Ternate, Suara ‘Aisyiyah – Tingkatkan kesadaran masyarakat bakal pentingnya sains dan teknologi dalam upaya mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan, khususnya dalam menangani masalah sampah plastik yangg semakin memprihatinkan di Kota Ternate, Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara libatkan pemuda lintas ketaatan se-Kota Ternate susun rekomendasi untuk Pemerintah Kota Ternate, melalui Seminar dan Kampanye Aksi Lintas Iman Season II.
Acara yangg mengangkat tema “Peran Sains dan Teknologi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sampah Plastik” ini berjalan pada Kamis (11/7) dan dihadiri 42 orang. Peserta berasal dari beragam kalangan, termasuk akademisi, aktivis lingkungan, wanita lintas ketaatan serta perwakilan dari beragam organisasi lintas agama, yaitu:
Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM), Himpunan Mahasiswa Kristen Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (HMK UMMU), Pemuda GKPMI (Gereja Kalfari Pentakosta Misi di Indonesia) Imanuel Tabanga, Anak Muda Sadar Sampah (Ankam), Ternate Creative Space, Pemuda Kelurahan Kastela, IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia), Tapak Suci, dan DMC Dhuafa Center.
Usman Mansur, Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate mengawasi bahwa problem lingkungan di Kota Ternate, khususnya pengelolaan sampah, sampai saat ini hanya tetap dalam tahap pengangkutan, dan berhujung ke pembuangan akhir.
“Dengan kemajuan teknologi, sudah saatnya Kota Ternate bisa menyediakan pengolahan sampah yangg lebih modern kami berambisi bersama-sama pemuda dan pemuka kepercayaan dari lintas kepercayaan dan kepercayaan di Kota Ternate, dapat berbincang untuk merumuskan tindakan apa yangg bisa dilakukan bersama-sama, dan dapat ditindaklanjuti secepatnya,” ungkapnya.
Usman yangg juga aktif sebagai Ketua Bidang Lingkungan Hidup di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini menjelaskan bahwa aktivitas ini bermaksud untuk memupuk rasa toleransi dan mendukung tindakan lintas ketaatan di Internal dan Eksternal Organisasi masing-masing, dan membawa rumusan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Ternate dalam pengelolaan dan penanganan Sampah.
Baca Juga: Agensi Anak Muda Kelompok Rentan
“Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara berharap, melalui aktivitas seperti ini, dapat tercipta sinergi yangg lebih kuat antara masyarakat, akademisi, kalangan lintas agama, dan pemerintah dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup,” ungkap Usman. Ia berharap, agenda ini dapat memberikan akibat besar bagi kelestarian lingkungan di Kota Ternate.
Triningsih, Program and Finance Coordinator Eco Bhinneka Muhammadiyah, menyampaikan bahwa kerjasama lintas ketaatan sangat krusial dalam menghadapi tantangan lingkungan. “Kita kudu berdampingan tangan, melampaui perbedaan kepercayaan dan kepercayaan, untuk menjaga bumi kita. Karena itu merupakan suatu aktulisasi alias penerapan dalam beribadah,” ucapnya.
Lingkungan hidup, lanjut Triningsih, merupakan aspek utama dalam keberlangsungan hidup manusia, sehingga pengelolaan lingkungan yangg tepat bakal bisa memberikan faedah bagi hidup itu sendiri.
Muhammad Syarif Tjan, selaku Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate, memaparkan bahwa berasas Catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate tahun 2023, volume sampah di tahun 2023 mengalami peningkatan dari 180 ton per hari menjadi 200 ton per hari.
“DLH Kota Ternate saat ini hanya konsentrasi melakukan pengangkutan dan pemilahan sampah yangg hanya berputar pada trans depo dan berhujung pada tempat pembuangan akhir,” imbuh Syarif. Menurutnya, problem lingkungan di Kota Ternate sangat serius sehingga memerlukan keterlibatan seluruh stakeholder. “Baik pemuda dan pemuka lintas ketaatan perlu turut serta bersuara dan memberikan solusi dalam problem lingkungan di Kota Ternate,” katanya.
Syarif berambisi agar pertemuan ini tidak hanya sekedar pertemuan yangg surplus kata-kata, tapi kita kudu defisit eksekusi. “Karena 1 ons tindakan lebih berbobot dengan 1000 ton teori,” tegasnya. “Jadi tidak berakhir di sini, namun kita jadikan forum ini untuk kita melangkah melakukan industrialisasi sampah berbasis partisipatif melalui komunitas. Kita butuh bukan orang yangg pandai tapi kita butuh orang orang yangg sefrekuensi, konsisten, tidak gengsi, dan mau bergerak,” pungkasnya.
Ibnu Khaldun, Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara menyampaikan bahwa kehidupan kita berjuntai dengan kondisi lingkungan. “Setiap penduduk negara menikmati kewenangan dasar salah satunya adalah kewenangan mempunyai lingkungan hidup yangg sehat yangg patut dilindungi oleh penegakan norma dan ini menjadi tanggung jawab Pemerintah, masyarakat, dan kita semua,” ucapnya.
Lebih lanjut, Pendeta Donny Toisuta, tokoh kepercayaan Kristen, mengingatkan kepada peserta falsafah budaya Ternate ‘Ini Fomakati Nyiga’ yangg menekankan pentingnya menjaga hubungan harmoni antar sesama. “Mungkin kita berbeda secara agama, warna kulit alias yangg lain-lain yangg tetap banyak perbedaan kita, tetapi dalam ruang kebaikan dan kemanusiaan maka kita sama. Jadi urusan sampah, urusan krisis iklim, salah satu langkah untuk menyatukan kita, dan menjadi kekuatan,” kata Pdt. Donny.
Yakub Abbas, selaku Kasubdit Pemerintahan Bappelitbangda Kota Ternate mengatakan bahwa Kota Ternate mempunyai karakter yangg berbeda dan tantangan tersendiri dalam mengelola sampah. “Diumpamakan jika kita mau membikin jembatan, agar jembatan itu jadi, maka kita kudu membikin pekerjanya tahu membikin jembatan, demikian dengan program kita kudu berdayakan dulu manusianya,” ungkapnya.
Sementara itu, Suharto, seorang akademisi dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara menegaskan bahwa sampah merupakan hasil aktivitas manusia. “Bencana masa depan adalah antisipasi masa kini,
Secanggih apapun teknologi yangg digunakan, jika perilaku membuang sampah saja tidak bisa diubah, maka percuma saja. Mulai dari sekarang lakukan perihal yangg sederhana tetapi berakibat untuk kemaslahatan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ichlas Yudha Pramono Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Maluku Utara menceritakan bahwa sejak Muhammadiyah berdiri sampai detik ini Muhammadiyah tetap eksis, berdiri, dan bergerak untuk membangun kebersamaan dalam moderasi beragama.
“Dalam merawat kebersamaan dan keberagaman alias moderasi beragama, salah satunya dibuktikan dengan jumlah anak mahasiswa di perguruan Muhammadiyah lebih banyak berakidah Nasrani, yangg saat ini sering kita dengar dengan istilah Kristen Muhammadiyah, dan sekarang juga melalui aktivitas melestarikan lingkungan membujuk pemuda lintas ketaatan melalui program Eco Bhinneka Muhammadiyah,” terangnya. Ichlas berpesan agar untuk melakukan hal-hal besar, kudu dimulai dengan berfikir serta melakukan sesuatu perihal yangg dimulai dari diri sendiri, dan dikerjakan secara konsisten sejak hari ini dan hari-hari ke depannya.
Diskusi hangat yangg berjalan di seminar ini menghasilkan beberapa rekomendasi bagi Pemerintah Kota Ternate untuk perbaikan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sampah di Kota Ternate. Pertama, pemerintah perlu membikin kebijakan bagi pemilik gedung kos-kosan mengenai dengan perilaku membuang sampah, dikarenakan sampah kebanyakan juga berasal dari kosan. Selain itu menyedikan tempat pembuangan sementara di masing-masing kosan, kebijakan, dan patokan tertib waktu, serta agenda pembuangan dan pengangkutan sampah di Kota Ternate.
Kedua, Pemerintah Kota Ternate perlu melakukan pengelolaan sampah berbasis riset dan teknologi. Upaya ini sebaiknya bisa ditempuh dengan bekerja-sama berbareng institusi-institusi yangg berangkaian program pengelolaan sampah berbasis sains dan teknologi. Adapun pengelolaan sampah berbasis riset juga dapat meningkatkan nomor riset di Kota Ternate.
Pengelolaan Sampah berbasis teknologi misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, dengan tujuan untuk mengaktifkan dan meningkatkan pasokan listrik di Kota Ternate. Pemerintah yangg membikin kebijakan, kemudian untuk teknis pengelolaannya bisa bekerjasama dengan lembaga yangg menjadi penanggungjawabnya.
Ketiga, meningkatkan pemberdayaan kepada wanita melalui pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dari Kelurahan didukung dengan ketegasan kebijakan Pemerintah Kota Ternate dan Kelurahan. Mengingat sampah itu berasal dari arah dapur dan tidak terlepas dari peran perempuan. Pemerintah kudu kolaborasi, kerja sama dan berdayakan organisasi wanita secara imajinatif dan inovatif sehingga sampah yangg diolah dapat berbobot ekonomis. (-lsz)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·