The Apology: Bantahan Epic Socrates di Mahkamah Athena - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Buku The Apology Karya Plato

Buku The Apology karya Plato adalah sebuah catatan yangg menggambarkan pembelaan diri Socrates di hadapan pengadilan Athena pada tahun 399 SM, ketika Socrates diseret ke Mahkamah Athena lantaran beragam tuduhan tak masuk logika yangg sebenarnya berasal dari dendam pribadi para pembencinya.

Buku The Apology merupakan kitab pertama dari trilogi kematian Socrates karya Plato, yangg terdiri dari The Apology (menggambarkan suasana persidangan Socrates), Crito (menceritakan masa socrates di penjara) dan Phaedo (menceritakan hari terakhir dan detik-detik kematian socrates).

Socrates: Guru Sekaligus Musuh Banyak Orang di Yunani

Socrates merupakan filsuf era Yunani kuno yangg sangat terkenal apalagi hingga saat ini. Dia merupakan pembimbing bagi banyak penduduk Athena pada masanya. Socrates mengajarkan kebijaksanaan dengan langkah membujuk penduduk Athena bercakap-cakap, membujuk mereka mempertanyakan, memikirkan, menyampaikan pendapat serta mengkritik pemahaman-pemahaman yangg telah mereka anggap mapan.

Metode pengajaran makulat yangg demikian pada kemudian hari diberi nama metode sokratik (Socratic method) Aktifitas perbincangan tersebut dilakukan oleh Socrates di beragam tempat di Athena, seperti pasar, rumah, apalagi penjara.

Selain menjadi pembimbing bagi banyak orang pada masa itu, Socrates juga menjadi musuh bagi banyak orang Athena. Musuh-musuh tersebut merupakan orang yangg kesal, marah dan dendam kepada Socrates lantaran mereka merasa direndahkan olehnya. Dalam The Apology, Plato menceritakan bahwa Socrates suatu hari pernah menguji kebijaksanaan banyak orang yangg dianggap bijaksana, ialah banyak politisi, mahir retorika, penyair, dan pemahat patung.

Hasilnya dari penelusuran tersebut adalah socrates menemukan bahwa orang-orang tersebut sebenarnya tidaklah bijaksana. Socrates berbicara mengenai perihal tersebut: “Aku menemukan bahwa orang yangg dianggap mempunyai nama baik tetapi sebenarnya paling bodoh, dan bahwa orang lain yangg tidak dihormati rupanya lebih bijak dan baik”.

Dia juga berkata: “Ada banyak orang yangg berpikir mengetahui sesuatu, tertapi sebenarnya tahu sedikit sekali alias apalagi tidak tahu sama sekali”. Kelakuan dan perkataan Socrates tersebutlah yangg kemudian membuatnya mempunyai cukup banyak musuh yangg meletakkan dendam padanya.

Tuntutan terhadap Socrates

Dalam The Apology, Plato menceritakan bahwa musuh-musuh Socrates yangg meletakkan dendam terhadapnya kemudian menuntut Socrates ke pengadilan Athena dengan 2 tuduhan utama. Penuntut tersebut ialah Melitus, Anytus, dan Lycon. Tuntutan yangg diajukan terhadap Socrates adalah tuntutan balasan mati, lantaran mereka menuduh Socrates melakukan 2 kejahatan, yaitu: 1) Merusak moral dan pikiran pemuda Athena dan 2) Tidak percaya pada dewa-dewa Athena dan memperkenalkan dewa-dewa baru.

Bantahan Socrates terhadap Tuduhan Pertama 

Socrates membantah tuduhan pertama; bahwa dia dituduh merusak pikiran dan moral pemuda Athena, dengan tiga argumen. Argumen pertama, Socrates membongkar kecacatan logika argumen tersebut, bahwa sangat tidak masuk logika jika di seantero Athena hanya dia sendiri yangg dituduh merusak pikiran pemuda, sementara seluruh penduduk Athena lain memperbaiki pikiran pemuda.

Socrates menyampaikan: “Sungguh kebahagiaan bakal menyelimuti para pemuda Athena jika seluruh bumi menjadi orang yangg memberbaiki pikiran mereka, sementara mereka hanya mempunyai satu perusak saja (yaitu Socrates)”.

Argumen kedua, Socrates menyatakan bahwa tidak mungkin dia merusak generasi muda, sementara dia (Socrates) juga hidup berbareng pemuda-pemuda tersebut. Logikanya adalah bahwa Socrates juga pasti bakal dirugikan bakal perihal itu, lantaran pemuda-pemuda tersebut adalah kawan dan murid-muridnya.

Dia berkata: “Dan apakah saya sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa orang-orang yangg saya hidup bersamanya bakal sangat merugikan bagiku jika kurusak mereka, tetapi kemudian saya tetap merusak mereka dengan sengaja?.”

Argumen ketiga, Socrates menyatakan bahwa jika memang ada pemuda yangg telah dirusaknya, pasti mereka bakal datang beramai-ramai datang untuk  menuntut Socrates. Tetapi pada kenyataannya, tidak ada satu orang pemuda pun yangg menuntut Socrates.

Dia berargumen: “Jika saya merusak mereka (para pemuda), mestinya mereka menjadi penuntut untuk balas dendam pada hari ini.” “Tapi tidak ada satu pun yangg datang, yangg datang hanyalah Melitus, yangg apalagi tidak tahu apa yangg dia tuduhkan”.

Bantahan Socrates terhadap Tuduhan Kedua

Tuduhan kedua yangg dituduhkan kepada Socrates adalah bahwa dia tidak mempercayai dewa-dewa orang Athena dan mempercayai dan mempunyai dewa-dewa baru sendiri, salah satunya seperti daimonion (intuisi yangg berasal dari bunyi jiwa ilahi) yangg dia klaim membimbing tindakannya.

Socrates juga dituduh tidak mempercayai dewa matahari, lantaran menganggap mentari dan bulan hanyalah batu. Untuk membantah perihal tersebut, Socrates mengusulkan tiga argumen bantahan.

Argumen pertama, Socrates mengkritik tuntutan tersebut dengan menyatakan bahwa terdapat pertentangan yangg jelas dalam tuduhan tersebut. Kontradiksi tersebut adalah bahwa Socrates dinyatakan tidak percaya dewa (atheis), namun sekaligus mengenalkan dewa-dewa baru.

Artinya adalah bahwa sebenarnya Socrates bukan orang yangg atheis, lantaran dia mempercayai dewa-dewa. Socrates berargumen: “Aku tidak mengerti gimana kalian menuduhku tidak percaya kepada dewa-dewa, tapi saya memperkenalkan dewa-dewa lain, bukankah itu artinya saya percaya pada dewa-dewa, dan saya bukanlah seorang atheis”.

***

Argumen kedua, Socrates menjelaskan bahwwa Daimonion bukanlah dewa baru, melainkan justru bisikan (intuisi socrates) yangg dia yakini berasal dari dewa. Socrates mempercayai bahwa perihal tersebut berasal dari dewa, artinya dia berkarakter Ilahi, dan itu menunjukkan bahwa socrates tidak memperkenalkan dewa baru, melainkan dia hanya mendapat bisikan (intuisi) dari para dewa, dan sifatnya adalah Ilahi.

Socrates berargumen: “Apakah mungkin seseorang percaya pada hal-hal yangg berkarakter ilahi, tetapi tidak percaya bahwa hal-hal ilahi itu berasal dari para dewa?”

Argumen ketiga, Socrates menjawab tuduhan mengenai dia mengajarkan kepada orang-orang untuk tidak mempercayai bahwa mentari adalah dewa, bahwa mentari dan bulan adalah batu. Socrates membantah perihal tersebut dengan mengatakan bahwa dia bukanlah orang yangg menggagas buahpikiran tersebut. Penggagas buahpikiran tersebut adalah filsuf sebelum mereka, ialah Anaxagoras.

Artinya buahpikiran tersebut bukan aliran sesat Socrates, tapi pemikiran seorang filsuf, ialah Anaxagoras dari Clazomenia. Socrates menjelaskan: “Melitus, apakah Anda sedang menuduh Anaxagoras dengan justifikasi opini yangg tidak baik di depan para hakim?. Dan apakah Anda menganggap para pengadil adalah orang-orang tolol dengan menganggap mereka tidak tahu bahwa buahpikiran tersebut ditemukan dalam  buku Anaxagoras dari Clazomenia?”.

Hasil Persidangan

Pada akhirnya meski dapat membantah tuduhan-tuduhan tersebut dengan kritis dan brilian, Socrates tetap dijatuhi balasan mati. Hal itu lantaran aspek politik, ialah Athena pada masa itu dipimpin oleh pemimpin tiran.

Selain itu, Socrates juga menolak langkah biasa terdakwa di Athena yangg memohon maaf alias membawa family untuk mengemis simpati. Ia mau dihakimi berasas kebenaran, bukan emosi.

Seandainya Socrates mau sedikit berkompormi memohon ampun, pasti dia bakal dibebaskan. Namun, Socrates menyatakan bahwa ketidakadilan lebih jelek daripada kematian, dan kebenaran kudu ditegakkan meski berisiko mati.

Editor: Soleh

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id