Terbaik: Kalender Hijriah Global Tunggal mengakomodir Wujudul Hilal dan Imkanu Rukyat - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Makassar – Seminar Nasional Sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) kerjasama Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (MTT PP) berbareng Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) memasuki sesi kedua, tadi malam (27/1), di Hotel Aryaduta, Makassar. Hadir sebagai narasumber, Prof. Dr. Tono Saksono, pendiri Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka (UHAMKA) Jakarta dan Prof. Agus Purwanto, DSc., pembimbing besar Institut Teknologi Surabaya (ITS). Prof. Tono menyampaikan materi tentang Argumentasi Syar’i dan Sains KHGT, Prog Agus menyampaikan materi tentang International Date Line (IDL) alias garis pemisah tanggal untuk KHGT.
Dalam paparannya, Prof. Tono yangg telah berumur sekitar 73 tahun dan itu menegaskan bahwa argumentasi syar’i KHGT sebenarnya sama dengan wujudul hilal, antara lain Al-Qur’an surah Yasin ayat 39-40. Hanya saja, dalam KHGT ada satu syarat dari tiga syarat wujudul bulansabit yangg tidak digunakan, ialah syarat ketinggian bulansabit di atas ufuk. Adapun syarat yangg lain, ialah telah terjadi ijtimak tetap digunakan. Dengan kata lain, KHGT adalah wujudul bulansabit yangg diperluas cakupannya.
Prof. Tono juga menjelaskan bahwa rukyat hanyalah salah satu metode untuk menentukan awal bulan, bukan satu-satunya. Sementara hisab merupakan metode yangg lebih jeli dari pada rukyat, lantaran dapat lebih memberikan kepastian. Pilihan pada wujudul bulansabit yangg kemudian diluaskan cakupannya menjadi KHGT adalah pilihan yangg paling tepat dibandingkan dengan kriteria lain dalam metode hisab, misalnya imkanu rukyat, lantaran bisa jadi di satu tempat belum terpenuhi imkanu rukyat, sementara di tempat lain sudah terpenuhi.
Sementara itu, Prof. Agus Purwanto, yangg berkawan dipanggil Gus Pur, menyatakan bahwa garis pemisah tanggal yangg digunakan dalam almanak masehi selama ini dapat diterapkan dalam almanak hijriah. Hal ini lantaran garis imajiner tersebut diletakkan di tengah samudra yangg tidak ada manusia di sana, di sekitar wilayah Samoa dan Kiribati, di Samudra Pasifik. Jika garis pemisah tanggal diletakkan di Mekah, yangg ada Ka’bah maka bakal terjadi kekacauan dalam ibadah, misalnya orang yangg di sebelah barat Ka’bah sudah masuk hari Jumat dan wajib salat Jumat, sementara yangg di sebelah timur Ka’bah tetap hari Kamis. Padahal, Ka’bah sebagai pusat ibadah umat Islam yangg semua orang salat menghadapnya dari arah manapun. Jika IDL di Mekah, bakal ada 2 kali salat Jumat, hari ini yangg di sebelah barat dan besok hari yangg di sebelah timur.
Tentang KHGT, Gus Pur juga menambahkan bahwa bukan hanya wujudul hilal, imkanu rukyat pun juga diakomodir dalam KHGT, ialah sebagai syarat imkanu rukyat 5°. Hanya saja, jika selama ini imkanu rukyat diterapkan secara lokal, sehingga berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Dalam KHGT, syarat imkanu rukyat 5° tersebut diberlakukan untuk seluruh dunia, jadi di bagian bumi manapun syarat imkanu rukyat 5° terpenuhi, maka sudah masuk bulan baru.
KHGT diharapkan menjadi solusi terbaik, lantaran mengakomodir wujudul bulansabit dan imkanu rukyat sekaligus.

-->
Sumber Tarjih.or.id
Tarjih.or.id