Rumah Sejarah Rengasdengklok: Saksi Bisu Awal Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Gambar: Kamar Tempat Istirahat Moh. Hatta, (Docs BPK IX -2023)

WARTAMU.ID, Sejarah – Rumah Sejarah Rengasdengklok, yang dikenal juga sebagai Rumah Djiaw Ki Song, merupakan salah satu situs penting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia. Rumah ini menjadi tempat di mana Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dijemput oleh para pemuda untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia, terlepas dari campur tangan Jepang. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, hanya sehari sebelum teks proklamasi dibacakan di Jakarta.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, situasi di Jakarta sedang tegang. Desas-desus tentang penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu mulai tersebar, dan para pejuang seperti Sutan Sjahrir serta pemuda-pemuda nasionalis seperti Wikana, Chairul Saleh, dan Sukarni, mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Namun, Soekarno menolak karena berita penyerahan kekuasaan tersebut belum jelas, dan beliau tidak ingin mendahului keputusan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Perbedaan pendapat inilah yang memicu “Peristiwa Rengasdengklok”. Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai lokasi untuk membawa Soekarno dan Hatta karena tempat tersebut terpencil dan mudah dipantau dari pergerakan Jepang. Selain itu, Rengasdengklok merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta dan memiliki Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok, sehingga keamanannya lebih terjamin.

Gambar: Rumah Sejarah Rengasdengklok Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Docs BPK IX – 2023)

Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta awalnya ditempatkan di markas PETA, namun kemudian dipindahkan ke rumah milik seorang saudagar lokal bernama Djiaw Ki Song. Rumah ini dipilih karena lokasinya yang strategis dan jauh dari jangkauan pengawasan Jepang. Di rumah inilah, naskah proklamasi pertama kali dirumuskan oleh Soekarno dan Hatta.

Setelah melalui diskusi yang intens, kesepakatan akhirnya tercapai. Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945. Keesokan harinya, pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Saat ini, Rumah Sejarah Rengasdengklok sudah tidak berada di lokasi aslinya. Awalnya, rumah ini terletak di pinggiran Sungai Citarum, namun karena abrasi, bangunan ini digeser sekitar 150 metre dari tempat asalnya. Meskipun sudah dipindahkan, rumah ini tetap mempertahankan bentuk dan desain bangunan lamanya, yang terdiri dari dua bagian: bangunan lama dan bangunan baru.

Bagian lama rumah ini, yang kini menjadi cagar budaya, masih mempertahankan struktur asli yang terbuat dari kayu dan bambu, dengan atap berbentuk pelana berlapis genteng. Bagian dalam rumah terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur yang dikenal sebagai Ruang Soekarno dan Ruang Hatta, serta teras yang luas. Ruang tamu saat ini digunakan sebagai tempat pameran foto keluarga Djiaw Ki Song dan tempat pendaftaran tamu yang berkunjung.

Meskipun sebagian dari furnitur asli rumah ini telah dipindahkan ke Museum Nasional dan Mandala Wangsit, Rumah Sejarah Rengasdengklok tetap menjadi salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Rumah ini tidak hanya menjadi saksi bisu perumusan awal naskah proklamasi, tetapi juga mengingatkan kita akan semangat juang para pemuda dan pejuang kemerdekaan yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, Rumah Sejarah Rengasdengklok kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang penting, di mana masyarakat dapat mempelajari lebih dalam tentang peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai salah satu cagar budaya, upaya pelestarian rumah ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan sejarah bangsa.

Dibaca: 2,203

-->
Sumber wartamu.id
wartamu.id