Usai Damaikan Hamas-Israel, Trump Jadi Juru Damai Thailand-Kamboja. Ini Tujuannya! - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Kuala Lumpur, mu4.co.id – Usai sukses mendesak gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza serta datang dalam KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan menghadiri penandatanganan perjanjian perdamaian lainnya antara Thailand dan Kamboja, yangg bakal dilakukan pada Pertemuan KTT ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia.

“Presiden Trump menantikan untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian tenteram Thailand-Kamboja,” kata Mohamad Hasan selaku Menteri Luar Negeri Malaysia dilansir dari cnbcindonesia, Kamis (16/10).

Hasan memastikan Trump bakal berada di Malaysia pada 26 Oktober untuk menghadiri KTT ASEAN yangg dijadwalkan berjalan pada 26-28 Oktober mendatang.

Menurut Hasan, Malaysia dan AS bakal bertindak sebagai penyedia dalam kesepakatan gencatan senjata antara Bangkok dan Phnom Penh.

“Kami mau memandang kesepakatan yangg lebih komprehensif, termasuk penarikan seluruh mesin militer dan pembersihan ranjau darat di sepanjang perbatasan kedua negara,” ujarnya.

Dilansir dari wartaekonomi, Presiden Trump menyatakan bersedia datang di KTT ASEAN di Malaysia dengan syarat dia dapat memimpin penandatanganan perjanjian tenteram antara Thailand dan Kamboja, menurut situs buletin AS Politico.

Baca juga: Netanyahu Kecam Kedaulatan Palestina, Bertolak ke AS Temui Trump

Gedung Putih meminta secara unik agar penyelenggara KTT ASEAN mengecualikan pejabat Tiongkok dari aktivitas seremonial tersebut. Menjauhkan Tiongkok bakal membantu memastikan Trump tetap menjadi pusat perhatian, sekaligus mengecilkan upaya Beijing untuk menengahi antara Bangkok dan Phnom Penh.

Trump tidak merahasiakan kebenaran bahwa dirinya terobsesi memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian. Dalam beberapa bulan terakhir, dia telah mengeklaim berjasa mengakhiri hingga tujuh bentrok internasional, termasuk mendorong para pemimpin Thailand dan Kamboja untuk menyepakti gencatan senjata.

Diketahui, ketegangan antara Thailand dan Kamboja ini sempat meningkat pada Juli selama lima hari pertempuran sampai akhirnya sepakat untuk gencatan senjata. Sedikitnya 40 orang tewas dan sekitar 300.000 orang mengungsi akibat dari pertempuran tersebut.

Trump disebut memainkan peran krusial dalam kesepakatan gencatan senjata ini dengan menggelar komunikasi intensif kepada kedua pemimpin. Sejak kesepakatan itu berlaku, Bangkok dan Phnom Penh beberapa kali saling tuduh melanggar gencatan senjata. Namun, proses menuju perdamaian tetap melangkah dengan support dari negara-negara kawasan.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet apalagi menominasikan Trump untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, sebagai corak penghargaan atas diplomasi yangg dinilainya inovatif dan efektif dalam mengakhiri konflik.

Baca juga: Presiden Trump Puji Presiden Prabowo Saat KTT Perdamaian Gaza. Ini Katanya!

Sementara itu, Juru bicara pemerintah Thailand Siripong Angkasakulkiat mengatakan bahwa negaranya menyadari perhatian tinggi dari Presiden Trump terhadap bentrok tersebut.

“Namun sebelum kami menerima tawaran Amerika Serikat, Kamboja kudu memenuhi empat poin yangg sudah kami ajukan,” ujarnya.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengungkapkan bahwa dia menerima surat langsung dari Presiden Trump. Dalam surat itu, Trump menyatakan keinginannya agar kedua negara menyelesaikan ketegangan mereka secara damai.

Anutin menegaskan Thailand siap bermusyawarah dengan syarat Kamboja bersedia menarik senjata berat dari wilayah perbatasan, membersihkan ranjau, menindak tegas jaringan penipuan daring lintas negara, dan memindahkan penduduk yangg tinggal di perbatasan yangg diklaim Thailand sebagai wilayahnya.

Pihak Kamboja menolak sebagian syarat tersebut, dengan argumen bahwa penduduk yangg tinggal di desa-desa perbatasan tersebut telah menetap di sana selama beberapa dekade.

(CNBC Indonesia, kompas, warta ekonomi)

-->
Sumber mu4.co.id
mu4.co.id