
Yogyakarta – Dr. Maesyaroh, MA datang dalam sesi 3 Seminar Nasional Sosislisasi Kalender Hijriah Global Tunggal kerjasama Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Universitas Ahmad Dahlan (05/1). Tema yangg dibahas oleh Maesyaroh adalah pengantar Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Maesyaroh memaparkan macam-macam almanak hijriah yangg berkembang di kalangan umat Islam. Mulai dari almanak Ilyas, Nidlal Qassum, Hijriah Universal, ISESCO, Ummul Qura, dan Kalender Putusan Istanbul. Keberadaan almanak sangat krusial dalam kehidupan, antara lain: 1) sebagai pencatat dan fenomena. 2) standar waktu beragam transaksi. 3) rekonstruksi catatan seseorang. Sedangkan menurut Syamsul Anwar kegunaan almanak ada dua ialah aspek ibadah dan aspek muamalah. Oleh lantaran itu almanak kudu memberi kepastian waktu jauh ke depan. “Kalender Hijriah sebagai pengorganisasian waktu merupakan keniscayaan bagi umat Islam” ujar Maesaroh. Oleh karena itu perlu adanya satu almanak yangg dapat mengakomodir kepentingan umat Islam khususnya ibadah puasa Arofah. Solusinya adalah dengan penerapan KHGT yangg bertindak satu hari satu tanggal di seluruh dunia.
Pemateri kedua adalah Dr. Anisah Budiwati, S.H.I., M.S.I yangg membahas awal hari dan garis pemisah tanggal internasional. Untuk memahami KHGT, terlebih dulu memahami konsep awal hari dan garis pemisah tanggal internasional. Anisah dalam kesempatan ini menjelaskan tentang sistem koordinat bumi, area waktu, jam dan permulaan hari, serta IDL dan KHGT. IDL (International Date Line) merupakan sistem waktu yangg diterapkan sejalan dengan kesepakatan dunia. “Ada hubungan antara IDL dengan KHGT” kata Anisah. IDL digunakan sebagai penentu syarat terlihatnya bulan baru di suatu tempat di dunia. Karena IDL juga masuk dalam salah satu prinsip KHGT. Syarat KHGT pertama adalah terjadi ijtimak di suatu tempat di seluruh dunia. Syarat kedua bulan baru dimulai andaikan di bagian manapun di muka Bumi sebelum pukul 12.00 GMT telah memenuhi kriteria : elongasi minimal 8 derajat dan ketinggian bulan di atas ufuk pada saat mentari terbenam minimal 5 derajat. Pukul 12.00 GMT ini merupakan hasil dari IDL. Sehingga pemahaman tentang IDL menjadi krusial dalam perumusan almanak hijriah dunia tunggal.
Ada sebuah pertanyaan menarik yangg dilontarkan oleh Faizal, utusan PDM Tegal, tentang argumen kenapa Makkah tidak dijadikan sebagai pusat bumi menggantikan Greenwich. Keberadaan garis 0 derajat di Greenwich merupakan garis angan yangg bisa dipindah-pindah. Bisa juga dipindahkan di Makkah. Tetapi andaikan itu dilakukan bakal terjadi kekacauan di wilayah sekitar Makkah akibat pergantian hari. “Tetapi keberadaan makkah yangg berada di lintang 22 derajat saat ini patut untuk disyukuri” kata Anisah. Karena menjadikan kakbah sebagai tempat dilintasi mentari yangg memungkinkan untuk terjadinya mentari di atas Kakbah. peristiwa tersebut bisa dimanfaatkan untuk penentuan arah kiblat secara mudah. Najm.
1 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·