Oleh: Fatma Maulida Abiya
Memasuki awal bulan Januari tahun 2025, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi diluncurkan oleh Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN). Program MBG menyediakan makanan bergizi yangg disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi golongan sasaran yangg dituju.
Secara bertahap, program ini diawali dengan pembagian MBG yangg ditujukan untuk peserta didik di lingkungan sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga SMA termasuk santri di pesantren. Pada saat ini program MBG tersebut juga sudah ditujukan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak bawah lima tahun (balita). Hal ini patut diapresiasi, lantaran setelah dilakukan uji coba di beberapa wilayah, pada akhirnya program yangg sudah dinantikan oleh masyarakat ini dapat terlaksana.
Dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia melalui perbaikan gizi dan pencegahan stunting, serta memberikan akibat positif pada kesehatan bentuk dan pembentukan karakter generasi muda. Karena melalui program ini, ditanamkan pula pembiasaan PHBS terutama CTPS dengan air mengalir sebelum makan, serta penanaman nilai-nilai spiritual seperti membiasakan bermohon sebelum dan setelah makan.
Selain secara langsung memberikan makanan bergizi, jika dibersamai dengan pemberian edukasi, program ini juga dapat menjadi media promosi yangg dapat menambah pemahaman mengenai konsep gizi seimbang. Menu alias jenis makanan bergizi yangg diberikan dapat menjadi contoh penerapan gizi seimbang di rumah. Dengan demikian proses pemenuhan makanan bergizi tidak hanya berjalan di sekolah alias posyandu saja, melainkan dapat berjalan terus menerus. Sehingga pemilihan menu pada makanan yangg dibagikan pada program inipun kudu secara jeli merujuk pada pedoman gizi seimbang.
Program Makan Bergizi Gratis Sebagai Upaya Penurunan Angka Stunting
Permasalahan gizi tetap menjadi tantangan besar di negara berkembang. Sampai saat ini, stunting tetap menjadi persoalan serius yangg dihadapi Indonesia. Berdasarkan info dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, menunjukkan adanya penurunan nomor stunting menjadi 21,5%. Namun meskipun ada penurunan, nomor tersebut tetap jauh dari sasaran pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2024.
Menurut WHO, stunting merupakan sindroma kandas tumbuh pada anak (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan jangkitan berulang serta stimulasi psikososial yangg tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Tidak hanya membikin perawakan anak menjadi lebih pendek, stunting juga berpengaruh pada perkembangan kognitif, keahlian belajar, dan produktivitas jangka panjang. Padahal jika sudah terlanjur, stunting tidak dapat diobati. Namun kejadian stunting dapat dicegah dengan melakukan aksi promotif dan preventif di masyarakat.
Program penurunan nomor stunting sudah menjadi program prioritas nasional. Sasaran pencegahan stunting meliputi golongan sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berumur 0-59 bulan. Program Makan Bergizi Gratis ini mempunyai potensi untuk mendukung pencegahan stunting. Namun, efektivitasnya sangat berjuntai pada penyelenggaraan yangg tepat, pengawasan, dan pertimbangan yangg komprehensif.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun mempunyai potensi yangg besar, namun dalam prosesnya program Makan Bergizi Gratis ini tidak terlepas dari tantangan. Pelaksanaan program ini belum dapat terlaksana secara serentak di seluruh wilayah Indonesia dikarenakan beberapa kendala, seperti masalah jangkauan, keterbatasan prasarana serta keterbatasan dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang merupakan penyedia makanan.
Tentunya besar angan nantinya program ini bisa terlaksana secara merata, terutama pada wilayah dengan nomor kejadian stunting yangg tinggi, sehingga jika tepat sasaran, maka upaya untuk dapat mempercepat penurunan kejadian stunting bakal melangkah efektif.
Pada proses penyelenggaraan MBG dibutuhkan pengawasan yangg ketat dalam perihal pencegahan kontaminasi makanan. Selama dua pekan berjalan, setidaknya terdapat beberapa kasus temuan usai mengonsumsi menu MBG. Puluhan siswa di wilayah Sukoharjo dan Nunukan di laporkan mengalami mual, muntah maupun diare setelah menyantap menu yangg disediakan program MBG.
Baca Juga: Mahasiswa PBSI FKIP UHAMKA Desiminasikan Program KKN-DIK
Insiden tersebut diduga terjadi lantaran terdapat beberapa lauk yangg sudah lama sehingga tidak layak dikonsumsi. Jumlah produksi makanan yangg banyak tentunya memerlukan proses pengerjaan yangg lama dan dalam proses tersebut dibutuhkan pengelolaan yangg tepat. Jika proses pengemasan dilakukan secara kurang tepat, maka makanan bisa sigap lama sehingga tidak layak dikonsumsi, perihal tersebut yangg nantinya dapat berpotensi membikin masalah pada kesehatan.
Dari segi penyediaan menu makanan, menu yangg dipilih kudu sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing sasaran. Awalnya satu porsi MBG dianggarkan sebesar Rp 15.000,00, namun saat program ini berjalan, anggaran yangg dialokasikan berubah menjadi Rp 10.000,00. Dengan anggaran yangg terbatas ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam penyediaan menu makanan yangg sesuai dengan kebutuhan gizi golongan perseorangan yangg disasar. Terlebih jika nilai bahan pokok tiap wilayah berbeda. Karena merupakan program yangg berbasis anggaran, sehingga keberlangsungan program ini juga berjuntai pada alokasi biaya yangg disediakan oleh Pemerintah.
Langkah Optimalisasi
Sebagai corak optimasi program, dibutuhkan kerjasama banyak pihak yangg mana masing masing mempunyai peran untuk dapat saling mendukung dan memastikan program melangkah dengan efektif untuk mencapai tujuan. Pemerintah telah memberikan alokasi anggaran serta izin mengenai dengan program MBG.
Pada lingkup satuan pendidikan, Kemendikdasmen telah menyediakan info calon sasaran dan pedoman penyelenggaraan MBG di lingkup pendidikan. Dari sisi lembaga pendidikan, ialah sekolah, berkedudukan sebagai letak penyelenggaraan program serta memberikan edukasi kepada siswa mengenai pentingnya makanan gizi seimbang. Selain itu, tenaga kesehatan berkedudukan untuk menyiapkan pedoman standar gizi seimbang, pedoman keamanan pangan, menyiapkan materi edukasi gizi dan PHBS serta melakukan pengawasan keamanan pangan olahan dari program MBG.
Dari segi penyedia menu, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mempunyai peranan krusial dalam mendukung penyelenggaraan MBG lantaran SPPG bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program melangkah sesuai dengan standar gizi yangg ditetapkan dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sasaran sasaran. Keterlibatan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dalam program ini sebagai penyedia bahan pangan, produksi maupun pengedaran dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal, sehingga program ini juga dapat memutar roda perekonomian.
Untuk mendapatkan akibat yangg lebih maksimal lagi, selain memberikan makanan secara gratis, perlunya diiringi dengan pemberian edukasi kepada masyarakat untuk dapat mengartikan pentingnya pola makan gizi seimbang agar konsumsi makanan bergizi dapat berjalan terus menerus. Lebih dari itu, banyak pihak yangg dibutuhkan untuk menyukseskan program ini, dan semua pihak mempunyai peran yangg krusial serta bertanggung jawab untuk melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi.
Proses monitoring dan pertimbangan program MBG kudu dilakukan untuk menilai akibat dan efektivitas program. Makanan yangg diberikan kudu memenuhi pedoman gizi yangg semestinya serta dipastikan kondusif untuk dikonsumsi. Dalam pelaksanaannya, kudu dilakukan pertimbangan mengenai dengan jumlah makanan yangg terbuang, serta proses pengolahan sisa makanan yangg ada. Makanan yangg terbuang pun perlu di evaluasi, apakah ada hubungannya dengan menu yangg disajikan sehingga penyediaan menu yangg selanjutnya dapat lebih dimaksimalkan. Termasuk skrining alergi makanan juga kudu dilakukan agar dapat disesuaikan menu makanan yangg diberikan.
Pelaksanaan Program Makan Bergizi ini tetap terus berjalan. Tentunya apresiasi patut diberikan kepada pemerintah atas terlaksananya program yangg merupakan tindakan nyata dari peningkatan gizi masyarakat Indonesia dan upaya penurunan nomor stunting. Semua berambisi Program Makan Bergizi ini dapat memberi akibat positif bagi masyarakat. Besar angan mimpi Indonesia terbebas dari stunting dapat terwujud.
*Penulis adalah bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dan Majelis Kesehatan Wilayah ‘Aisyiyah Kalimantan Timur
English (US) ·
Indonesian (ID) ·