TAKWA - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

TAKWA

Khutbah Idul Fitri 1444 H (21 April 2023)
Di Masjid Al-Irsyad, Karanganyar, Yogyakarta

الْحَمْدُ لِلّٰهِ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةٍ كَثِيْرَةٍ، وَفَضَّلَنَا بِفَضِيْلَةٍ عَظِيْمَةٍ، وَمَنَنَّا بِأَكْبَرِ مِنَّةٍ، وَهُوَ الَّذِي عَلَّمَنَا باِلْوَحْدَانِيَّةٍ، وَبَعَثَ الْأَنْبِيَاءَ بِالرِّسَالَةِ، وَاخْتَارَ مُحَمَّدًا لِّلْعَالَمِيْنَ رَحْمَةً، وَجَعَلَ لَنَا الْإِسْلَامَ شَرِيْعَةً، وَأَنْزَلَ القُرْآنَ لِلنَّاسِ هِدَايَةً

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الَّذِي لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ

الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَرَسُوْلِنَا الْمُصْطَفَى، خَاتِمِ الْمَبْعُوْثِيْنَ، الْمَشْهُوْرِ باِلْأَمِيْنَ، أَتْقَى الْمُتَّقِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [آل عمران: 102]، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah ﷻ atas segala nikmat yangg tidak terhitung jumlahnya. Kita bersaksi bahwa Allah ﷻ adalah tuhan kita dan Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan-Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan untuk junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi Agung Muhammad ﷺ. Kami juga berpesan kepada diri kami dan kepada seluruh jamaah shalat ‘Ied pada pagi hari ini, “Mari kita senantiasa menjaga ketakwaaan kepada Allah ﷻ, dengan selalu melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya”.

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Inti dari puasa Ramadan adalah gimana mengantarkan manusia pada ketakwaan kepada Allah ﷻ. Hal ini jelas termaktub dalam Al-Qur’an,

[البقرة: 183] {يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}

Wahai orang-orang yangg beriman, diwajibkan atas Anda berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum Anda agar Anda bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)

Imam Al-Qurtubi menafsirkan kata “لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ” dengan “لَعَلَّكُمْ أَنْ تَجْعَلُوا بِقَبُولِ مَا أَمَرَكُمُ اللَّهُ بِهِ وِقَايَةً بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ النَّارِ” (agar kalian menjadikan penerimaan/ penyelenggaraan apa yangg diperintahkan Allah ﷺ itu sebagai perlindungan/ penjagaan antara diri kalian dan api neraka).

Perintah berpuasa Ramadan ini kita terima setiap tahun sekali. Artinya, perintah agar kita menanamkan ketakwaan itu juga kita terima setiap tahun sejalan dengan perintah puasa tersebut.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Sesungguhnya, takwa itu sudah diperintahkan jauh sebelum umat Nabi Muhammad ﷺ. Allah ﷻ berfirman,

[النساء: 131] {…وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ…}

Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yangg diberi kitab sebelum Anda dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah. (Al-Nisa’ [4]: 131)

Takwa juga kudu disampaikan oleh khatib jum’at seminggu sekali. Bahkan, secara eksplisit, Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan Jundub bin Junadah yangg dikenal dengan julukan Abu Dzar Al-Ghifari untuk bertakwa kapan dan dimana saja berada. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi bahwa Beliau ﷺ bersabda,

«اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةِ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ»

Bertakwalah dimana saja kamu berada, dan ikutkanlah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu bakal menghapus keburukan tersebut, dan berakhlaklah kepada manusia dengan adab yangg baik”. HR Imam Tirmidzi.

Perintah ini disampaikan secara unik kepada Abu Dzar Al-Ghifari, namun faidahnya adalah untuk umat Islam semuanya secara umum. Kita semua wajib untuk menjaga ketakwaan kepada Allah ﷻ dimana dan kapan saja kita berada.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Ajakan takwa yangg berkali-kali menunjukkan bahwa “Takwa itu penting!”. Allah ﷻ menyatakan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 197 bahwa takwa itu sebaik-baik bekal, “وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى” (Berbekallah lantaran sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa). Orang yangg bertakwa juga dicintai Allah ﷻ sebagaimana dinyatakan dalam QS. Ali Imran [3]: 76, QS. Al-Taubah [9]: 4, dan QS. Al-Taubah [9]: 7, “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ” (sesungguhnya Allah ﷻ mencintai orang-orang yangg bertakwa). Pentingnya takwa juga dapat dilihat dari akibat positif yangg diakibatkan oleh ketakwaan seorang perseorangan alias masyarakat seperti di bawah ini:

  1. Takwa mengantarkan pada jalan keluar dari persoalan yangg dihadapi dan mendapatkan rezeki dari arah yangg tidak disangka. Allah ﷻ berfirman,

[الطلاق: 2، 3] {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}

Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia memberikan jalan keluar masalah untuknya, dan memberikan rezeki dari arah yangg tidak dia sangka. (Al-Thalaq [65]: 2-3)

  1. Takwa mengantarkan pada kemudahan dalam menghadapi persoalan. Allah ﷻ berfirman,

[الطلاق: 4] {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا}

Dan peralatan siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia bakal menjadikan untuknya kemudahan dalam perkaranya. (Al-Thalaq [65]: 4)

  1. Takwa mengarahkan pada pemaafan kesalahan-kesalahan dan pelipatgandaan pahala. Allah ﷻ berfirman,

[الطلاق: 5] {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}

Dan peralatan siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia bakal menghapuskan dosa-dosanya, apalagi melipatgandakan pahalanya. (Al-Thalaq [65]: 5)

  1. Takwa menghindarkan dari tipu daya

[آل عمران: 120] {وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا}

Dan jika kalian sabar dan takwa, maka tipu daya mereka tidak bakal memberi madlarat kepada kalian sedikit pun (Ali Imran [3]: 120)

  1. Takwa mengantarkan pada berkah dari langit dan bumi

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ} [الأعراف: 96]

Jikalau sekiranya masyarakat negeri-negeri beragama dan bertakwa, pastilah Kami bakal melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (Al-A’raf [7]: 96)

Di atas adalah sebagian akibat positif ketakwaan seseorang. Tentu, tetap banyak akibat positif lainnya, yangg tidak bisa kami sebutkan secara rinci dalam teks khutbah yangg ringkas ini.

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Kita tentu bertanya-tanya, “Apa itu takwa sehingga dapat memberikan dampak-dampak positif di atas?”

Raghib Al-Asfahani, pengarang Mufradat fi Alfadz Al-Quran, menyatakan bahwa asal kata takwa (تَقْوَى) adalah wiqāyah (وِقَايَةٌ) yangg berfaedah “حِفْظُ الشَّيْءِ مِمَّا يُؤْذِيْهِ وَيَضُرُّهُ” (menjaga sesuatu dari perihal yangg melukai dan membahayakannya). Maka, kata takwa secara bahasa bisa diartikan, “menjadikan diri berada dalam penjagaan alias wiqāyah (وِقَايَةٌ) dari hal-hal yangg dia takuti” (جَعْلُ النَّفْسِ فِي وِقَايَةٍ مِمَّا يَخَافُ). Secara syariat, Raghib beranggapan bahwa takwa adalah حِفْظُ النَّفْسِ عَمَّا يُؤْثِمُ، وَذَلِكَ بِتَرْكِ الْمَحْظُوْرِ، وَيَتِمُّ ذَلِكَ بِتَرْكِ بَعْضِ الْمُبَاحَاتِ (menjaga diri dari perihal yangg menyebabkan dosa dengan meninggalkan yangg dilarang, apalagi meninggalkan sebagian yangg mubah). Abu Hayyan, pengarang Al-Bahr Al-Muhīth fī Al-Tafsīr, memberikan arti yangg lebih masyhur di masyarakat kita bahwa takwa adalah, إِجْمَاعُ الْخَيْرِ مِنِ امْتِثَالِ الْأَوَامِرِ، وَاجْتِنَابِ النَّوَاهِي (kumpulan kebaikan berupa melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Artinya, semua kebaikan yangg diajarkan Islam yangg disebut Al-Birr  (البِرُّ) merupakan corak ketakwaan kepada Allah ﷻ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Hal terakhir yangg mau kami sampaikan dalam khutbah kali ini adalah “Bagaimana takwa itu bisa memberikan beragam akibat positif terhadap kehidupan manusia?”. Kami bakal memberikan contoh sederhana yangg tentu contoh ini dapat diamati lebih jauh untuk mengetahui detil prosesnya seandainya dibutuhkan.

Contoh Pertama, kemudahan dalam kesehatan.

Allah memerintahkan hamba-Nya untuk makan makanan yangg baik secara zatnya, waktunya, alias lainnya. Intinya adalah gimana makanan itu memberikan kebaikan alias faedah untuk tubuh. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]: 168, “يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا” (Wahai para manusia, makanlah dari apa-apa di bumi ini yangg legal lagi baik). Allah ﷻ juga melarang makan berlebihan, termasuk berlebihan asupan baik karbohidrat, lemak, alias pun protein. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-A’raf [7]: 31, “وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ” (Makan dan minumlah namun jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia tidak suka orang yangg berlebih-lebihan). Islam juga mengajarkan agar manusia mau menuntut pengetahuan termasuk mencari tahu gimana dan kapan makan itu baik untuk tubuh, dan seperti apa makanan yangg memberikan asupan sesuai kebutuhan tubuh, sehingga tubuh tidak terus menerus bekerja keras untuk menormalkan kelebihan asupan tersebut. Kewajiban menuntut pengetahuan ini diajarkan dalam HR. Ibn Majah No. 224 melalui jalur Anas ibn Malik bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ” (menuntut pengetahuan itu wajib untuk setiap muslim).

Bukankah kita bakal memeroleh kemudahan kesehatan dengan melaksanakan kebaikan yangg diperintahkan di atas? Inilah contoh takwa dan akibat positifnya.

Contoh kedua, kemudahan dalam finansial

  1. Al-Maidah [5]: 2 memerintahkan umat Islam untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, “وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى” (dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa). QS. Al-Furqan [25]: 67 mengajarkan agar umat Islam memperhatikan manajemen finansialnya “وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا” (dan orang yangg menginfakkan/ mentransaksikan (hartanya) tidak berlebihan dan tidak kikir, setara diantara perihal itu) (Lih. Tafsir Qurtubi). HR. Bukhari No. 2076 mengajarkan agar kita lapang/ mudah dalam bertransaksi harta, “رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى” (Allah ﷻ merahmati orang yangg lapang/ mudah andaikan dia menjual, membeli dan menagih hutang). Bagi orang yangg berkelebihan dapat menginvestasikan hartanya untuk memberi faedah kepada orang banyak, lantaran sebaik-baik orang adalah yangg paling bermanfaat, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam Al-Awsath Imam Tabrani No. 5787 “خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ” (Sebaik-baik manusia adalah yangg paling berfaedah untuk manusia lainnya). Riba ditinggalkan, jual beli digiatkan sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 275 “وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا” (Allah ﷻ menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba). Orang yangg berkelebihan juga senantiasa menyisihkan hartanya untuk orang-orang yangg berhak, sebagaimana diajarkan dalam QS. Al-Taubah [9]: 60 “إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ” (Sesungguhnya amal itu hanya untuk orang-orang fakir, miskin, amil, mualaf, (memerdekakan) budak, penghutang, fi sabilillah dan ibn sabil, sebagai tanggungjawab dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana). Zuhud alias kesederhanaan menjadi pilihan hidup yangg diusahakan, sebagaimana diajarkan dalam HR. Ibn Majah No. 4102 “ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ” (Zuhudlah di bumi niscaya Allah mencintaimu, zuhudlah terhadap hal-hal yangg diperebutkan manusia niscaya manusia mencintaimu). Dan kebaikan takwa lainnya yangg dapat mengantarkan pelakunya pada kemudahan finansial.

Masih banyak perintah kebaikan dalam Islam yangg memberikan beragam akibat positif dan tidak mungkin kami sebutkan dalam teks ringkas ini. Perintah kebaikan di atas paling tidak dapat menjadi gambaran gimana takwa mengantarkan manusia muslim kepada dampak-dampak positif. Perintah di atas memang menunjukkan pada sebuah kondisi ideal yangg cukup jauh dengan fakta-fakta di sekitar kita. Namun demikian, kondisi ideal itu kudu kita usahakan demi memperoleh kebaikan bumi dan akhirat.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh

Takwa tidak hanya menjadi tanggungjawab pribadi, namun juga merupakan tanggungjawab bersama. Jika sekelompok orang Islam menjaga ketakwaan namun golongan muslim lain sering melakukan zalim, maka kezaliman mereka bakal merusak keberkahan takwa. Allah ﷻ mengingatkan dalam QS. Al-Anfal [8]: 25 “وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً” (Peliharalah dirimu dari tuduhan (cobaan/ ujian) yangg tidak hanya menimpa orang-orang yangg kejam saja di antara kamu). Tidak boleh ada pembiaran terhadap kezaliman di sekitar kita. Setiap manusia di sekitar kita kudu diajak kepada kebaikan takwa dengan langkah yangg baik pula. Inilah perintah amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi parameter khairu ummah (umat terbaik) sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali Imran [3]: 110 “كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ” (Kamu adalah umat terbaik yangg dilahirkan untuk manusia (selama) Anda menyuruh (berbuat) yangg makruf, mencegah dari yangg mungkar, dan beragama kepada Allah). Perlu ditekankan, “Mengamalkan perintah ini juga termasuk takwa”.

Jamaah Kaum Muslimin rahimakumullāh ﷻ mari kita wujudkan kebaikan bumi dan kebaikan alambaka yangg kita elu-elukan dengan memahami, menanamkan dan mengamalkan“takwa” dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai akhir dari khutbah ini, kami membujuk semua jamaah untuk bermohon bersama-sama, dengan penuh tulus dan pengharapan, semoga Allah memasukkan kita menjadi hamba-hamba yangg bertakwa.

الْحَمْدُ لِلّٰهِ ربّ العالمين، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نبيِّنا محمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ يَا اللهُ إِنَّكَ أنت أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنِ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فيا قاضيَ الحاجات

اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا، اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى، اللّٰهُمَّ اهْدِنَا وَاهْدِ بِنَا وَجَعَلْنَا سَبَبًا لِمَنِ اهْتَدَى

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا، وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا، فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ، وافْتَحْ عَلَيْنَا بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، يَا الرَزَّاق يَا الفَتَّاحُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

-->
Sumber Tarjih.or.id
Tarjih.or.id