.
Ketiga, senantiasa mematuhi regulasi. Menurutnya, seluruh AUM kudu dikelola sesuai regulasi. Keempat, tepat waktu. Rapat dan agenda apa pun kudu dimulai tepat waktu.
Kelima, sadar waktu. “Jangan merasa muda terus, waktunya turun kedudukan ya turun. Kemewahan bukan datang dari corak tapi dari hati,” ucapnya.
Keenam, gunakan pengetahuan dalam beragama. Seperti penetapan 1 Ramadhan sudah selesai bagi Muhammadiyah. Demikian pula dalam menerapkan kebijakan apa pun Muhammadiyah melandaskan Al-Quran, sunah, dan pendapat para pakar. (Panggih/M. Khoir/AS)