Surabaya, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya me-launching Baitul Maal Wat Tamwil Muhammadiyah Surabaya (BMT-MU) sekaligus peresmian Masjid Pusdam Surabaya KH M Anwar Zain di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Jalan Wuni Nomor 9 Surabaya, Rabu (10/7/24).
Hadir dalam peresmian tersebut Wakil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Syamsudin, Jajaran PDM Surabaya, Jajaran Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Surabaya, Ketua dan Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-kota Surabaya, Kepala Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) se-Kota Surabaya, Ketua Lembaga, Majelis, dan Biro PDM Surabaya.
Ketua PDM Surabaya, M Ridlwan menyatakan bahwasanya BMT-MU didirikan dalam rangka membantu penduduk Muhammadiyah Surabaya yangg kesulitan meminjam biaya di perbankan sehingga difasilitasi oleh PDM Surabaya.
“Insyaa Allah BMT-MU dari segi Margin tidak terlalu tinggi, berkisar 7-8%. Kita juga bakal mentasarufkan Baitul Maalnya, sehingga jika ada penduduk Muhammadiyah yangg betul-betul tidak mampu, tidak kita kenakan margin, namun kita tetap berambisi partisipasi infak ke Muhammadiyah,” ujarnya.
Jadi, lanjut Ridlwan, penggalangan biaya BMT-MU ini melalui penduduk Muhammadiyah penyalurannya juga untuk penduduk Muhammadiyah tahap pertama.
“Selanjutnya, jika memang sudah berkembang, sudah cukup mempunyai kekuatan secara finansial, maka juga untuk penduduk lain yangg tidak mampu, ataupun yangg punya upaya bisa ke BMT-MU,” tuturnya.
Bagi penduduk Muhammadiyah yangg kemungkinan kena jeratan pinjaman online (pinjol), sambung Ridlwan, disarankan untuk beranjak ke Baitul Maal Wat Tamwil Muhammadiyah Surabaya.
“Kalau pinjol memang sangat menjerat lantaran terlalu tinggi marginnya sehingga penduduk keberatan untuk bisa mengembalikan, nah di BMT-MU inilah masalah margin bisa kita diskusikan bersama, yangg krusial baik peminjam maupun BMT sama-sama diuntungkan dan tidak dirugikan,” tutupnya.
Sementara, Ketua Dewan Pelaksana BMT-MU, Zayyin Chudlori mengatakan, ada lima dasar yangg menjadi dasar pendapat pendirian BMT-MU ini.
Pertama, beberapa AUM, terutama sekolah, mau berkembang. Akan tetapi kesulitan pembiayaan dan tidak bisa mengakses perbankan.
Kedua, beberapa pembimbing dan tenaga kerja AUM perlu meningkatkan kesejahteraan family dan tidak bisa mengakses perbankan.
Ketiga, tetap banyak masyarakat duafa yangg belum bisa memenuhi kebutuhan dasar ekonominya, terlebih mereka terjerat pinjaman rentenir.
Keempat, biaya kebaikan upaya Muhammadiyah yangg tersimpan di bank, tetapi penyimpan tidak memperoleh benefit secara maksimal.
Kelima, besarnya margin untung dari biaya antara 5 sampai 7%.
Baca Juga: Bahaya Rupiah Melemah
Lebih lanjut, Zayyin menyampaikan sembilan prinsip mendasar BMT-MU. “Ada sembilan prinsip mendasar BMT-MU, ialah keikhlasan, keadilan, kebersamaan, kemandirian, kemudahan, keterbukaan, keberlanjutan, kedayagunaan, dan kehasilgunaan,” terang dia.
Menurut Zayyin, BMT-MU mempunyai tiga program pembiayaan. “Pembiayaan pertama, pembiayaan murabahah untuk pengadaan peralatan dan jasa kepada AUM, pimpinan, guru, tenaga kerja AUM, dan personil Muhammadiyah,” katanya.
Kedua, pembiayaan mudharabah untuk tambahan modal upaya produktif kepada AUM, pimpinan, guru, tenaga kerja AUM, dan personil Muhammadiyah.
Ketiga, pembiayaan qardhul hasan, pengadaan peralatan dan jasa, modal upaya produktif serta pengalihan pinjaman terjerat rentenir kepada masyarakat tidak mampu, terutama guru, karyawan, dan personil Muhammadiyah.
“Saat ini sudah ada 42 pihak/orang yangg sudah menanamkan saham. nan terbesar adalah RS PKU Muhammadiyah Kota Surabaya sebesar Rp 500.000.000, Majelis Dikdasmen sebesar Rp 400.000.000, Smamda Surabaya sebesar Rp 300.000.000, dan Mudipat Rp 300.000.000. Total semua sudah terkumpul sebesar Rp 2.049.000.000,” ungkapnya.
Dana yangg terkumpul, sambung Zayyin, bentuknya ada investasi saham, tabungan/deposito. “Peruntukan biaya tersebut, pertama, wadi’ah alias titipan, operasionalnya kita biayakan untuk kepentingan mudharabah ialah membantu lembaga-lembaga alias penduduk yangg punya upaya untuk permodalannya,” katanya.
Kedua murabahah, ialah mengadakan barang-barang alias jasa, kemudian dijual kepada para nasabah, tentunya dengan tambahan untung yangg bakal dimiliki bersama.
“Dana-dana yangg beredar di AUM-AUM yangg tidak terpakai bisa dititipkan ke BMT dan bisa diambil sewaktu-waktu, sesuai dengan kebutuhan,” tandasnya.
Di akhir aktivitas dilaksanakan Prosesi peresmian Masjid Pusdam Surabaya KH M Anwar Zain dilakukan pemotongan pita oleh Wakil PWM Jawa Timur, Syamsudin berbareng jejeran PDM Surabaya. (Yuda/sa)
English (US) ·
Indonesian (ID) ·