Seri Profetika Puasa: Hearted leader - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Salah satu objek perbaikan dalam puasa adalah hati, lantaran hati adalah pusat segala kebaikan, jika hati baik maka semua bakal baik, tetapi jika hati jelek maka bakal jelek pula seluruh personil tubuh. 

Puasa mengajarkan manusia untuk membersihkan hati dari segala sifat buruk, dengan menahan segala corak penyebab rusaknya hati, sehingga nan ada adalah hati nan bersih (qalbun salim), nan jauh dari penyakit hati, baik syirik, amarah, dengki, sombong dan nan lainya. Karena puasa membunuh sifat-sifat tersebut sehingga seseorang menjadi manusia beradab mulia. 

Ibarat seekor ulat nan melakukan proses puasa dengan menjadi kepompong dan kemudian menjadi Kupu-kupu. Ketika dirinya menjadi ulat, semua orang tidak suka kepadanya, tetapi setelah menjadi Kupu-kupu semua menyukai dirinya. 

Salah satu kompetensi pemimpin adalah bisa memimpin dengan hati, lantaran nan dipimpin adalah makhluk nan dimuliakan dengan hatinya. Maka memimpin dengan hati bakal bisa menjadikan sebuah kepemimpinan melangkah dengan selaras dan tidak otoriter. 

Ada beberapa spirit puasa untuk dijadikan pelajaran dan membangun kompetensi hati seorang pemimpin:

Yang pertama, memimpin dengan keikhlasan

Puasa mengajarkan kita untuk tulus totalitas, sehingga seorang pemimpin kudu memimpin dengan keikhlasan, dengannya bakal menjadikan jabatannya sebagai ladang pahala nan tak terhingga. 

Dia memimpin sudah bukan lantaran sebuah prestise, mau dipuji, dan mau dihormati. Tetapi dia memimpin niat menjalani ibadah kepada Allah SWT, menjadikan jabatanya untuk melayani orang lain, memberikan faedah seluas seluas-luasnya kepada manusia. 

Dengan keikhlasan inilah seorang pemimpin bakal kuat, tidak tumbang dalam cacian, tidak terbang dalam pujian. Dia konsentrasi dengan kerja dan kebaikan nyata, tanpa gegap gempita dan berita. 

Yang kedua, memimpin dengan cinta totalitas

Memimpin dengan hati adalah memimpin dengan cinta nan totalitas.  Artinya dia menjadikan semua orang nan dipimpin adalah objek cinta, tidak untuk dimanfaatkan, tetapi membangun mereka untuk lebih berkekuatan dan berkembang. 

Dengan cinta, seorang pemimpin tidak bakal membenci siapapun, jika ada kesalahan dia bakal berikan nasehat dan pengarahan untuk lebih baik, bukan kemarahan dan caci maki apalagi di ghibahi. Karena nan ada dalam hati pemimpin hanya cinta, dia mau semuanya baik, sejahtera dan bahagia. 

Inilah nan dilakukan oleh Rasulullah SAW sehingga semua sahabat merasa sebagai orang nan paling dicintai nabi. Bahkan Nabi pernah menegur sahabat nan menghardik Nuaiman dengan julukan jahiliyah, lantaran perilakunya nan sangat buruk. Tetapi nabi mengatakan jangan menghakimi jahiliah, tetapi dalam dirinya ada sifat jahiliyah. 

Yang ketiga,  menguatkan sisi spiritual dan doa

Pemimpin nan memimpin dengan hati adalah selalu menguatkan sisi ruhani dan doanya. Hal ini diajarkan puasa, bahwa seseorang kudu menguatkan ibadah dan angan di bulan Ramadhan.

Sehingga pemimpin nan berhati selalu menghidupkan dan memupuk hatinya di atas rata rata umatnya, baik dengan ibadah,  merenung dan lainya. Karena dia bakal menjadikan hatinya perangkat komunikasi tertinggi dalam memimpin

Yang keempat, memimpin dengan melayani

Memimpin dengan hati adalah melayani bukan dilayani. Selama Ramadhan dapat memandang gimana umat islam di tanah suci melayani saudaranya untuk berbuka. Bahkan Raja saudi menyebut dirinya pelayan dua tanah suci. 

Prinsip memimpin melayani menjadi inti memimpin dengan hati, sehingga hancurlah sifat elitis pemimpin, nan ada pemimpin adalah orang nan bisa memberikan segala potensinya untuk umat. Bukan orang nan semuanya meminta pelayanan, apalagi kudu mengorbankan duit rakyat alias umat. 

Nabi Muhammad SAW adalah telah pemimpin nan melayani, apalagi beliau berkorban untuk umatnya meski dirinya kesusahan. Inilah nan kudu dilakukan oleh para pemimpin, hendaknya siap berkorban melayani umat bukan mengorbankan umat untuk dirinya terlayani. 

Yang kelima, memimpin dengan teladan

Memimpin dengan hati adalah memimpin dengan keteladanan. Mereka adalah pemimpin penuh aksi, bukan pemimpin nan riuh dengan bicara. Istilah kyai Ahmad Dahlan sunyi ing lambe, rame eng gawe sedikit bicara banyak bekerja, itulah memimpin dengan hati. 

Mereka menjadi teladan bagi umat dalam setiap mobilitas langkahnya, meski tak luput dari salah dan cela. Tetapi mereka bisa memberikan keteladanan nan baik dalam aspek kepemimpinannya. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW disebut sebagai uswah hasanah. Dengan keteladanan maka semua titah pemimpin bakal mudah diikuti oleh umatnya. 

Pemimpin nan berhati adalah mereka nan memimpin dengan keikhlasan, penuh cinta, spiritualitas nan tinggi, melayani dan penuh keteladanan. Mereka memimpin dengan mengetuk hati umat, bukan dengan lisan mereka. Karena mereka memahami nan menggerakan manusia adalah hatinya bukan mulutnya.

Navigasi pos

-->
Sumber pdmkotametro.org lampung
pdmkotametro.org lampung