Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyebut, Muhammadiyah adalah pelopor aktivitas kewirausahaan sosial (social entreprise) di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Haedar Nashir dalam “Launching Buku dan Talkshow Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” yangg diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) pada Senin (13/1/25).
“Muhammadiyah sejak awal menunjukkan keterkaitan erat antara aktivitas dakwahnya dengan kawasan-kawasan wirausaha di Indonesia. Pertumbuhan Muhammmadiyah pada era KH Ahmad Dahlan tahun 1992, dengan berkembangnya ranting dan bagian di seluruh tanah air, itu rata-rata berkolerasi dengan kawasan-kawasan entrepreneur. Di Di Kotagede, Klaten, Solo, Surabaya, Banyuwangi, Semarang, Pekalongan, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Padang Panjang, Makassar, sampai kawasan-kawasan lain itu rata-rata area wirausaha,” katanya.
Haedar Nashir menjelaskan, semua Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bagian pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi dibangun dengan semangat kemandirian dan efesiensi.
“Maka jika lihat kebaikan upaya kita semua itu mandiri. Di nyaris semua kawasan, rata-rata kita mempunyai 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah, 124 rumah sakit, 363 klinik di seluruh Indonesia, lembaga-lembaga sosial itu juga dibangun atas kemandirian,” paparnya.
Baca Juga: Poligami dalam Perspektif Islam Berkemajuan
Kendati demikian, imbuhnya, Muhammadiyah selalu terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun, termasuk pemerintah. “Bahwa ada kerja sama dengan pemerintah untuk beberapa tempat dan lokasi, itu bagian dari semangat pemerintah memandang Muhammadiyah sebagai mitra kerja strategis untuk bangsa,” tegas Haedar.
Di samping itu, Haedar Nashir menegaskan bakal pentingnya peran generasi muda dalam memperkuat kewirausahaan di Muhammadiyah.
“Saya membujuk seluruh pihak untuk mendidik dan membekali anak-anak muda agar mempunyai jiwa wirausaha yangg handal dan berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Ketua Umum PP Muhammadiyah itu juga menekankan bahwa dalam bumi kewirausahaan, keseimbangan antara keberlanjutan duniawi dan kesejahteraan akhirat.
“Agama mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan di dunia, tetapi tidak melupakan kehidupan di akhirat. Berbuat oke di bumi sebagaimana Tuhan melakukan baik padamu, dan jangan sekali-kali merusak. Inilah prinsip yangg selama ini dipegang oleh Muhammadiyah dalam mengelola kebaikan usahanya,” pungkasnya.
English (US) ·
Indonesian (ID) ·