Seri profetika puasa: Ear leader - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Salah satu skill pemimpin nan hendaknya dikuasai oleh seorang pemimpin (leader) adalah bisa menjadi telinga bagi orang nan dia pimpin, baik kepemimpinan lembaga, organisasi alias pemerintahan. 

Skill ini adalah spirit puasa, gimana mempuasakan telinga kita dari segala pendengaran keburukan, dan selalu mendengarkan kritik dan keluhan umat. Karena pemimpin pendengar adalah orang nan paling terbuka, orang paling bijaksana. 

Banyak pemimpin nan pendengarannya lebih dominan mendengarkan keburukan. Bisikan bawahan nan hanya mencari kepentingan, dan melupakan mendengarkan nasehat, kritikan apalagi keluhan umat. 

“Kebanyakan orang tidak mendengarkan dengan tujuan untuk memahami; mereka mendengarkan dengan intensi membalas ucapan si musuh bicara,” demikian kata Stephen R. Covey, penulis kitab The Seven Habits of Highly Effective People.

Artinya sebagian besar manusia belum bisa mengoptimalkan daya dengarnya. Mereka tetap belum mempunyai skill mendengar, apalagi untuk menjadi pemimpin pendengar (ear leader) . 

Pemimpin pendengar adalah seperti Rasulullah SAW beliau mengoptimalkan daya dengar dalam beberapa corak :

Yang pertama, selalu mendengarkan kebaikan-kebaikan (listen to kindness)

seorang pemimpin kudu mendengarkan kebaikan apapun bentuknya, telinganya senang mendengarkan ilmu, mendengarkan lantunan ayat al quran, nasehat kebaikan dan obrolan nan bermanfaat. Pendengaranya dia jauhkan dari pendengaran keburukan, ghibah, musik nan tidak berfaedah dan bisikan keburukan. 

Yang kedua, Mendengarkan kritik dan nasehat-nasehat (listen to criticism)

Inilah skill mendengar pemimpin nan kedua, dia orang nan terbuka, mau mendengarkan kritik dan nasehat dari siapapun. Dia lebih suka dikritik daripada dipuji, lantaran pujian bagi pemimpin hanya bakal membikin dirinya lupa, bahwa dirinya adalah pelayan. 

Itulah nan membedakan pemimpin hari ini nan lebih mengedepankan nilai prestisius untuk menghadirkan like dan pujian bagi rakyatnya, tetapi kurang berbobot esensial. Mereka terbang menjulang, rakyat dan umatnya terjuntai di bawah tak berdaya, lemah, sakit, dan miskin. Pemimpin nan terlena dengan info tidak baik untuk perbaikan lembaga nan dia pimpin. 

Pemimpin pendengar bakal selalu senang dengan kritik, lantaran kekurangan bakal dilihat oleh orang lain, bukan dirinya alias orang disekitarnya. Sehingga ketika ada kritik mereka bukan tidak suka tapi malah berterima kasih, apalagi umar mengatakan untuk meluruskan dirinya dengan pedangnya. 

Yang ketiga, mendengarkan keluhan umat alias sebagai kotak sampah (trash box)

Pemimpin kudu mempunyai daya peka ini, mereka seumpama kotak sampah menerima segala keluh kesah rakyatnya, mencatatnya, menyelesaikan apa nan dikeluhkan. Bukan malah menyalahkan rakyatnya alias membiarkan masalah rakyatnya. 

Inilah yng dilakukan Rasulullah SAW menerima semua pertanyaan, apalagi keluhan dari umatnya, dan beliau menyelesaikan dengan bijaksana. Masalah mereka nan kekurangan makan, bakal hutang, mau bercerai, masalah anak, apalagi masalah bertetangga. 

Hendaknya pemimpin ada waktu menjadi kotak sampah bagi rakyatnya, mendengarkan apa nan mereka rasakan, sehingga mereka bakal bisa memberikan kebijakan nan tepat kepada mereka. 

Puasa mengajarkan itu, untuk gimana merasakan sakitnya penderitaan mereka, susahnya hidup mereka, sehingga ada tindakan setelahnya. 

Insan profetik adalah nan mengoptimalkan pendengaran, menggunakan untuk hanya mendengarkan segala kebaikan, menerima kritik dan nasehat, apalagi lebih senang daripada pujian, serta menjadi kotak sampah bagi keluhan rakyatnya, bukan lezat enak tidak mendengarkan. 

Puasa ke 4#

Navigasi pos

-->
Sumber pdmkotametro.org lampung
pdmkotametro.org lampung