
Sc: Halodoc
Oleh: Admila Rosada*
Ayah Bunda, pernah menghadapi ananda tantrum? Apa yangg Ayah Bunda rasakan ketika menghadapinya? Mungkin, muncul rasa kandas menjadi orang tua, merasa salah asuh, alias ikut marah juga terhadap situasi yangg dihadapi hingga memarahi anak yangg sedang tantrum. Tantrumnya anak adalah kondisi yangg dihadapi oleh banyak orang tua. Catatan berikut ini bakal mengelaborasi perilaku tantrum tersebut.
Setiap anak itu unik, demikian juga setiap orang tua. Hal mendasar yangg perlu kita pahami terlebih dulu adalah bahwa perilaku anak itu dipengaruhi oleh emosinya, bukan pikiran alias logikanya. Dengan demikian, pada situasi tantrum, perihal yangg perlu diubah adalah kondisi emosinya, mengubah logika alias langkah berpikir anak condong tidak membuahkan hasil.
Tantrum adalah perihal umum dari perkembangan anak pada usia 2 sampai 4 tahun dengan lama antara 20 menit hingga 4 jam. Perilaku tantrum pada anak dapat berupa lari berkeliling sembari teriak, membenturkan kepala, memukul, meninju, menendang, menggigit, menangis, alias berguling-guling di lantai. Tantrum adalah langkah anak untuk menunjukkan rasa marah alias frustasinya.
Hal-hal yangg menyebabkan anak tantrum antara lain berada di lingkungan baru, tidak diperbolekan melakukan perihal yangg diinginkan, diminta melakukan perihal yangg dia tidak mau lakukan, terlalu kelelahan, lapar, mengantuk, alias tidak bisa menyelesaikan aktivitas alias tugas yangg dirasa sulit. Penyebab lainnya adalah anak tidak bisa menyampaikan maksud alias kemauan dalam kata-kata yangg tepat, mengalami perubahan aktivitas yangg berbeda dari biasanya, belajar dari pengalaman tantrum yangg justru mendapat umpan kembali positif dari orangtua, alias mencari perhatian orang tuanya.
Pendampingan Tantrum
Tantrum bukanlah perilaku yangg selalu jelek lantaran sebenarnya tantrum memberikan pengalaman kepada anak tentang langkah mengekspresikan emosi. Rebecca Fanes dalam The Newbie’s Guide to Positive Parenting menyebut bahwa perihal yangg dibutuhkan anak dalam situasi tantrum bukanlah hukuman, namun rasa aman, pelukan, dan rasa kasih sayang dari orang tua alias figur terdekatnya. Tujuan utama dari penanganan tantrum adalah memberikan pemahaman kepada anak tentang langkah mengekspresikan emosi yangg tepat. Seiring berjalannya waktu, setelah melalui beragam upaya, anak bakal mengerti dan bisa mengkomunikasikan kebutuhannya.
Berikut beberapa langkah sederhana dalam mendampingi anak yangg sedang tantrum. Pertama, bantu anak mengembangkan kontrol diri. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk menyampaikan keinginannya tanpa rewel alias merengek. Jika anak sukses melakukan, hendaknya orang tua segera memenuhi kemauan anak tersebut. Kalaupun ada jarak waktu antara permintaan anak dan pemenuhannya, orang tua dapat memberikan penjelasan secara detil dengan bahasa yangg dipahami anak.
Kedua perihal ini, menyampaikan kemauan tanpa merengek dan menunggu waktu pemenuhan keinginan, bakal membangun keahlian kontrol diri pada anak. Pada tahap perkembangan selanjutnya, dengan kontrol diri, anak bakal terbiasa membikin keputusan alias rencana yangg berangkat dari kekuatan internal yangg memampukannya mengatasi rasa malas dan penundaan pekerjaan.
Kedua, gunakan langkah yangg tepat untuk mengenalkan dan menguatkan perilaku positif. Kita sebagai orang tua dapat membiasakan dengan mengatakan kepada anak tentang apa yangg sebaiknya dilakukan daripada apa yangg tidak boleh dilakukan. Kita juga bisa menjelaskan argumen kenapa kita perlu melakukan perilaku tertentu. Tambahkan menyebut nama anak sehingga anak merasa mendapatkan perhatian secara khusus. Contoh perkataan yangg benar, “Dik Aisya, tolong mainannya dirapikan dan dimasukkan ke wadah, ya, agar rumah kita bersih dan rapi.” Sementara contoh yangg salah, “Aisya, Anda selalu tidak mau membereskan mainan, jadinya rumah berantakan!”
Baca Juga: Anak FoMO, Bagaimana Mengatasinya?
Ketiga, identifikasi dan pahami argumen di kembali anak tantrum. Kita sebagai orang tua dapat membantu anak untuk menyampaikan dan merefleksikan diri di kembali perilakunya yangg kurang adaptif. Latihan merefleksikan diri ini dapat dilakukan dengan metode menggambar sekaligus anak menamai emosinya. Orang tua dapat membujuk anak berbincang tentang akibat di setiap perilaku. Jika perihal ini dilakukan secara rutin, harapannya anak bakal terbiasa mengenal emosinya, bisa mengontrol diri, dan dapat mengekspresikan emosi dengan langkah yangg tepat.
Keempat, bangun budaya family yangg positif. Hal yangg sangat krusial dilakukan dalam upaya membentuk perilaku positif pada anak adalah membangun budaya keluarga. Hal ini dimulai dari teladan orang tua. Salah satu teladan yangg dapat dilakukan dan dipotret oleh anak adalah tentang gimana orang tua mengekspresikan emosi, termasuk gimana orang tua merespon emosi anak. Anak bakal memahami melalui apa yangg dilihat sehingga perihal ini dapat mempengaruhi langkah anak dalam mengekspresikan dirinya.
Tips dan Strategi
Berikut adalah 5 tips dan strategi untuk menjaga perilaku anak agar tidak tantrum. Pertama, berikan penghargaan saat anak menunjukkan perilaku positif. Kita perlu berfokus pada apa yangg anak sudah sukses lakukan daripada apa yangg anak belum alias tidak dilakukan. Penghargaan pada saat anak berperilaku positif dapat berupa pujian, tanda jari jempol, ciuman, alias pelukan.
Kedua, biasakan untuk memberikan pilihan pada anak sehingga anak merasa dilibatkan dan merasa memiliki power. Hal ini dapat mendukung anak untuk mempunyai rasa percaya diri. Tips berikutnya, alihkan perhatian anak pada aktivitas berbareng orang tua seperti mengaji, membaca buku, dan bermain bola bersama. Kegiatan berbareng family ini juga dapat meningkatkan ikatan dan kelekatan antar personil keluarga. Selain itu, aturlah lingkungan dengan menjauhkan anak dari sumber tantrum, misal jalan-jalan keluar rumah maupun bermain berbareng kawan di luar rumah.
Terakhir, beri waktu transisi sebelum anak beranjak pada aktivitas lain. Misal anak sedang bermain sebelum tidur, kita dapat memberi langkah waktu sekitar 5 sampai 10 menit agar anak bersiap secara mental untuk meninggalkan mainannya dan beranjak untuk tidur.
Setelah Anak Tantrum
Apa yangg sebaiknya orang tua lakukan setelah anak tantrum? Ketika anak sudah tenang, orang tua dapat memeluk anak dan memberikan apresiasi alias penguatan atas apa yangg sudah dilakukan sehingga anak bisa tenang. Secara fisik, perihal ini bisa dilakukan sembari mengusap wajah alias punggung anak. Lalu perlahan, ajak anak untuk merefleksikan emosinya, dimulai dari menamai emosi pada saat berada di situasi tantrum tadi.
Kemudian, orang tua dapat memberikan injakan tentang perihal yangg sebenarnya dapat anak lakukan jika kelak anak menghadapi situasi serupa. Orang tua dapat menyampaikan kepada anak bahwa perilaku yangg baik itu bakal lebih nyaman untuknya, misal menyampaikan kemauan dengan langkah bicara langsung itu lebih nyaman daripada dengan teriak alias menangis. Semoga Allah kuatkan kita untuk mendampingi sang buah hati menjadi insan mulia. [5/24]
*Psikolog
English (US) ·
Indonesian (ID) ·