FOMO dan Dampaknya Terhadap Keuangan Generasi Muda - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 4 hari yang lalu

Oleh: Lu’lu’ Nafiati

Fear of Missing Out (FOMO) adalah kejadian psikologis yangg ditandai dengan kekhawatiran lantaran merasa tertinggal alias kehilangan kesempatan untuk berperan-serta dalam aktivitas yangg sedang tren saat ini. Dalam konteks keuangan, FOMO semakin terasa akibat pengaruh media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter secara tidak langsung mendorong pengguna untuk membandingkan style hidup mereka dengan orang lain. Sebuah studi oleh The Royal Society for Public Health menyebut bahwa media sosial dapat memperparah kekhawatiran sosial dan tekanan finansial akibat gambaran ideal yangg terus ditampilkan.

Media sosial sering menjadi katalisator kebiasaan konsumsi impulsif. Influencer dan content creator kerap memamerkan barang-barang mewah, wisata ke beragam destinasi, alias style hidup glamor, yangg pada akhirnya menciptakan ilusi bahwa standar tersebut kudu dicapai oleh semua orang. Survei yangg dilakukan oleh Charles Schwab menemukan bahwa 63% milenial merasa terdorong untuk membeli peralatan alias pengalaman yangg mereka lihat di media sosial. Hasilnya, banyak anak muda rela berutang untuk memenuhi tekanan sosial ini.

Dampak FOMO terhadap Keuangan

FOMO dapat membawa akibat negatif yangg signifikan terhadap keuangan. Pertama, pengeluaran berlebihan sering kali digunakan untuk membeli peralatan alias pengalaman yangg sebenarnya tidak diperlukan, sementara kebutuhan krusial diabaikan. Hal ini dapat memicu utang, terutama melalui penggunaan kartu kredit, akomodasi pay-later, atau apalagi pinjaman ke bank untuk membiayai style hidup yangg tidak sesuai kemampuan.

Kedua, FOMO sering mendorong keputusan investasi impulsif tanpa riset matang, yangg meningkatkan akibat kerugian. Misalnya, tergesa-gesa membeli saham, kripto, alias produk investasi lainnya lantaran cemas kehilangan kesempatan besar, padahal keputusan tersebut tidak didasarkan pada pertimbangan yangg matang. Risiko kerugian pun meningkat, yangg pada akhirnya memperburuk kondisi keuangan. Ketiga, ketidakstabilan finansial akibat FOMO juga berakibat pada kesehatan mental, menyebabkan stres, kecemasan, apalagi gangguan hubungan interpersonal.

Baca Juga: Antisipasi Perubahan Iklim, PCA Tempel Gelar Seminar Pendidikan Kesehatan Keluarga

Lebih lanjut, FOMO menyulitkan anak muda untuk menabung. Uang yangg semestinya disisihkan untuk tabungan alias investasi jangka panjang sering kali lenyap untuk memenuhi kemauan sesaat. Ketika tekanan sosial untuk terus mengikuti tren tidak dikelola dengan baik, akibat ketidakstabilan finansial menjadi semakin besar. Padahal, Islam mengajarkan pentingnya pengelolaan finansial yangg bijak.

Rasulullah SAW bersabda, “Lebih baik kita meninggalkan keturunanmu kekayaan daripada meninggalkan mereka miskin sembari memohon pertolongan orang lain” (HR. Imam Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa menyiapkan masa depan finansial yangg stabil lebih utama daripada mengikuti style hidup yangg serba instan namun berisiko tinggi.

Selain itu, Islam juga melarang pemborosan dalam mengelola harta. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yangg dalam perjalanan, dan janganlah Anda menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros” (QS. Al-Isra’ 26). Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara menggunakan kekayaan untuk kepentingan pribadi dan berbagi dengan orang lain tanpa bersikap boros.

Cara Mengelola FOMO di Era Digital

Mengelola tekanan untuk mengikuti tren di media sosial memerlukan langkah-langkah yangg bijak. Pertama, tetapkan prioritas finansial dengan konsentrasi pada kebutuhan jangka panjang, seperti menabung alias berinvestasi, daripada menghabiskan duit untuk pengeluaran impulsif. Kedua, kurangi waktu yangg dihabiskan di media sosial alias pilih untuk mengikuti akun yangg memberikan pengaruh positif dan inspiratif. Ketiga, tingkatkan literasi finansial dengan mempelajari langkah mengatur duit secara bijak dan mengenali pengeluaran yangg didorong oleh emosi.

Selain itu, krusial untuk mengubah pola pikir terhadap kesuksesan dan kebahagiaan. Gaya hidup mewah yangg sering dipamerkan di media sosial bukanlah ukuran keberhasilan. Sebaliknya, fokuslah pada pencapaian pribadi dan kebahagiaan yangg sesungguhnya. Dengan menanamkan pola pikir ini, kita dapat mengurangi tekanan sosial untuk mengikuti tren yangg tidak sesuai dengan kondisi kita.

FOMO adalah tantangan nyata bagi generasi muda di era digital. Media sosial memang membawa banyak manfaat, tetapi juga dapat menjadi jebakan jika tidak dikelola dengan bijak. Dengan menyusun prioritas keuangan, meningkatkan literasi finansial, dan menumbuhkan pola pikir yangg realistis, kita dapat membangun masa depan finansial yangg lebih sehat, tanpa kudu terjebak dalam ilusi kesempurnaan yangg sering ditampilkan di media sosial.

*Penulis adalah seorang Dosen Program Akuntansi UAD.

-->
Sumber suaraaisyiyah.id
suaraaisyiyah.id