Majelis Tarjih Adakan Pengajian Bahas Pemikiran al-Ghazali dengan Pendekatan Irfani - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Kemarin (24/7) Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah baru saja mengadakan kajian yangg bertema “Pendekatan Irfani dalam Pemikiran al-Ghazali dan Keterkaitannya dengan Manhaj Tarjih Muhammadiyah”. Narasumber pada segmen kali ini adalah Sopa, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sebelum membahas lebih lanjut soal pendekatan irfani dalam pemikiran al-Ghazali, Sopa lebih dulu menjelaskan apa itu Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Sebagaimana yangg diketahui, Muhammadiyah dalam manhaj tarjihnya mengenal ada 3 pendekatan utama yangg digunakan secara bersamaan, ialah pendekatan bayani, burhani, dan irfani.

Pendekatan bayani dalam pemahaman Sopa adalah pendekatan berbasis teks keagamaan yangg diterima, seperti al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun pendekatan burhani adalah berasas logika alias pengetahuan pengetahuan. “Pendekatan irfani adalah pendekatan berasas kepekaan nurani. Dibanding pendekatan bayani dan burhani, pendekatan irfani  belum ada rumusan baku lantaran tetap dicari bentuknya.” lanjutnya.

Baca Juga: Larangan Menyampah Makanan dalam Islam

Menurut Sopa, pemikiran al-Ghazali dalam kitabnya yangg berjudul “al-Munqidz min al-Dhalal”  adalah hasil perjalanan spiritualnya yangg bermuara ke sufistik. “Akhirnya beliau menemukan ketenangan jiwa di pendekatan sufistik” ungkap Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sopa menjelaskan bahwa selama ini al-Ghazali telah menjelajah beragam ilmu, namun tidak ada yangg memuaskan dahaga dan ketenangan dirinya. Bahkan saat mempelajari pengetahuan kalam dan pengetahuan filsafat, al-Ghazali belum juga terpuaskan. Barulah saat menemukan tasawuf, dahaga dalam dirinya itu  akhirnya bisa terpuaskan. Setelah itu, barulah dia menuliskan kritik-kritiknya terhadap pengetahuan filsafat. Kitab itu kemudian diberi nama “Tahafuz al-Falasifah”

“Saat tabir-tabir itu terbuka, rasanya manis seperti gula” jelas Sopa. Menurutnya saat bisa memahami dan memaknai Allah dengan lebih baik lagi itu rasanya tidak bisa digambarkan lagi. Tidak bisa diceritakan juga seperti apa, yangg bisa hanya merasakannya saja.

Dalam keterangannya, Sopa sendiri mengaku bahwa membahas pemikiran al-Ghazali dan pendekatan irfani seperti ini memang cukup berat. Selain itu, hal-hal sufistik yangg demikian itu belum dekat dengan Muhammadiyah lantaran mengarah alias menjurus ke mistisisme.

Kajian selengkapnya bisa diakses di sini

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id